Film ini diangkat dari sebuah insiden nyata, yaitu sebuah kasus pembunuhan berantai yang terjadi di Australia. Kasus yang dikenal dengan sebutan The Snowtown Murders atau Bodies in Barrels Murders terjadi antara tahun 1992 hingga 1999 dimana John Bunting yaitu pelaku utama dalam pembunuhan yang menewaskan 11 orang tersebut (awalnya tuduhan yaitu 12 orang namun satu diantaranya tidak cukup bukti).Dalam kasus pembunuhan yang disebut sebagai kasus pembunuhan terburuk sepanjang sejarah Australia tersebut, tidak hanya John Bunting saja yang menjadi terdakwa, alasannya ada beberapa orang yang juga ikut membantu John baik itu ikut dalam pembunuhan maupun membantu menutupi pembunuhan tersebut. Sampai hasilnya sutradara Justin Kurzel mengangkat kasus tersebut dalam film ini dengan naskah yang ditulis oleh Shaun Grant. Yang unik dari filmnya yaitu ceritanya tidak berdasarkan sudut pandang dari John Bunting melainkan James Vlassakis yang didakwa bersalah atas empat kasus pembunuhan. Sebuah pilihan yang unik alasannya biasanya sebuah film yang diangkat dari kasus pembunuhan berantai akan mengambil sudut pandang dari sang pembunuh dan menengok latar belakangnya.
Kisahnya berawal dari kasus pemerkosaan yang menimpan ketiga putera dari Elizabeth Harvey (Louise Harris) dimana salah satunya yaitu James Vlassakis (diperankan oleh Lucas Pittaway yang mengingatkan saya pada Heath Ledger dan Ray Toro). Pelecehan tersebut dilakukan oleh seorang pedofil yang tinggal di seberang rumah mereka yang ironisnya laki-laki itu sedang menjadi kekasih ibu mereka. Merasa tidak menerima santunan yang memuaskan dari polisi, Elizabeth menceritakan hal ini pada Barry (Richard Green), seorang gay yang sedang berniat menjadi transsexual. Barry kemudian memperkenalkan Elizabeth pada John Bunting (Daniel Henshall). John kemudian mulai melaksanakan teror kepada si laki-laki pedofil itu mulai dari yang "ringan" menyerupai menggeber motornya tengah malam sempurna didepan pintu rumah laki-laki tersebut hingga membuang bangkai rusa yang telah dipotong dan dihancurkan didepan rumah laki-laki tersebut. Kehadiran John ternyata menciptakan kehidupan keluarga tersebut kembali nyaman. James sendiri melihat sosok ayah yang selama ini ia rindukan ada pada John. Tapi usang kelamaan sosok John yang sebetulnya mulai muncul. John yang begitu membenci pedofil dan gay mulai menyeret James kedalam cara hidup John yang selalu mengandalkan kekerasan dan tidak segan membunuh orang yang tidak ia sukai. James sendiri tidak kuasa menolak alasannya John yaitu sosok yang tidak hanya menakutkan namun juga penuh wibawa.
Dengan mengangkat sudut pandang James, terang film ini tidaklah akan menyoroti problem motif mengapa pembunuhan ini terjadi. Kita dibiarkan melihat John sebagai sosok yang otoriter dan tanpa latar belakang.Sudut pandang James terang menciptakan kita menyaksikan sisi lain dari kasus tersebut. Tidak bisa dipungkiri siapa saja yang mendengar adanya kasus ini niscaya mengalihkan perhatiannya pada John dan mencoba mencari latar belakang kehidupannya yang sudah cukup banyak tersebar di internet. Tapi saya yakin lebih sedikit orang yang menengok wacana latar belakang James. Mungkin banyak tapi rasanya tidak akan terlalu mendalaminya. Nampaknya hal itulah yang menciptakan Shaun Grant lebih menentukan menulis naskahnya lewat sudut pandang James. Bersama James kita akan melihat bagaimana sosok bocah yang polos dan menjadi korban beberapa pemerkosaan pada hasilnya dipaksa untuk bermetamorfosis mesin pembunuh oleh John. Ini yaitu kisah transformasi good to evil juga victim to culprit. Hal itu ditampilkan dengan baik oleh film ini. Dari awal kita akan melihat sosok James sebagai dewasa yang polos dan sangat pasrah terhadap keadaannya. Dia tidak pernah melawan ketika dilecehkan. Lalu perlahan kedatangan John memaksa James ikut terlibat, hingga hasilnya hingga pada ending yang seolah menggambarkan James yang telah menutup pintu kebaikan hatinya.
Interaksi antara John dan James terlihat sebagai interaksi pemegang kekuatan dengan yang lemah. John sebagai pihak yang besar lengan berkuasa pada awalnya mencengkeram James secara perlahan, menciptakan James yang rindu akan sosok ayah tidak bisa lepas dan tidak rela melepasnya. Kemudian perlahan John mulai memantapkan cengkeraman tersebut dan membawa James menjadi bab dirinya. Membuat James harus selalu menuruti perintahnya James menjadi tidak sedikitpun berdaya dan ironisnya menjadi tidak ada bedanya dengan ketika ia harus mendapatkan pemerkosaan diawal cerita. Hal itu terlihat ketika John dan rekannya Robert sedang menyiksa Troy. Yang dilakukan James bukanlah menghentikan keduanya atau mencari santunan melainkan menentukan menghilangkan rasa sakit Troy dengan membunuhnya langsung. Film ini memang berhasil dalam hal menampilkan dilema yang dialami oleh James yang begitu kasatmata sebagai sosok ketidak berdayaan. Nuansa kelam juga terasa kental sepanjang film lewat gambar-gambar membisu yang begitu cuek dan musiknya yang menghadirkan kesan misterius sekaligus menegangkan. Beberapa momen juga menghadirkan kesadisan yang bisa menciptakan meringis. Ada dua momen paling menciptakan miris yaitu momen pemotongan rusa dan penyiksaan Troy. Memang pada hasilnya adegan pembunuhan terhadap tiap korbannya nyaris tidak ditampilkan demi menghormati keluarga korban, namun semua itu diganti dengan diperdengarkannya rekaman bunyi ketika korban dibunuh lengkap dengan adegan slow motion. Sebuah penyajian yang cukup unik.
Mempunyai dasar dongeng yang besar lengan berkuasa dan kisah dengan kedalaman dongeng yang cukup ternyata tidak menciptakan Snowtown berakhir sebagai film yang bagus. Film ini sayangnya punya cara penyajian yang terasa membingungkan. Seringkali tiba-tiba kita akan disuguhkan aksara gres yang entah siapa dan berperan sebagai apa. Berbagai momen juga sering terasa tidak terang apa motif yang melatar belakangi terjadinya hal tersebut. Satu kekurangan tersebut nyatanya berdampak sangat besar pada keseluruhan film. Ceritanya seringkali tidak terang bergulir kearah mana dan terasa membingungkan. Saya sendiri hingga harus menonton ulang untuk tahu bagaimana rangkaian dongeng yang lengkap dan siapa saja aksara yang muncul didalamnya. Bahkan rasanya membutuhkan santunan dari wikipedia untuk bisa memahami banyak hal dalam film ini. Tentu saja hal tersebut amat sangat disayangkan, mengingat Snowtown nyaris punya segalanya untuk jadi sebuah film kriminal yang bagus. Cerita menarik yang diangkat dari kisah nyata, konflik aksara yang menarik dan mendalam, adegan-adegan sadis yang menciptakan ngilu, hingga akting para pemainnya yang baik yaitu aneka macam kelebihan yang dipunyai Snowtown. Bahkan selain seputar James, film ini juga tidak lupa menyoroti wacana masyarakat yang seolah peduli wacana sebuah kasus dimana mereka sering membicarakannya dan larut dalam dialog wacana bagaimana cara menghentikan sebuah hal jelek yang terjadi, namun semua itu hanya terhenti pada dialog tanpa ada tindakan nyata. Tapi sayang semua itu seolah karam hanya alasannya penyajiannya yang membingungkan.
Ini Lho Snowtown (2011)
4/
5
Oleh
news flash