Sunday, January 13, 2019

Ini Lho Jack The Giant Slayer (2013)

Sebelum kembali menahkodai franchise X-men dalam X-Men: Days of Future Past yang akan dirilis pada tahun 2014, Bryan Singer terlebih dahulu menciptakan sebuah pembiasaan live action dari dongeng klasik Jack and the Beanstalk dan Jack the Giant Killer. Dengan bujet raksasa yang mencapai $200 juta, terang proyek ini menjadi sebuah proyek yang menjanjikan, apalagi ditangani oleh sutradara sekelas Bryan Singer yang sudah menunjukan bahwa ia bisa menangani banyak sekali macam jenis film mulai dari superhero (X-Men & Superman) thriller kriminal (The Usual Suspects) hingga film bertemakan Nazi (Valkyrie). Kisahnya sendiri bercerita mengenai Jack (Nicholas Hoult), seorang anak petani yang sedari kecil terobsesi dengan dongeng mengenai pohon kacang raksasa yang akan menyambungkan dunia insan dengan dunia para raksasa yang terletak jauh diatas langit. Pertemuannya secara tidak sengaja dengan seorang biarawan tanpa ia sadari akan membawanya pada petualangan ibarat dongeng masa kecilnya tersebut. Sang biarawan ternyata gres saja mencuri biji kacang yang disimpan oleh Lord Roderick (Stanley Tucci) di dalam istana. Sebelum tertangkap, biarawan tersebut menitipkan kacang itu pada Jack untuk dikirimkan pada biarawan lainnya dengan syarat jangan hingga biji tersebut basah.

Bukannya pribadi mengirimkan biji tersebut, Jack malah menyimpannya terlebih dahulu tanpa sadar bahwa salah satu biji terjatuh di bawah lantai kayu rumahnya. Lalu di sebuah malam ketika hujan deras, Jack dikejutkan oleh kemunculan seorang perempuan di depan pintu rumahnya. Wanita itu tidak lain yaitu Puteri Isabelle (Eleanor Tomlinson) yang selalu keluar dari istana untuk mencari petualangan. Sama dengan Jack, Isabelle di masa kecilnya juga begitu menyukai dongeng mengenai kacang asing dan raksasa tersebut. Yang tidak mereka ketahui yaitu petualangan tersebut akan segera mereka alami sehabis kacang yang jatuh tersebut terkena air hujan dan mulai tumbuh ke angkasa membawa rumah Jack beserta Isabelle di dalamnya. Jack yang terjatuh dari rumah bersama para pengawal kerajaan termasuk Lord Roderick memanjat pohon kacang raksasa tersebut untuk menyelamatkan Isabelle. Tentu saja sepasukan raksasa ganas pemakan insan sudah menyambut mereka diatas sana. Saya sebetulnya sedikit berharap Singer akan melaksanakan lebih banyak twist entah itu pada alur dongeng ataupun pada tone kisahnya, namun ternyata Singer menciptakan Jack The Giant Slayer hanya sebagai film hiburan keluarga yang punya alur sangat sederhana, karakterisasi biasa serta tone yang cerah.

Jangan salah, meskipun ada banyak raksasa jahat pemakan insan lengkap dengan ciri fisik yang menyeramkan (baca: buruk rupa) film ini tetap tampil ringan. Jangan salah, saya tetap menyukai film-film ringan ibarat ini asalkan bisa dihukum dengan baik sehingga menampilkan sajian hiburan yang menyenangkan. Namun tetap saja saya masih menyayangkan fakta bahwa sosok para raksasa yang bisa dipakai sebagai sosok kejam nan menyeramkan yang intimidatif. Bahkan momen-momen dimana para raksasa memakan beberapa aksara tidak ditunjukkan untuk menjaga supaya film ini tetap ringan dan bisa dinikmati oleh anak-anak. Padahal kalau momen tersebut ditampilkan secara lebih terang-terangan lagi, hal itu bisa besar lengan berkuasa pada kedalaman ceritanya. Melihat salah satu aksara yang dibunuh secara brutaloleh raksasa tentunya akan menciptakan kita semakin berharap aksara utamanya segera bisa mengalahkan para raksasa tersebut. Tapi itu juga dengan catatan bahwa aksara yang dimatikan yaitu aksara yang likeable. Tapi toh hal tersebut juga tidak kita jumpai pada film ini. Semua aksara protagonist-nya tidak ada yang mampu mengambil simpati saya. Kaprikornus disaat ada salah satu tokoh yang tewas oleh raksasa saya pun tidak mencicipi apapun.
Bicara soal dampak CGI yang ditampilkan sebenarny sudah cukup baik, tapi saya mengharapkan yang lebih spektakuler dari ini kalau melihat bujetnya yang mencapai $195 juta. Mulai dari bagaimana pohon kacang raksasa muncul hingga sosok raksasanya saya rasa bukanlah sebuah tampilan dari film yang punya dana produksi sebesar itu. Tapi toh pada akibatnya Singer bisa memperlihatkan momen yang cukup seru pada adegan titik puncak yang menampilkan pertarungan antara insan melawan raksasa. Bukan sebuah epic war ibarat Lord of the Rings tentunya tapi masihlah merupakan momen yang menghibur khususnya kalau melihat momen-momen membosankan yang sebelumnya rutin ditampilkan oleh film ini. Ya, sebelum momen klimaks, Jack the Giant Slayer yaitu tontonan yang cukup membosankan. Fakta juga memperlihatkan bahwa film ini flop di pasaran dengan hanya berhasil meraup total pendapatan $197 juta di seluruh dunia? Kenapa hal itu bisa terjadi? Padahal sudah ada nama besar Singer, bujet raksasa, basis dongeng dongeng klasik serta diisi oleh nama-nama yang tidak mengecewakan tenar? Bagi saya ini disebabkan oleh tanggungnya sanksi film ini. Tanggung disini dalam artian film ini terlalu menakutkan bagi bawah umur tapi terlalu kekanakan bagi remaja dan orang dewasa.

Dari bahan promosi dan trailer-nya, sosok raksasa yang ada terang terlihat menakutkan bagi bawah umur dengan muka buruk dan menyeramkan serta hobi mereka memakan manusia. Tentu saja para orang bau tanah akan sedikit berhati-hati membawa anak mereka menonton film ini di bioskop. Sedangkan bagi yang seumuran saya, penceritaan film ini terang terlalu kekanakan dan membosankan. Pada akibatnya jadilah Jack the Giant Slayer menjadi sebuah kekecewaan, khususnya melihat fakta dari besarnya bujet dan keterlibatan Bryan Singer sebagai sutradara. Film terburuk Bryan Singer? Sejauh ini saya bilang ya.

Artikel Terkait

Ini Lho Jack The Giant Slayer (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email