Monday, January 14, 2019

Ini Lho The Imposter (2012)

Tentu kita sudah sering mendengar pernyataan bahwa dunia kasatmata tidak ibarat dunia fiksi macam film yang penuh dengan hal-hal mengejutkan dan dramatisasi. Tapi pada kenyataannya kita sering menjumpai hal-hal di dunia kasatmata yang justru jauh lebih abnormal dan lebih mencengangkan dibandingkan dengan dunia fiksi. The Imposter karya Bart Layton ini yaitu salah satunya, dimana kita akan dibawa menelusuri sebuah masalah kasatmata yang akan begitu mengejutkan dan seolah hanya bisa terjadi di dalam film. Ini yaitu sebuah kisah layaknya sebuah film thriller penuh ketegangan dan misteri yang punya banyak sekali maca twist di dalamnya. Alkisah di bulan Juni 1994, seorang anak berusia  13 tahun berjulukan Nicholas Barclay dilaporkan menghilang secara tiba-tiba oleh keluarganya. Setelah pertengkaran yang terjadi dengan sang ibu, Nicholas keluar dari rumah dan tidak kembali lagi. Tiga tahun lalu di Spanyol, seorang turis menemukan cukup umur yang diperkirakan berusia sekitar 15 tahun dalam kondisi lemah dan terlihat sangat ketakutan. Remaja tersebut lalu diidentifikasi sebagai Nicholas Barclay yang selama tiga tahun ini mengaku telah diculik dan disiksa oleh sekelompok orang. Kisah ini sendiri pernah dibentuk menjadi film dengan judul The Chameleon yang dibintangi Famke Janssen, hanya saja gagal secara komersil dan kualitas.

Kita sudah akan tahu dari awal bahwa cukup umur tersebut bukan Nicholas Barclay yang melainkan Frederic Bourdin. Sepanjang film kita akan mendengar legalisasi dari Bourdin sendiri dan tentunya keluarga Nicholas mulai dari ibu, abang perempuannya hingga keluarga-keluarganya yang lain. Juga ada pernyataan dari pihak-pihak berwajib ibarat FBI dan lain-lain yang ikut memeriksa masalah tersebut. Lalu apa yang luar biasa dari masalah ini? Yang paling mencengangkan yaitu bagaimana perjuangan Bourdin dalam meyakinkan keluarga Nicholas bahwa ia yaitu Nicholas yang orisinil walaupun bila dilihat dari tampilan fisik,aksen hingga kepribadian, Bourdin dan Nicholas nampak begitu berbeda. Kejeniusan Bourdin dalam mengarang cerita, kecerdikannya mengatur seni administrasi hingga banyak sekali macam kebetulan yang terjadi turut dipaparkan disini. Lalu bagaimana semua anggota keluarga Nicholas bisa dengan gampang percaya? Hal itu juga yang menjadi salah satu misteri terbesar disini. Nantinya ada beberapa twist yang berhasil menciptakan saya terkejut mengetahui masalah ibarat ini benar-benar terjadi. The Imposter akan menyampaikan bagaimana sebuah kebohongan kecil sanggup berujung pada banyak sekali macam kebohongan lain yang bertambah besar, dan nantinya akan muncul banyak sekali fakta demi fakta yang begitu mengejutkan.

The Imposter juga penuh dengan ambiguitas. Praktis saja menyampaikan bahwa Frederic Bourdin yaitu penipu kejam yang hanya mementingkan diri sendiri, dan Bourdin sendiri memang mengaku bahwa yang ia pedulikan hanyalah dirinya sendiri. Namun latar belakang ia melaksanakan penipuan tersebut patut untuk ditelaah lebih lanjut. Dia (mengaku) sedari kecil tidak pernah mendapat kasih sayang dan perhatian dari keluarganya, dan yang ia ingin dapatkan dari menjadi Nicholas yaitu kasih sayang dan cita-cita dalam hidup. Namun benarkah itu yang ingin ia dapatkan? Setelah lebih dari 500 kali pemalsuan identitas yang telah ia lakukan? Praktis juga memberi cap bahwa keluarga Nicholas yaitu orang-orang udik yang dengan begitu gampang mengakui bahwa Bourdin yaitu Nicholas yang orisinil meski terdapat banyak kejanggalan. Namun bukankah mereka begitu menginginkan Nicholas kembali? Apakah bergotong-royong mereka sadar bahwa Nicholas yang pulang bukanlah Nicholas yang sesungguhnya namun berusaha memalingkan wajah dari kebenaran alasannya begitu inginnya mereka mendapat Nicholas kembali dalam hidup mereka? Semuanya penuh misteri hingga hingga pada ending yang masih saja mempunyai ambiguitas yang kental.
Sutradara Bart Layton sanggup mengemas The Imposter menjadi begitu menarik dan menegangkan layaknya sebuah thriller yang mencekam. Bagaimana penuturan tiap-tiap narasumber berhasil dirangkum menjadi sebuah story tellng yang begitu memikat dan bisa menciptakan saya tidak mengalihkan pandangan dari layar. Bagaimana Andrew Hulme selaku editor menyusun tiap-tiap adegan juga begitu efektif membangun tensi film. Beberapa adegan reka ulang juga dimasukkan disini yang menciptakan kita menjadi lebih gampang memahami apa yang terjadi dan tentunya lebih gampang menikmati filmnya daripada hanya mendengar pernyataan masing-masing narasumber tanpa adanya gambaran-gambaran lewat reka ulang. Mungkin The Imposter jadi terkesan bukan sebagai dokumenter murni, yang mana hal itu kemungkinan menjadi salah satu faktor mengapa film ini tidak mendapat nominasi Oscar untuk Best Documentary Feature Film. Tapi saya tidak menganggap cara ini yaitu cara yang "haram", alasannya bagaimana The Imposter disajikan sedikit mengingatkan pada bagaimana Tron memperkenalkan imbas dengan komputer dulu. Awalnya dianggap merusak esensi sinema, tapi pada balasannya sekarang CGI menjadi andalan dalam menciptakan film. Hal itu juga yang mungkin akan terjadi pada teknik pengemasan The Imposter yang memunculkan banyak reka ulang dan banyak sekali macam footage bahkan footage dari film-film lain.

Dari awal hingga final The Imposter begitu menegangkan juga berkat scoring yang begitu bisa membangun suasana dan melengkapi kesempurnaan segi teknis film ini. Sebuah dokumenter harus bisa menciptakan penontonnya mengetahui wacana kasus, bencana atau tema apapun yang diangkat. Makin banyak sudut pandang dan makin banyak fakta yang diungkap akan makin baik dokumenter tersebut setidaknya bagi saya. Bagaimana segi teknis biar sebuah dokumenter menjadi begitu menarik alasannya tidak ada dramatisasi juga sangat berperan. Jika ditinjau dari banyak sekali sisi tersebut The Imposter mampu memenuhi semuanya dan mendapat nilai positif dari semua aspek. Mungkin lebih terasa ibarat sebuah biopic yang disajikan dalam genre thriller daripada dokumenter murni, tapi ibarat yang saya sebutkan diatas itu tidak masalah. The Imposter sanggup menciptakan saya merasa tegang, ingin tau akan misterinya, ikut berpikir dan tentunya meresapi masalah yang terjadi dari banyak sekali sudut pandang dan makna yang terkandung. Ini bukan hanya kisah wacana seorang kriminal jago meniru, alasannya film ini lebih kaya dari itu. Terserah anda sendiri bagaimana menyimpulkan konklusi kasusnya, alasannya beberapa pertanyaan tetap menjadi misteri tidak hanya di film ini tapi juga pada kenyataannya tidak terjawab. Memang kenyataan kadang lebih mencengangkan daripada fiksi.


Artikel Terkait

Ini Lho The Imposter (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email