Monday, January 14, 2019

Ini Lho Rust & Bone (2012)

Sempat muncul kontroversi disaat Marion Cotillard gagal mendapat nominasi Best Actress untuk yang kedua lewat kiprahnya di film ini. Cotillard sendiri berhasil mendapatkan nominasi Golden Globe dan SAG lewat aktingnya disini. Rust & Bone sendiri ialah film Prancis yang punya judul orisinil De rouille et d'os dan disutradarai oleh Jacques Audiard. Audiard sendiri selama ini cukup dikenal lewat karya fenomenalnya yakni A Prophet. Setelah mengangkat beratnya kehidupan dalam penjara, Audiard kembali mengangkat kisah perihal hidup seseorang yang tengah mendapat cobaan begitu berat. Kali ini bukan mengenai seorang narapidana, melainkan perihal kekerabatan kompleks yang terjadi antara Ali (Matthias Schoenaerts) dan Stephanie (Marion Cotillard). Ali ialah laki-laki dengan seorang anak yang tidak punya pekerjaan tetap. Bekal yang ia miliki hanyalah pengalaman sebagai mantan petinju amatir. Ali bahkan harus menumpang di rumah kakaknya untuk bisa menghidupi anaknya. Sedangkan Stephania ialah seorang instruktur paus pembunuh yang dipertunjukkan di sebuah kawasan wisata. Keduanya pertama kali bertemu disaat Stephanie terlibat perkelahian dengan seorang laki-laki di sebuah klub malam dimana Ali sedang menjadi petugas keamanan disana. 

Setelah pertemuan pertama yang terasa kurang "hangat" itu, keduanya sempat beberapa usang tidak berhubungan. Sampai terjadilah kecelakaan itu dimana ada seekor paus yang lepas kendali dan menciptakan Stephanie harus kehilangan kedua kakinya. Insiden tersebut kesudahannya malah mendekatkan mereka berdua, dimana Stephanie yang harus menjalani hari-harinya yang berat sendirian menentukan menghubungi Ali yang perlahan mulai membantu Stephanie mendapatkan semangat hidupnya kembali. Ali yang kini mencari uang lewat pertarungan liar itu juga bukannya tanpa masalah. Dunianya dengan perempuan hanya sebatas seks, dan ia juga tidak bisa memperlihatkan kasih sayang pada anaknya yang gres berusia lima tahun. Rust & Bone nampaknya memang bermaksud untuk menghadirkan kisah antara dua orang yang tengah menghadapi cobaan berat dalam hidupnya, dan lewat satu sama lain mereka mulai menemukan cahaya impian dalam kehidupan masing-masing. Terdengar ibarat sebuah kisah yang begitu inspiratif dan menggugah memang, namun pada kesudahannya film ini justru gagal menciptakan aku tersentuh, bahkan kisah yang ditampilkan filmnya terasa flat.

Saya merasa banyak momen yang harusnya bisa menjadi sebuah turning point kisahnya dihukum dengan terburu-buru dan agak dipaksakan. Sebagai pola pada bab dimana Stephanie menghubungi Ali sesudah ia mengalami kecelakaan tersebut. Stephanie memang sendiri dan membutuhkan orang lain, tapi tidak adakah orang selain Ali? Pertemuan pertama mereka berakhir dengan Ali yang menganggap Stephania berdandan ibarat pelacur, dan kemudian sedikit bertengkar dengan pacar Stephanie. Ditambah lagi Ali hanyalah seorang security. Sebelumnya nyaris tidak ada jalinan emosi antara mereka selain Ali membantu Stephanie di night club. Lalu momen dimana Stephanie mulai mendapatkan rasa kepercayaan dirinya lagi dengan bersedia keluar rumah kemudian berenang di pantai juga terjadi tiba-tiba. Hanya dengan Ali tiba ia bisa berubah sejauh itu? Saya merasa itu mengganggu. Jika mau disebutkan satu persatu masih ada beberapa momen lainnya yang meninggalkan kesan ibarat itu, termasuk bab dimana sempat terjadi konflik antara keduanya, kemudian tiba-tiba sudah bekerjasama seks lagi, dan tentunya bagaimana filmnya diakhiri dengan begitu terburu-buru dan dipaksakan happy ending.
Harusnya Rust & Bone bisa menjadi kisah romansa yang menyentuh namun penuh dengan kerapuhan. Kedua tokohnya punya persoalan masing-masing yang menciptakan mereka ringkih dan alangkah indahnya kalau mereka kembali menemukan impian sesudah bertemu satu sama lain. Terkesan cheesy memang, tapi perjuangan Rust & Bone untuk menghindari segala ke-cheesy-an itu justru menciptakan filmnya terasa datar. Usaha itu tiba dengan membuar kekerabatan Ali dan Stephanie tidak hanya romansa biasa, tapi sebuah kekerabatan yang mungkin sedikit aneh. Keduanya sangat dekat, saling membantu, tidak pernah menyatakan cinta namun bekerjasama seks. Itu masih akan menjadi sebuah drama yang menarik kalau kedua karakternya lovable. Stephanie terperinci bisa mengundang simpati atas nasibnya dan atas caranya menghadapi masalah. Namun Ali berbeda. Dia ialah seorang laki-laki yang begitu egois, tidak mempedulikan orang lain termasuk perasaan mereka, dan seorang ayah yang tidak becus merawat anaknya. Akhirnya aku bersimpati pada Stephanie tapi tidak bersimpati pada kekerabatan keduanya jawaban sosok Ali tersebut.

Marion Cotillard menjadi alasan utama kenapa Rust & Bone tidak menjadi film yang jelek bagi saya. Eksekusi ceritanya yang tidak berhasil benar-benar terselamatkan oleh akting Cotillard. Lihat betapa rapuhnya sosok Stephanie yang ia mainkan di masa awal kecelakaan tersebut gres terjadi, kemudian lihat bagaimana ia yang duka perlahan kembali bersemangat, menemukan kebahagiaan lagi dan pada kesudahannya bangun dalam sebuah adegan yang diiringi lagu Firework namun berkat akting Cotillard yang bermodalkan gestur dan verbal penuh harapan, adegan itu menjadi adegan yang terasa menyentuh, bahkan menjadi momen paling menyentuh di film ini. Dibantu dengan kostum plus CGI untuk membuatnya benar-benar terlihat ibarat orang cacat, Cotillard bisa memperlihatkan sosok yang ringkih dan terkadang masih aib perihal kondisinya, ibarat ketika ia tidak ingin Ali melihatnya merangkak tanpa santunan kaki palsu hanya untuk buang air kecil. Tapi matanya juga memperlihatkan keyakinan bahwa ia ialah insan normal yang bisa melaksanakan semuanya ibarat mereka yang memiliki kaki. Masih sebuah hal yang pantas kalau aku melihat film ini hingga final hanya untuk melihat Cotillard saja disaat filmnya terasa kurang mengena.

Rust & Bone mungkin memang dimaksudkan untuk memperlihatkan sebuah kekerabatan tidak biasa atau bisa dibilang gila yang terjalin antara dua abjad utamanya. Apa yang diberikan Ali dan bagaimana Stephanie menerimanya terasa agak aneh. Tapi dibawah sebuah kondisi yang sama-sama berat, kekerabatan tersebut sebetulnya bisa dipahami. Keduanya sama-sama sudah ringkih dan "berkarat" namun masih punya sebuah impian untuk membangun hidup mereka lewat satu dengan yang lain. Tapi pada kesudahannya aku tetap merasa film ini datar-datar saja, dan hanya punya premis dan akting luar biasa Cotillard sebagai poin plus.

Artikel Terkait

Ini Lho Rust & Bone (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email