Saturday, January 12, 2019

Ini Lho Little Miss Sunshine (2006)

 
Film perdana dari duet sutradara sekaligus pasangan suami istri Jonathan Dayton dan Valerie Faris ini layak jikalau dinobatkan tidak hanya sebagai salah satu film terbaik tahun 2006 tapi juga salah satu film tersukses pada tahun tersebut yang hingga kini pun masih sering dibicarakan. Dengan bujet hanya $8 juta, film dramedi keluarga kecil ini sanggup mengumpulkan pendapatan diatas $100 juta. Tidak hanya itu, Little Miss Sunshine juga berhasil mendapatkan empat nominasi di ajang Oscar tahun 2007 untuk Best Picutre, Best Supporting Actress (Abigail Breslin menjadi aktris termuda yang menerima nominasi untuk kategori ini), Best Supporting Actor (Alan Arkin) dan Best Adapted Screenplay dimana film ini berhasil memenangkan dua diantaranya yaitu untuk naskah pembiasaan terbaik dan pemeran pendukung terbaik bagi Alan Arkin. Filmnya sendiri akan membawa kita kepada sebuah road movie yang dikombinasikan dengan unsur keluarga disfungsional yang akan dipaparkan dalam kemasa drama komedi. Kisah keluarga disfungsional tidak pernah terasa selucu dan sehangat ibarat yang saya tonton dalam film ini. Kaprikornus keluarga disfungsional macam apakah yang dihadirkan dalam naskah karya Michael Arndt (Toy Story 3, Star Wars Episode VII) ini?

Ini yaitu dongeng keluarga dari seorang perempuan berjulukan Sheryl Hoover (Toni Collette), seorang istri sekaligus ibu dari dua orang anak yang tinggal di Albuquerque, Nex Mexico. Sheryl harus menghadapi fakta bahwa keluarganya tidaklah sehangat dan seindah yang ia harapkan. Sang suami, Richard (Greg Kinnear) yaitu seorang motivator yang begitu membenci para loser dan begitu berambisi hidup sebagai seorang pemenang dan selalu mencekoki keluarganya dengan metode-metode untuk hidup dalam keberhasilan. Sang putera, Dwayne (Paul Dano) yaitu remaja anti-sosial hidup dalam ketidak bahagiaan dan sedang berpuasa bicara hingga ia bisa memenuhi impiannya menjadi pilot di US Air Force Academy. Puterinya yang gres berusia tujuh tahun, Olive (Abigail Breslin) begitu berambisi menjadi seorang puteri kecantikan dan terus berlatih untuk kompetisi tersebut bersama sang kakek, Edwin (Alan Arkin) yang seorang pecandu heroin. Seolah masih belum cukup, Sheryl harus membawa pulang saudaranya, Frank (Steve Carrell), seorang gay yang gres saja melaksanakan perjuangan bunuh diri. Tentu saja keluarga ini tidak pernah akur dan sering bertengkar, hingga suatu dikala mereka harus melaksanakan perjalanan bersama-sama menuju California dengan menaiki microbus guna mengantar Olive mengikuti ajang kecantikan Little Miss Sunshine.

Little Miss Sunshine dibuka dengan begitu baik dikala kita diajak untuk melihat satu per satu anggota keluarga Hoover dengan segala kepribadian serta keunikan mereka masing-masing. Opening yang ditutup dengan goresan pena "Sunshine" sempurna di atas muka Steve Carrell yang ironisnya begitu gloomy dan jauh dari kesan sunshine tersebut merupakan salah satu opening paling menarik yang pernah saya tonton. Rangkaian adegan pembuka tersebut sudah cukup untuk menciptakan saya terpaku untuk terus mengikuti alurnya. Seolah belum cukup, kemudian penonton diajak untuk melihat sebuah adegan makan malam yang disajikan begitu luar biasa. Diatas meja, anggota keluarga ini berkumpul dan masing-masing mengatakan kepribadian mereka disini. Adegan tersebut terasa begitu dinamis berkat obrolan dan konflik yang terlontar di meja makan dan tidak hanya menggambarkan secara lebih mendalam wacana masing-masing karakternya, adegan ini juga menggambarkan secara utuh bagaimana interaksi yang biasa terjadi diantara keluarga tersebut.Tentunya adegan tersebut juga bisa tampil dengan luar biasa lucu di tengah konflik dan pertengkaran yang tersaji di atasnya.
Setelah itu kita pribadi diajak mengikuti perjalanan yang dilakukan keluarga tersebut, dan sudah bisa ditebak pastinya akan banyak konflik dan kekacauan yang terjadi dalam perjalanan tersebut. Seperti road movie kebanyakan, konflik yang terjadi dalam perjalanan tersebut perlahan akan menyatukan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Dalam Little Miss Sunshine perjalanan yang terjadi akan banyak menghadirkan nilai-nilai kekeluargaan yang begitu kental. Kita akan melihat bagaimana banyak sekali cobaan sanggup menyatukan sebuah keluarga yang tadinya begitu terpecah belah. Ini yaitu wacana bagaimana sebuah keluarga yang memulai perjalanan dalam kondisi terpecah dan sesudah mereka melalui segala cobaan yang ada, mereka mengakhiri perjalanan mereka sebagai satu kesatuan yang begitu kuat. Kemudian jikalau kita membicarakan adegan yang memorable, niscaya salah satunya yaitu adegan disaat keluarga ini bekerja sama untuk menciptakan kendaraan beroda empat mereka berjalan dengan mendorongnya kemudian satu per satu dari merek berusaha masuk ke dalam. Adegan ini juga menggambarkan nilai keluarga lain yang seiring dengan berjalannya film akan semakin terasa yakni bahwa keluarga tidak pernah meninggalkan anggota keluarganya yang lain. Little Miss Sunshine mengatakan bagaimana pun sifat anggota keluarga kita, sebagai keluarganya kita dihentikan meninggalkan ia sendirian disaat ada cobaan sekeras apapun. Karena sesama anggota keluarga akan selalu mendukun anggota keluarganya apapun yang terjadi.

Salah satu kelebihan Little Miss Sunshine yaitu kemampuannya untuk mencampur aduk atmosfer yang menyentuh dengan komedi-komedi ringan yang terasa begitu lucu. Seringkali film ini menyuguhkan sebuah momen dramatis yang menyentuh namun tiba-tiba bisa terasa lucu tanpa harus dipaksakan. Sebagai pola yaitu adegan disaat Dwayne mendapatkan sebuah kenyataan yang membuatnya begitu terpukul. Awalnya saya dibentuk terenyuh oleh adegan tersebut, sebelum balasannya saya dibentuk tertawa dikala Dwayne keluar dari kendaraan beroda empat dan bicara untuk pertama kalinya. Adegan tersebut terasa begitu lucu alasannya sesudah sekian usang kata pertama yang keluar dari mulutnya yaitu teriakan "fuuuck!". Berulang kali film ini sanggup menciptakan saya tersentuh dan juga tertawa. Komedinya tiba dengan begitu alamiah dan seringkali terasa sarkastik namun tidak pernah gagal untuk menciptakan saya setidaknya tersenyum lebar. Tentu saja titik puncak dari semua itu yaitu penampilan Olive di panggung Little Miss Sunshine, khususnya dikala semua anggota keluarganya naik keatas panggung dan menunjukkan bahwa pada dikala itu mereka telah seutuhnya menyatu sebagai sebuah keluarga yang saling menyayangi. Diluar dugaan saya bisa tersentuh sekaligus tertawa terus-menerus dikala melihat adegan orang-orang sedang melaksanakan tarian "konyol" diatas panggung. Sebuah momen yang begitu menyenangkan sekaligus terasa hangat.

Little Miss Sunshine tidak hanya memaparkan dongeng kekeluargaan, alasannya disisi lain film ini juga memuat sindiran terhadap kontes kecantikan khususnya yang diadakan khusus untuk belum dewasa dimana mereka harus bersikap layaknya ratu kecantikan dan berdandan ataupun berperilaku ibarat orang remaja hanya untuk memenangkan kontes tersebut. Karena gotong royong kita yaitu diri kita sendiri dan sudah sepantasnya kita hidup sebagai diri kita sendiri bagaimana pun sosok dari diri kita tersebut. Segala kekuatan dalam presentasi tersebut juga didukung oleh penampilan mahir dari para pemainnya mulai dari Abigail Breslin, Alan Arkin, Paul Dano hingga Steve Carrell yang diluar dugaan sanggup tampil sebagus ini dan bagi saya merupakan salah satu performa terbaik sang pemeran sepanjang karirnya. Sebuah film keluarga yang bagus, Sebuah road movie yang bagus. Sebuah dramedi yang bagus. Ya, Little Miss Sunshine yaitu film bagus yang begitu lengkap.

Artikel Terkait

Ini Lho Little Miss Sunshine (2006)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email