Wednesday, January 16, 2019

Ini Lho Hi5teria (2012)

Satu lagi film omnibus lokal bertemakan horror rilis tahun ini sehabis sebelumnya ada Takut: Faces of Fear yang rilis tahun 2008 dan FISFIC yang rilis tahun 2011 lalu. Meski begitu saya belum mencicipi sebuah keberhasilan dalam kedua omnibus tersebut ibarat apa yang saya rasakan pada omnibus horror yang baik ibarat dua film Phobia. Dalam kedua omnibus tersebut sangat terasa bahwa kelemahan terbesar ialah tidak mampunya membangun tensi dengan durasi yang singkat. Khusus untuk FISFIC kelemahan terperinci terasa pada bujet yang kecil dan para sineas yang masih belum cukup berpengalaman. Tapi kedua omnibus tersebut punya satu kesamaan, yakni segmen terbaik terletak di potongan paling tamat dan sama-sama dibintangi oleh Shareefa Danish. Jika di Takut: Faces of Fear beliau muncul dalam Dara yang nantinya akan dibentuk film panjangnya, Rumah Dara, sedangkan dalam FISFIC beliau tampil di segmen Taksi. Dalam Hi5teria sendiri ada lima judul film horror yang disutradarai oleh lima sutradara yang bisa dibilang masih gres dimana mereka ada yang gres memulai debutnya dan ada juga yang pernah menyutradarai film pendek. Apakah hasilnya memuaskan?

PASAR SETAN
Film pembuka ini bercerita perihal dua orang pendaki gunung yaitu Sari (Tara Basro) dan Zul (Dion Wiyoko) yang sama-sama tersesat di Gunung Lawu sehabis keduanya terpisah dari rekan-rekan mereka. Setelah secara tidak sengaja bertemu alhasil mereka tetapkan saling membantu untuk keluar dari sana. Tapi ternyata keduanya menjumpai pengalaman mistis, yakni memasuki Pasar Setan yang selama ini memang sudah menjadi sebuah urban legend diantara para pendaki gunung. Konsep yang cukup menarik dan bisa dibilang "sangat Indonesia". Tapi apa daya eksekusinya sangat kurang. Film pembuka dalam omnibus bagi saya eksklusif memang sebaiknya yang tidak terlalu intens tapi sanggup mengikat penonton. Namun Pasar Setan berjalan terlalu membosankan, monoton dan jauh dari kesan menegangkan. Saya tidak mempermasalahkan fakta bahwa Pasar Setan yang jadi judul tidak tampil gamblang sebab pada dasarnya itu ialah sebuah misteri yang mungkin tak akan pernah terungkap. Tapi sayangnya film ini gagal membuat misteri tersebut menarik. Film ini sempat membaik ketika mengungkap fakta di akhir. Tidak terlalu mengejutkan tapi dikemas dengan baik. Sayang semuanya kembali hancur ketika sosok Dion Wiyoko muncul menutup film ini dengan begitu basi. Segmen terburuk dalam Hi5teria.
 1.5/5

 WAJANG KOELIT
Kembali sebuah segmen yang menampilkan unsur Indonesia yang cukup kental. Filmnya bercerita perihal seorang wartawan asing berjulukan Nicole (Maya Otos) yang sedang meneliti mengenai kebudayaan Wayang Kulit di tempat Jawa Tengah. Nicole begitu tertarik pada pertunjukkan tersebut, apalagi semua yang terlibat dalam pertunjukkan ialah perempuan termasuk sang dalang. Nicole yang tertarik untuk tahu lebih jauh justru menemukan sebuah tusuk sanggul milik salah seorang perempuan yang terlibat dalam pertunjukkan tersebut. Tanpa ia sadari hal itu akan membawanya pada teror yang kental dengan aroma mistis. Setelah sdibuka dengan yang terburuk, Hi5teria justru lanjut dengan segmen terbaik. Konsepnya kreatif dalam menentukan unsur mistis yang berkaitan bersahabat dengan budaya yang ada. Musik yang mengiringi filmnya juga kental unsur tradisionalnya dan bisa menambah ketegangan. Mungkin kengeriannya tidak pernah hingga titik tertinggi tapi setidaknya masih tidak mengecewakan dibanding lebih banyak didominasi segmen yang ada. Selain itu ending-nya juga cukup baik.
3.5/5

KOTAK MUSIK
 
Farah (Luna Maya) ialah citra orang modern yang skeptikal terhadap hal-hal berbau mistis.Dia juga melaksanakan penelitian terhadap penampakan dan tetap tidak mempercayainya walaupun sempat melihat hantu yang ada disana. Dalam penelitian tersebut Farah membawa pulang sebuah kotak musik yang ia temukan. Tanpa ia duga justru benda itu yang akan memperlihatkan teror mistis yang selama ini tidak pernah ia percayai. Kotak Musik punya unsur konflik batin dan psikologis yang berpengaruh dan cukup potensial gotong royong jikalau dijadikan film panjang. Hal itu terlihat pada sosok Farah yang skeptikal terhadap hal mistis termasuk agama tapi di sebuah adegan nampak gotong royong beliau tidak 100% yakin akan rasa skeptis yang ia miliki. Sedangkan untuk unsur horornya, Kotak Musik ialah yang paling konvensional dibandingkan segmen yang lain. Penampakan standar film hantu-hantuan yang berusaha mengagetkan penontonnya tapi ditampilkan terlalu sering dan terkadang asal sehingga tidak membuat kengerian. Kisahnya juga asing sebab tidak terperinci apakah Farah diteror hantu hanya sebab membawa kotak musik? Tapi kenapa tiba-tiba ada hantu lain yang ikut muncul? Benar-benar standar yang busuk ala horror lokal. Untuk ending jikalau dilihat sekilas mungkin cukup baik tapi jikalau ditinjau gotong royong konyol. Ada juga adegan seks yang amat sangat konyol dan tentu bagi yang sudah menonton akan tahu kenapa. Jika ada hal yang elok itu hanyalah Luna Maya yang berakting elok dan yummy dilihat secara fisik.
2/5    

PALASIK
Palasik ialah sebuah hantu dari kepercayaan watak Minang yang pada dasarnya ialah perihal seorang pengantu ilmu hitam yang berusaha mencari kekayaan dari hal tersebut. Ilmu tersebut bisa membuat sang pemiliknya melepaskan kepala dari tubuhnya untuk kemudian terbang mencari korban ibu hamil atau bayi yang masih suci. Mendengar definisi tersebut tentu sudah tertangkap tangan kisahnya akan ibarat apa. Palasik berkisah perihal sebuah keluarga yang berlibur ke sebuah villa. Disana sang ibu yang tengah hamil (Imelda Therine) mulai mendapat teror dari palasik. Lagi-lagi sebuah konsep yang menarik dan punya unsur kebudayaan kental. Jika pocong dan kuntilanak bisa dibilang sudah mainstream dalam perfilman horor lokal, maka hantu palasik yang berbentuk kepala melayang dengan tulang atau organ badan yang menggantung dibawawhnya bisa menajdi teror gres yang mengerikan. Ya, ketika hantu itu muncul pertama dengan sekelebat memang cukup mengerikan dan mengagetkan. Tapi ketika diekspos dengan imbas yang amat jelek dan konyol kengerian itu semua hilang dan nampaknya hal itu membuat hantu palasik tidak akan membuat produser film tertarik membuat filmnya sebab untuk menampilkannya harus dengan efek. Bandingkan dengan pocong yang tinggal pakai kain putih. Walaupun Imelda Therine bermain baik sayang karakternya seringkali bertindak udik layaknya abjad film horor klise. Adegan pertamanya cukup menjanjikan tapi sayang keseluruhannya tidak terlalu mengerikan. Bahkan ending-nya juga terasa lemah.
2.5/5

 LOKET
Sebuah film epilog dari omnibus selalu saya harapkan sebagai yang terbaik. Loket sendiri punya konsep yang cukup unik yaitu perihal seorang perempuan penjaga loket parkir (Ichi Nuraini) yang bertugas sendirian di malam hari. Saat itulah beliau mulai mendapat teror yang mengerikan. Mulai dari kemunculan hantu perempuan renta (Bella Esperance), melihat sosok dirinya sendiri yang lain, hingga gangguan-gangguan lainnya. Sangat menarik melihat sebuah film yang ber-setting hanya di tempat yang terbatas ibarat Loket ini. Misterinya tersusun dengan baik, teroronya juga cukup menegangkan dengan titik puncak yang intens. Penampilan Ichi Nuraini dan Bella Esperance juga maksimal. Apalagi Bella Esperance yang begitu mengerikan sebagai sosok hantu perempuan tua. Segmen ini bisa saja jadi yang terbaik dalam Hi5teria andaikan punya ending yang lebih baik lagi. Jika dikatakan mengejutkan mungkin tidak mengecewakan meskipun sedikit tertebak, tapi saya tetap merasa penyajiannya terlalu maksa dan ganjil.
3/5


OVERALL: Pada alhasil memang Hi5teria kurang berhasil menyajikan sebuah suguhan omnibus horror yang masuk kategori bagus, dan lebih banyak didominasi terasa lemah jikalau sudah hingga tahap eksekusi. Tapi jikalau melihat konsep dasar ceritanya, kelima segmen dalam film ini semuanya cukup unik dan segar. Selain itu lebih banyak didominasi juga punya unsur kebudayaan atau urband legend cukup kental yang mana hal itu ialah nilai lebih bagi sebuah film lokal khususnya horror yang mulai melupakan sentuhan tersebut. Selain itu niat menyajikan sebuah horror yang murni horror tanpa ada esek-eseknya atau komedi jayus terperinci patut dihargai. Sayangnya sekali lagi film tidak ibarat kehidupan faktual dimana jikalau sudah berniat baik namun belum sempat melaksanakan maka mendapat pahala, sebab dalam film niat baik saja tanpa sanksi baik tetap kurang.
 

Artikel Terkait

Ini Lho Hi5teria (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email