Wednesday, January 16, 2019

Ini Lho Frankenstein (1931)

Saya yakin semua orang pernah mendengar nama Frankenstein, dan saya yakin secara umum dikuasai orang akan menduga bahwa Frankenstein yaitu sosok monster berbadan besar, berkepala kotak dan punya besi di leher. Tapi bekerjsama sosok yang berjulukan Frankenstein yaitu sang pencipta dari makhluk tersebut yang berjulukan Victor Frankenstein dalam novelnya atau menjadi Henry Frankenstein dalam versi filmnya. Tapi munculnya banyak sekuel dari film ini yang tetap memajang nama Frankenstein dalam judulnya meski hanya menampilkan sang monster membuat monster itu sering disebut sebagai Frankenstein. Pada masanya, monster Frankenstein sendiri menjadi ikon dari film horror monster bersama Dracula yang identik dengan Bella Lugosi. Bahkan awalnya tugas sebagai monster dalam film ini juga diberikan pada Bella Lugosi, tapi jawaban beberapa konflik termasuk Bella yang tidak menyukai karakterisasi Frankenstein yang menurutnya hanyalah monster yang "kosong" tidak menyerupai Dracula. Akhirnya tugas ini diberikan pada Boris Karloff. Hal ini nantinya akan disebut publik sebagai keputusan terburuk dalam karir Lugosi. Ironisnya 12 tahun kemudian dikala karirnya mulai meredup Lugosi karenanya bermain juga sebagai sang monster dalam film Frankenstein Meets the Wolf Man. Namun apapun itu tetap saja sosok monster ciptaan Frankenstein dan Dracula sekaligus Boris Karloff dan Bella Lugosi yaitu ikon horror monster pada dikala itu, pada dikala dimana film bersuara pertama kali dibuat.

Kisah dalam film ini diubahsuaikan dari novel berjudul Frankenstein; or, The Modern Prometheus karangan Mary Shelley yang terbit tahun 1818. Seperti yang sudah kita ketahui kisahnya yaitu perihal seorang ilmuwan berjulukan Henry Frankenstein (Colin Clive) yang sangat terobsesi untuk membuat sebuah kehidupan. Ya, Henry Frankenstein memang begitu terobsesi untuk bermain sebagai Tuhan dan membuat sebuah makhluk hidup. Untuk mewujudkan impiannya, Henry melaksanakan banyak sekali eksperimen dan karenanya memakai tubuh yang ia ambil dari pemakaman dan otak yang dicuri oleh asistennya, Fritz (Dwight Frye) dari laboratorium milik Dr. Waldman (Edward Van Sloan) yang juga merupakan mantan dosen Henry. Tapi ternyata otak yang diambil Fritz bukanlah otak insan normal melainkan otak dari seorang pembunuh. Pada karenanya harapan Frankenstein membuat sebuah kehidupan memang terwujud, tapi ternyata ciptaannya tersebut lebih menyerupai mirip monster yang ganas daripada insan normal. Kini Frankenstein justru harus menghadapi makhluk ciptaannya sendiri. Bahkan sampai 81 tahun sehabis filmnya rilis,sosok monster yang diperankan Boris Karloff masih terasa mengerikan. Dengan make-up dari Jack Pierce ditambah penampilan Boris Karloff yang amat baik, sosok sang monster bisa tergambar dengan begitu baik disini baik dari tampilan visual ataupun banyak sekali gerak dan perbuatannya.
Bicara soal sang monster tentu saja ada alasannya kenapa versi Boris Karloff dalam film ini jauh lebih ikonik dan disukai daripada versi lainnya bahkan lebih dari versi yang diperankan Bella Lugosi kemudian. Versi Karloff memang bukan versi yang pertama alasannya di tahun 1910 pernah ada pembiasaan Frankenstein dalam media film bisu, tapi versi Karloff yaitu yang pertama untuk masa perfilman modern (baca: film suara). Tapi bukan hanya itu saja yang membuat sosoknya ikonik, tapi berkat interpretasi Boris Karloff terhadap abjad yang ia perankan itulah yang membuatnya ikonik. Tanpa berbicara sepatah katapun, monster dalam film ini bagaikan sebuah zombie super. Bergerak dengan gestur layaknya zombie tapi dengan terang kita bisa melihat bahwa kekuatannya diatas puluhan zombie yang digabung sekalipun. Sosok mengerikan ditambah gerak-gerik dan perbuatan yang juga mengerikan itulah yang membuat monster ini terlihat menyeramkan. Film ini juga punya beberapa momen horror yang tentunya melibatkan sang monster, tapi ada satu momen yang bagi saya terasa amat mengejutkan dan tidak menyangka akan melihat adegan tersebut dalam horror tahun 1931. Adegan yang saya maksud yaitu disaat sang monster melemparkan Maria si bocah cilik kedalam danau.
Tidak heran adegan tersebut sempat disensor selama puluhan tahun dari filmnya. Tidak usah bicara zaman dulu, sekarangpun kalau dalam sebuah film ada adegan kekerasan pada anak kecil atau adegan membunuh anak kecil niscaya akan menuai kontroversi, bayangkan kalau itu dilakukan 80 tahun yang lalu. Tapi sesungguhnya adegan tersebut yaitu salah satu yang terbaik dalam film ini. Dibuka dengan kemunculan sang monster yang kemudian bermain-main dengan bunga bersama Maria, kita diperlihatkan bahwa monster itu bekerjsama mempunyai perasaan. Sebuah adegan yang indah melihat monster yang dari awal terlihat kejam dan liar terlihat begitu senang bermain bersama seorang gadis cilik dengan bunganya, melemparkan bunga itu ke danau dan melihatnya terapung. Tapi secara mengejutkan adegan senang tersebut pribadi menjelma sadis dan tragis dikala si monster ingin membuat benda lain mengambang di danau tersebut. Yang membuat adegan ini luar biasa yaitu bagaimana perasaan penonton bisa dipermainkan dengan menampilkan salahs atu adegan paling hangat dan indah dalam film kemudian secara tiba-tiba menjelma adegan paling tragis dan sadis. Sebuah alur yang mengingatkan saya pada adegan lift dalam film Drive.

 Tidak hanya mengenai horror, Frankenstein juga memperlihatkan kisah perihal seseorang yang mencoba "bermain Tuhan" dan berusaha membuat kehidupan. Disaat batas antara jenius dan absurd makin tipis, seseorang memang bisa melaksanakan banyak sekali hal absurd yang bekerjsama juga terasa luar biasa. Begitu juga dengan Henry Frankenstein yang begitu terobsesi mempunyai kekuatan membuat kehidupan. Berkaitan dengan hal ini juga ada sebuah quote yang sangat populer dalam film ini yang diucapkan oleh Henry dikala ciptaannya itu berhasil hidup, yaitu "It's alive! It's alive! In the name of God! Now I know what it feels like to be God" Kalimat tersebut khususnya yang menyampaikan ia tahu rasanya menjadi Tuhan sempat juga dikenai sensor dan gres dimunculkan kembali pada tahun 1999. Walaupun hanya berdurasi sekitar 70 menit dan sudah berumur diatas 80 tahuh, Frankenstein masih menjadi horror yang efektif menebar kengerian khususnya dari sosok monster yang diperankan Boris Karloff. Tidak lupa film ini menajdi citra tepat bahkan sudah sangat lekat untuk menceritakan kisah seorang insan yang dibuaikan oleh kejeniusannya sampai tanpa sadar menjelma kegilaan untuk menandingi kekuatan Tuhan.


Artikel Terkait

Ini Lho Frankenstein (1931)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email