Peruntungan Joseph Gordon-Levitt tengah berada di puncak. Setelah selama ini lebih sering muncul di film-film indie dengan bujet kecil yang lebih sering diputar di festival-festival film, beberapa tahun belakangan namanya mulai jadi langganan film-film blockbuster. Untuk tahun 2012 saja beliau sudah muncul dalam empat film, yaitu The Dark Knight Rises, Premium Rush, Looper, dan Lincoln garapan Steven Spielberg yang menjadi salah satu unggulan di Oscar tahun depan. Dalam Looper, Gordon-Levitt tidak sendirian alasannya yaitu ada beberapa nama besar lain ibarat Emily Blunt, Paul Dano dan tentunya Bruce Willis yang memerankan versi tu dari abjad yang dimainkan Gordon-Levitt. Disutradarai oleh Rian Johnson yang selama ini lebih sering menciptakan film low bodget (termasuk Brick, sebuah film noir yang juga dibintangi Gordon-Levitt), Looper menerima banyak pujian, dimana banyak yang menyampaikan bahwa Looper yaitu Inception-nya 2012. Pada karenanya saya merasa kebanggaan itu agak overrated, tapi tetap saja Looper yaitu sebuah film action/sci-fi yang manis dan bukan sebuah film time travel kacangan dengan imbas CGI glamor namun dongeng yang ala kadarnya.
Pada tahun 2044, perekonomian Amerika Serikat mengalami kehancuran dan menciptakan kehidupan disana tidak lagi kondusif. Kejahatan banyak terjadi dimana-mana dan organisasi kriminal menjadi raja. Bahkan pada ketika itu 10% populasi penduduk mengalami mutasi yang menjadikan mereka mempunyai kekuatan telekinetik meskipun kekuatan tersebut tidak dalam jumlah yang besar. Mesin waktu sendiri gres ditemukan 30 tahun kemudian dan dengan segara penggunaannya dihentikan jawaban sering digunakan untuk tindak kejahatan. Salah satu tindak kejahatan yang sering dilakukan oleh bandit yaitu dengan cara mengirimkan orang yang ingin mereka bunuh dari tahun 2074 ke tahun 2044 dengan memakai mesin waktu. Kemudian ketika sang korban hingga ia akan eksklusif dihukum oleh orang yang disebut sebagai looper. Joe (Joseph Gordon-Levitt) yaitu salah seorang looper termuda yang pernah direkrut dan selalu menjalankan kiprah membunuhnya dengan baik. Namun pekerjaan sebagai looper tidak berjalan selamanya, alasannya yaitu ada kalanya pihak organisasi akan memutus kontrak para looper dengan cara mengirim versi masa depan dari anggota yang akan diputus kontraknya untuk kemudian dibunuh oleh anggota itu sendiri (disebut closing the loop). Joe sendiri karenanya mengalami hal itu ketika dirinya dari 30 tahun yang akan tiba (Bruce Willis) harus ia bunuh.
Pada tahun 2044, perekonomian Amerika Serikat mengalami kehancuran dan menciptakan kehidupan disana tidak lagi kondusif. Kejahatan banyak terjadi dimana-mana dan organisasi kriminal menjadi raja. Bahkan pada ketika itu 10% populasi penduduk mengalami mutasi yang menjadikan mereka mempunyai kekuatan telekinetik meskipun kekuatan tersebut tidak dalam jumlah yang besar. Mesin waktu sendiri gres ditemukan 30 tahun kemudian dan dengan segara penggunaannya dihentikan jawaban sering digunakan untuk tindak kejahatan. Salah satu tindak kejahatan yang sering dilakukan oleh bandit yaitu dengan cara mengirimkan orang yang ingin mereka bunuh dari tahun 2074 ke tahun 2044 dengan memakai mesin waktu. Kemudian ketika sang korban hingga ia akan eksklusif dihukum oleh orang yang disebut sebagai looper. Joe (Joseph Gordon-Levitt) yaitu salah seorang looper termuda yang pernah direkrut dan selalu menjalankan kiprah membunuhnya dengan baik. Namun pekerjaan sebagai looper tidak berjalan selamanya, alasannya yaitu ada kalanya pihak organisasi akan memutus kontrak para looper dengan cara mengirim versi masa depan dari anggota yang akan diputus kontraknya untuk kemudian dibunuh oleh anggota itu sendiri (disebut closing the loop). Joe sendiri karenanya mengalami hal itu ketika dirinya dari 30 tahun yang akan tiba (Bruce Willis) harus ia bunuh.
Rian Johnson sanggup menampilkan sebuah kisah time travel yang intinya masih terlihat sebagai sebuah hal yang tidak mungkin di masa kini sebagai sebuah kisah yang terasa realistis. Kita lihat setting dari film ini yang sanggup dibilang tidak terlalu megah sebagai sebuah citra masa depan meski masih ada beberapa hal ibarat kendaraan beroda empat terbang dan banyak sekali teknologi lain yang menggambarkan sebuah kemajuan zaman. Disisi lain ibarat yang sudah sering ditampilkan dalam film-film bertemakan masa depan lain, Looper juga menampilkan sebuah situasi dimana dunia sedang berada dalam kondisi yang hancur-hancuran jawaban jatuhnya perekonomian. Sebuah cara yang sanggup dibilang sudah sangat biasa digunakan untuk membuka jalan dongeng mengenai sebuah dunia dimana kejahatan dan kriminalitas mendominasi. Namun sekali lagi suasana yang dibangun masihlah terasa realistis. Konsep science-fiction yang ditawarkan sendiri cukup sanggup diterima dengan gampang oleh penonton. Penuturannya terang dan tidak bertele-tele sehingga tidak terasa membingungkan. Selain itu konsepnya juga terasa sederhana dan tidak terasa rumit namun juga tidak terasa bodoh. Tapi dibalik kesederhanaan tersebut naskah yang ditulis sendiri oleh Rian Johnson ini masih terasa cerdas.
Sebagai penyeimbang, film ini juga menampilkan adegan-adegan action yang dihukum dengan cukup baik. Selipan adegan agresi yang ada meski tidak terasa bombastis sudah cukup sebagai sebuah hiburan untuk menjaga semoga film ini masih tetap akrab dengan para penonton awam. Tapi salah satu yang paling terasa dan menjadi kekuatan dari film ini yaitu unsur drama didalamnya. Menginjak pertengahan kita akan dijejali dengan banyak sekali konflik drama, mulai dari pencarian Joe versi renta terhadap seorang bocah yang dalam 30 tahun mendatang akan menjadi seorang kriminal berbahaya yang dikenal dengan sebutan the rainmaker, hingga kisah yang melibatkan Joe muda dengan seorang perempuan single parents, Sara (Emily Blunt) yang harus merawat anak tunggalnya, Cid (Pierce Gagnon) dan pada karenanya Sara juga terlibat sedikit romansa dengan Joe. Porsi drama dalam film ini bukan hanya sekedar sempilan atau suplemen belaka namun sebuah pembangun struktur kisah yang memang diperlukan. Jika ditelaah, dramanya cukup kelam dan sentimentil, mulai dari kisah ibu dan anak, pembalasan dendam, kehilangan orang yang dicintai, hingga pengorbanan yang dilakukan tokohnya. Konklusinya mungkin terasa mendadak namun setidaknya dengan ending yang dipilih, Looper menjadi tidak punya plot hole menganga. Satu atau dua lubang kecil tetap ada namun bagi saya tidak berdampak besar.
Karakterisasi dan penampilan para pemainnya memuaskan. Mulai dari para abjad yang porsinya tidak terlalu banyak ibarat Paul Dano (yang selalu bagus) hingga Jeff Daniels sebagai sang boss bandit dari masa depan. Lalu ada Emily Blunt sebagai Sara yang sangat saya sukai karakternya. Mayoritas abjad perempuan dalam film agresi ataupun sci-fi hanyalah suplemen saja yang tidak punya porsi signifikan dan karakterisasi dangkal. Namun dalam Looper, Sara yaitu seorang perempuan yang independen, berpengaruh namun punya kesedihan jawaban rasa sayang yang mendalam pada sang anak terhalang oleh suatu hal yang kelam. Pierce Gagnon yang gres berusia 7 tahun ternyata sanggup bermain baik sebagai mutan kecil yang sanggup berubah angker namun cerdas. Tapi tenunya duo Gordon-Levitt dan Bruce Willis jadi kunci disini. Gordon-Levitt tampil dengan riasan yang membuatnya sangat ibarat dengan Willis (meski banyak penonton yang terganggu dan merasa aneh). Tapi Gordon-Levitt tidak hanya ibarat secara fisik, namun secara penampilan beliau sanggup menciptakan penonton percaya bahwa ia yaitu versi muda dari Willis. Sedangkan Willis sendiri memang sangat pas sebagai laki-laki paruh baya andal tembak yang menyimpan luka mendalam jawaban rasa kehilangan.
Pada karenanya saya tidak merasa Looper sebagai sebuah film yang berada dalam kelas setingkat dengan Inception ibarat yang banyak ditulis kritiukus. Sedikit terasa overrated dan punya beberapa momen yang kurang menarik, tapi saya tetap mengamini pernyataan bahwa Looper yaitu sebuah film sci-fi yang menyimpan kecerdasan dalam kesederhanaan. Looper juga menyisakan beberapa hal dalam kepala saya, antara lain mengenai jalan hidup yang akan kita pilih dan alangkah menyenangkannya kemisteriusan yang disimpan oleh masa depan kita sendiri. Tapi saya baiklah dengan tagline film ini, yaitu bahwa kita yaitu insan yang selalu dihantui oleh masa depan kita. Mungkin bukan dalam sosok nyata, tapi lebih kepada bayangan dan ketakutan kita akan masa depan kita sendiri. Ataukah memang hal ini yang coba disampaikan Rian Johnson sepanjang film?
Ini Lho Looper (2012)
4/
5
Oleh
news flash



