Jack Frost, Santa Claus, Easter Bunny, Sandman hingga Tooth Fairy yakni sosok-sosok mitologi yang sudah begitu melegenda, bahkan hingga ketika ini tetap ada orang-orang yang percaya bahwa tokoh-tokoh tersebut memang benar adanya dan bukan sekedar dongeng belaka. Namun dalam film produksi Dreamworks ini, tokoh-tokoh tersebut bukan hanya faktual tetapi juga tergabung menjadi satu sebagai Guardians yang mempunyai kiprah menjaga dan memperlihatkan impian bagi semua belum dewasa di seluruh dunia. Begitulah konsep dari film garapan sutradara Peter Ramsey ini. Diangkat dari buku The Guardians of Childhood, film ini memperlihatkan twist bagi keberadaan makhluk-makhluk mitologi termasuk pada karakterisasi fisik serta kepirbadian mereka. Pernahkah terbayang Santa Klaus yang mempunyai tato besar di lengannya? Atau Easter Bunny yang ternyata begitu urakan dan berbicara dengan aksen Australia? Semua hal twisty mengenai huruf mitologi tersebut akan kalian temui di Rise of the Guardians. Dengan berebagai huruf mitologi tersebut, film ini akan membawa kita untuk berfokus pada huruf Jack Frost.
Dicerikana Jack Frost tiba-tiba terbangun tanpa ingat apapun mengenai dirinya. Yang ia tahu hanyalah ia berjulukan Jack Frost dan punya kemampuan untuk mengendalikan salju serta es. Namun alangkah terkejutnya ia alasannya sosoknya tidak sanggup dilihat bahkan disentuh oleh manusia-manusia. Tanpa tahu tujuan hidupnya, Jack Frost hanya bersenang-senang bersama belum dewasa yang tidak bisa melihat sosoknya hingga 300 tahun kemudian. Pada ketika yang sama di kutub utara Nicholas St. North (Santa Klaus) dikejutkan oleh kemunculan bayangan hitam yang ia duga sebagai Pitch Black (Boogeyman) yang ternyata telah bangun kembali. Untuk itulah Santa kembali mengumpulkan para Guardians lainnya, yaitu E. Aster Bunnymund (Easter Bunny), Toothiana (Tooth Fairy) dan Sandy (Sandman). Namun mereka mengetahui bahwa kekuatan Pitch Black sekarang sudah semakin bertambah dan sulit untuk mengalahkannya kalau hanya menggabungkan kekuatan mereka berempat. Untuk itulah Man in the Moon menunjuk satu orang lagi Guardian, yang secara mengejutkan jatuh kepada Jack Frost. Bersama, mereka berlima berusaha menggagalkan perjuangan Pitch Black untuk mengisi kehidupan belum dewasa dengan mimpi jelek dan rasa takut.
Jujur saja saya tidak pernah berharap banyak dari animasi produksi DreamWorks yang memang kebanyakan hanya berfokus pada visual anggun serta komedi slapstick garing tanpa memperlihatkan perhatian mendalam pada kandungan ceritanya. Memang ada film-film menyerupai KungFu Panda, How to Train Your Dragon sampai Shrek (hanya film pertama dan keduanya yang bagus) namun tetap saja bagi saya kemungkinan menerima film anggun dari rumah produksi ini masihlah 50:50. Karena itu meskipun film ini diisi suaranya oleh banyak sekali nama besar semisal Chris Pine, Alec Bladwin, Hugh Jackman hingga Jude Law, berbujet hingga $145 juta dan menerima nominasi Golden Globe, saya tetap tidak terlalu berekspektasi tinggi. Tapi toh ternyata Rise of the Guardians yakni film DreamWorks yang diatas rata-rata. Suasananya sedikit lebih gelap daripada kebanyakan film animasi DreamWorks lainnya. Ada tema mengenai kesepian, orang-orang yang dilupakan, bahkan ada momen yang memperlihatkan kematian dengan cukup menyentuh. Meski masih ada beberapa adegan humor ringan, tapi kandungan slapstick dan kekonyolannya tidak sekental film-film DreamWorks lain semisal Madagascar. Hal ini membuat Rise of the Guardians lebih gampang dinikmati oleh penonton sampaumur yang kadang memang tidak terlalu menyukai humor konyol ala DreamWorks.
Namun hal itu bukan berarti film ini lupa untuk menjadi lucu. Karena tetap ada banyak sekali momen komedi, hanya saaja momen tersebut tidak hanya asal dilemparkan pada penonton tapi punya timing yang sempurna sehingga efektif untuk memancing tawa. Kebanyakan momen tersebut tiba dari huruf Sandy yang disini memang tidak bisa berbicara dan bagaimana ia berusaha untuk berkomunikasi dengan huruf lainnya selalu bisa membuat saya tertawa. Sandy sendiri menjadi pola bagaimana karakter-karakter dalam Rise of the Guardians diciptakan dengan begitu unik serta mempunyai karakterisasi yang khas satu dengan yang lain. Memang pada jadinya kita akan lebih berfokus pada sosok Jack Frost, tapi itu tidak membuat kita melupakan huruf lainnya. Pada jadinya huruf yang likeable membuat saya peduli pada mereka dan bisa membuat momen-momen yang menyentuh. Karena saya peduli dengan karakternya, film ini juga menjadi sanggup menghadirkan momen-momen yang menegangkan. Adegan-adegan yang menghadirkan pertarungan antara Guardians dengan Pitch Black bisa dihukum tidak hanya dengan visualisasi memukau tapi juga sanggup membawa suasana yang menegangkan.
Saya begitu menyukai film ini dan gotong royong ingin memperlihatkan nilai yang lebih tinggi lagi, namun ada sebuah kekurangan fatal yang juga terdapat pada momen yang cukup vital dan menghalangi saya untuk menambah evaluasi terhadap film ini. Kekurangan tersebut terdapat pada titik puncak dan ending filmnya yang terasa begitu terburu-buru diakhiri. Tentu saja sesudah momen menarik sepanjang filmnya saya berharap pada sebuah final yang juga fantastis, namun pada jadinya film ini diakhiri dengan terburu-buru dan sangat biasa. Tentu saja ini yakni film animasi hiburan dan saya mustahil mengharapkan sebuah twist mengejutkan pada endingnya, tapi tetap saja sesudah perjalanan menyenangkan sepanjang filmnya, mengakhiri perjalanan tersebut dengan biasa menjadi sesuatu yang begitu hambar. Tapi untungnya secara keseluruhan film ini sudah terlanjur memikat saya dengan dongeng yang mendalam sekaligus fun serta diisi oleh karakter-karakter unik dan memorable. Saya berharap DreamWorks akan membuat sekuelnya dan supaya saja akan diisi oleh lebih banyak lagi huruf mitologi yang diberi twist unik.
Ini Lho Rise Of The Guardians (2012)
4/
5
Oleh
news flash