Monday, January 14, 2019

Ini Lho The Last Stand (2013)

Memang lewat The Expendables dan sekuelnya kita sanggup melihat penampilan Arnold Schwarzenegger di layar lebar, khususnya di film kedua dikala beliau bersama Stallone dan Willis bersama menembaki para musuh.Tapi kapan terakhir kali sang Governator menjadi tokoh utama dalam filmnya? Jawabannya yaitu satu dekade yang kemudian dimana ia bermain di Terminator 3: Rise of the Machines. Pada hasilnya dikala masa jabatannya sebagai Gubernur berakhir pada tahun 2011 kemudian Schwarzenegger menyatakan siap kembali berakting. Yep, he's back! Kendaraan pertama Arnold untuk melaksanakan come back yaitu The Last Stand yang juga menjadi debut film Amerika pertama bagi sutradara asal Korea, Kim Ji-woon. Tentu saja saya bersemangat menyambut film ini. Arnold yaitu salah sato action star favorit saya yang filmnya terang jauh lebih elok daripada film-film Stallone dan Van Damme. Sedangkan Kim Ji-woon sudah menelurkan banyak film-film mahir dan gila dimana salah satunya yaitu I Saw the Devil yang bagi saya yaitu salah satu film terbaik di tahun 2011 lalu. Trailer-nya memang terlihat biasa saja, menyerupai sebuah film agresi generik tahun 80-an, tapi ternyata The Last Stand menawarkan hiburan yang jauh lebih menyenangkan dan come back yang layak bagi Arnold.

Di sebuah kota kecil berjulukan Sommerton Junction yang terletak di Arizona, tinggal seorang Sherrif berjulukan Ray Owens (Schwarzenegger) yang mencari ketenangan sesudah selama ini menjalani kehidupan yang keras sebagai polisi bab narkotika di Los Angeles. Di kota kecil yang tenang itu, Ray hanya punya tiga anak buah yaitu Mike Figuerola (Luis Guzman) yang hobi menembak daging bersama Lewis Dinkum (Johnny Knoxville) yang gila dan gemar mengoleksi senajata, Sarah Torrance (Jaimie Alexander) yang bermasalah dengan sang mantan kekasih, Frank Martinez (Rodrigo Santoro) dan yang terakhir yaitu deputi muda Jerry Bailey (Zach Gilford) yang berkeinginan menjadi polisi di Los Angeles menyerupai Ray. Suatu hari ketenangan kota itu terganggu disaat Gabriel Cortez (Eduardo Noriega) seorang bandar narkoba kelas kakap yang tengah dibawa oleh FBI tiba-tiba kabur dan berusaha lari ke Meksiko. Kubu FBI dibentuk kewalahan dengan Cortez dan anak buahnya. Semua perjuangan untuk menghentikan Cortez yang melaju kencang sambil membawa sandera seorang distributor FBI, Ellen Richards (Genesis Rodriguez) berhasil digagalkan. Sampai hasilnya Cortez hingga ke Sommerton Junction untuk menyeberang. Tapi disana perlawanan terakhir dari Ray dan para deputinya sudah menunggu.

Tentu saja plot ceritanya setipis kertas. Ada kartel narkoba Meksiko yang sadis, FBI yang kewalahan, dan tentunya seorang satria bau tanah yang sudah seharusnya pensiun tapi masih bad-ass. Tapi dalam 107 menit durasinya, The Last Stand tidak pernah terasa membosankan. Memang tidak ada twist dan kegilaan luar biasa layaknya film-film Kim Ji-woon yang lain, tapi sang sutradara tetap memperlihatkan ciri khasnya yang tahu betul bagaimana caranya membangun pondasi dongeng yang sederhana ini menjadi menarik untuk diikuti sebelum pada hasilnya mencapai titik puncak super seru yang bertempat di sebuah kota kecil nan tenang tersebut. Kita tidak pribadi disuguhkan kehebatan sosok Arnold disini. Paruh awal diisioleh banyak sekali pengenalan abjad yang tidak Istimewa tapi tetap terasa menarik. Sebelum sang Sheriff beraksi, kita akan lebih dulu diajak mengikuti kebrutalan Gabriel Cortez yang mencoba kabur dari kejaran FBI. Mayoritas aksinya dirangkum lewat adegan car chase yang memang sudah jadi trade mark film aksi. Saya jarang dibentuk terkesima oleh adegan kejar-kejaran mobil, tapi The Last Stand sanggup menciptakan saya sangat terhibur. Kuncinya yaitu berikan sebuah kendaraan beroda empat Chevrolet Corvette ZR1 yang sudah dimodifikasi dengan kekuatan 1000 tenaga kuda, dan buat penonton ingin tau bagaimana kendaraan beroda empat yang kedengarannya super berpengaruh itu beraksi. Hasilnya yaitu car chase super seru dengan kecepatan tinggi.
Begitu banyak agresi brutal yang keren dan seru di momen kejar-kejaran tersebut. Ada rangkaian adegan keren yang jadi favorit saya disaat Cortez menembus barikade kendaraan beroda empat polisi dengan pinjaman sebuah truk raksasa dan pada hasilnya berhasil menghilang dari pantauan helikopter FBI dengan cukup cerdik. Sampai hasilnya momen agresi hingga di Sommerton dan saya dibentuk menunggu dengan tidak sabar agresi Arnold. Penantian saya dibayar lunas dikala sang Sheriff mulai beraksi dengan begitu keren dikala truknya melindas salah sat anak buah Cortez dan mulai menembaki mereka satu persatu. Saya pun bersorak melihat momen kembalinya sang legenda film agresi ini. Klimaks-nya pun tidak main-main. Layaknya sebuah permainan tower defense,Ray dan deputi-deputinya mempertahankan kota tersebut dari serangan Cortez dan anaki buahnya. Disinuilah kehebatan Kim Ji-woon makin terasa dalam merangkum momen-momen seru. Adegn baku tembak tidak berjalan monoton tapi dirangkum dengan begitu bombastis dan tentunya cukup brutal dengan tumpahnya banyak darah dan hancurnya badan manusia. 

Arnold harus diakui sudah terlihat sangat bau tanah dengan usianya yang sudah 65 tahun disini. Dia sudah tidak selincah dulu dan nampak cukup kewalahan berlari sambil mengangkat senapannya kesana kemari. Untuk itulah beliau tidak menjadi one man army disini. Dia beraksi gres di pertengahan film, dan disaat titik puncak pun beliau menerima beberapa pinjaman dikala beraksi dari para deputinya. Tapi hebatnya, Arnold masih menerima bagian-bagian agresi yang terbaik, mulai dari pemakaian gunslinger di bus sekolah, adegan kejar-kejaran di ladang jagung, hingga adegan satu lawan satu melawan Cortez yang disajikan cukup brutal dan keras. Sebuah taktik yang jitu dari Kim Ji-woon yang menciptakan The Last Stand tetap terasa seru tanpa harus menciptakan Schwarzenegger kehilangan momen terbaik dalam filmnya. Tentu masih ada banyak sekali one-line khas Arnold yang sanggup memancing tawa disini dan mengobati kerinduan penggemarnya akan ciri khas sang aktor. Sayang sekali film ini terasa underrated dimana perolehan uangnya cukup memprihatinkan dan hingga dikala ini gres mencapai setengah dari bujetnya. Kabar jelek bagi Arnold dan tentunya Kim Ji-woon yang mungkin akan kesulitan melanjutkan karirnya di Hollywood. Sangat disayangkan alasannya yaitu meski tidak sebrutal dan segila film-film sang sutradara yang lain, The Last Stand tetap sebuah film action yang sangat seru dan cukup brutal dan berdarah. Tentunya sebuah come back tepat bagi Arnold Schwarzenegger.

Artikel Terkait

Ini Lho The Last Stand (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email