Sekilas judulnya memang mengingatkan pada film Sergio Leone yang berjudul The Good, the Bad and the Ugly dan pada kenyataannya film garapan Kim Jee-woon ini memang terinspirasi dari film tersebut. Jika Italia punya spaghetti western kemudian di Jepang ada sukiyaki western, maka Kim Jee-woon menyebtu The Good, the Bad, the Weird sebagai kimchi western. (mungkin suatu hari nanti Indonesia bakal punya rendang western atau ketoprak western, siapa tahu?) Tentu saja apa yang dilakukan Kim Jee-woon disini termasuk hal yang nyeleneh dimana ia mencoba menggabungkan dua hal yang bertolak belakang, yakni banyak sekali pernak-pernik western kedalam sebuah film Korea. Tapi disinilah daya tarik utama dari film ini, daya tarik utama dari apa yang ia sebut sebagai kimchi western. Untuk memerankan ketiga huruf utamanya, Jee-woon mengajak tiga orang pemain drama yang juga mumpuni. Sebagai "The Good" ada Jung Woo-sung (A Moment to Remember, Musa), kemudian ada Lee Byung-hun (I Saw the Devil, G.I. Joe, A Bittersweet Life) sebagai "The Bad", dan terakhir ada Song Kang-ho (Memories of Murder, The Host) sebagai "The Weird". Dua nama yang disebut belakangan sama-sama pernah bermain di tiga film Jee-woon termasuk film ini.
Seperti yang biasa kita temui di film-film koboi, The Good, the Bad, the Weird ber-setting di sebuah padang tandus, tepatnya di Manchuria tahun 1930 disaat Korea masih berada dibawah kekuasaan Jepang. Park Chang-yi/The Bad yang merupakan seorang berandal kelas kakap yang populer dengan kesadisannya menerima pekerjaan untuk merebut sebuah peta milik pihak Jepang yang dibawa dengan kereta api. Rencananya untuk menghentikan kereta tersebut berjalan mulus tapi sebelum ia sempat mengambil peta tersebut, Yon Tae-goo/The Weird seorang berandal kelas teri sudah mendahuluinya. Tae-goo sendiri bahwasanya hanya ingin merampok beberapa uang dari penumpang kereta tapi tanpa sengaja ia justru menemukan peta tersebut. Disisi lain muncul juga Park Do-won/The Good, seorang bounty hunter yang memang tiba untuk menangkap Park Chang-yi yang telah usang ia buru. Peta yang diduga yaitu sebuah peta harta karun itu pun kesannya diperebutkan banyak pihak ketika tentara Jepang ingin mengambil kembali peta mereka dan para berandal dari Manchuria ingin menjual peta itu ke pasar gelap. Yang terjadi setelahnya yaitu saling kejar dan baku tembak yang menyebabkan banyak kekacauan dan tentunya ledakan disana-sini.
Satu hal yang paling mencolok dan menjadi keunggulan film ini yaitu style yang diusung. Ini yaitu homage yang baik terhadap film-film western tahun 60-an. Dengan set lokasi padang tandus, kejar-kejaran diatas kuda, desingan peluru dimana-mana serta style koboi yang menempel di masing-masing karakternya menciptakan The Good, the Bad, the Weird punya keunikah yang menarik. Belum lagi pengemasan sinematografi dari Lee Mo-gae yang bisa menghadirkan gambar-gambar indah berkat pewarnaan kontras nan mencolok antara gurun pasir gersang berwarna cokelat keputihan dengan langit biru yang benderang. Film ini memang hidangan visual yang memikat. Belum lagi ditambah kehebatan Kim Jee-woon mengeksekusi adegan aksinya. Pada dasarnya film ini memang murni sebuah film hiburan yang ingin bersenang-senang semaksimal mungkin. Lewat pergerakan kamera yang dinamis, perpindahan sequence cepat serta kemasan agresi yang cukup brutal memang menciptakan keseluruhan filmnya terasa tidak basa-basi. Dan kalau kita menengok gugusan film-film Kim Jee-woon ibarat I Saw the Devil, A Bittersweet Life hingga The Last Stand, sang sutradara memang begitu jago menyuguhkan gugusan adegan agresi penuh ledakan serta lesatan peluru yang bergemuruh. Seru, cepat dan tentunya brainless. Sebagai bonus, efek CGI yang beberapa kali dipakai pun terlihat meyakinkan.
Memang secara keseluruhan filmnya akan memuaskan mereka pencari film agresi yang berjalan cepat dan menghibur. Teknik stylish Kim Jee-woon pun yummy dilihat. Tapi sayangnya sebagai film yang menggunakan tiga nama karakternya sebagai judul film, saya kurang mencicipi ketiga karakternya sebagai sosok yang cukup memorable khususnya pada sosok The Good. The Bad milik Lee Byung-hun terperinci terlihat sebagai sosok berandal kejam yang tidak pandang bulu dalam menyiksa atau menghabisi musuhnya. Sosoknya juga tidak terlihat hanya sebagai seorang penjahat dua dimensi yang asal bengis. Begitu pula dengan The Weird milik Song Kang-ho yang memang dipakai sebagai pemicu komedi film ini. Sosoknya yang terlihat paling ndeso memang pantas disebut "aneh", apalagi dengan sebuah pertanyaan kenapa The Bad begitu ingin mengejarnya dan bagaimana bisa muncul legenda pertarungan seimbang antara keduanya, secara The Bad yaitu berandal kejam yang ditakuti sedangkan The Weird tidak lebih dari seorang pencuri kelas teri yang ndeso tapi cukup beruntung. Sayangnya untuk The Good karakternya terasa kurang menarik. Dia hanya seorang bounty hunter yang jago dalam baku tembak. Hanya itu. Hanya alasannya yaitu ia memburu dan bertentangan dengan sosok yang dianggap jelek bukan berarti ia layak menerima sebutan The Good dalam film ini. Pada kesannya sosoknya hanya ibarat pengisi slot kosong diantara ketiga tokohnya saja.
Saya juga tidak mencicipi adanya daya tarik dalam kisah film ini. Film ini berjalan dengan pondasi perburuan peta harta karun sebagai hal yang menciptakan plot-nya berjalan, tapi kisah perihal perburuan itu tidak terasa menarik. Alurnya seolah hanya berjalan dari satu poin ke poin berikutnya tanpa daya tarik yang berarti. Padahal ada hal-hal yang bisa dieksplorasi ibarat misteri dibalik kebenaran peta tersebut, atau konflik-konflik yang terjadi antar karakternya. Saya tentunya tidak berharap film yang ditujukan sebagai sebuah hidangan fun seperti ini punya alur yang cerdas tapi apa yang dipunyai film ini terlalu datar. Malah saya lebih merasa kisah dalam The Last Stand jauh lebih menarik untuk diikuti. Pada kesannya sebuah twist sebelum titik puncak yang cukup mengejutkan itupun hanya terasa sebagai tempelan belaka. Pertempuran besar antara banyak pihak yang terjadi menjelang simpulan itu terasa terlalu panjang dan kalah greget dibanding pertempuran-pertempuran sebelumnya. Bahkan adegan pembukanya jauh lebih menghibur. Showdown antara ketiga tokoh utamanya pun kurang dramatis. Untungnya film ini ditutup dengan ending ambigu yang memuaskan. Saya menonton versi international release-nya dan saya bersyukur alasannya yaitu ending versi Korea yang saya baca terlalu main aman. The Good, the Bad, the Weird jelas tidak jelek namun dibandingkan film-film Kim Jee-woon yang lain ini yaitu yang terburuk bagi saya.
Ini Lho The Good, The Bad, The Weird (2008)
4/
5
Oleh
news flash