Tuesday, January 8, 2019

Ini Lho Nightcrawler (2014)

Suka atau tidak, kini ialah kurun dimana banyak orang menghalalkan segala cara demi mendapat uang dan kekuasaan. Tidak hanya bagi mereka yang ambisius, hal itu terjadi juga pada orang-orang tidak bisa yang rela melaksanakan pekerjaan apa saja demi sesuap nasi, supaya bisa bertahan hidup. Berbagai macam kegilaan memang telah mengakar besar lengan berkuasa diantara masyarakat kini ini, dan aneka macam macam kegilaan itulah yang dituturkan oleh Dan Gilroy dalam debut penyutradaraannya ini. Menghadirkan Jake Gyllenhaal (yang semakin akil menentukan peran) dalam versi super kurus, Nightcrawler berpusat pada sosok Louis Bloom (Jack Gyllenhaal), seorang laki-laki pengangguran yang mencari uang dengan cara mencuri. Barang apa yang dicuri Bloom? Jawaannya apa saja, mulai dari pagar kawat dan barang-barang rongsokan hingga sepeda balap. Tapi meski telah banyak mencuri barang, itu tetap belum bisa mencukupi kehidupan Lou. Dia butuh suatu pekerjaan tetap dengan prospek jangka panjang untuk menghasilkan banyak uang. Setelah gagal dalam beberapa lamaran pekerjaan, jadinya Lou mendapat sebuah inspirasi.

Dia terinspirasi untuk menjadi seorang juru kamera amatir yang merekam insiden untuk kemudian menjual footage tersebut pada stasiun televisi untuk ditayangkan dalam siaran berita. Berberak kamera, GPS dan kemampuan yang semuanya serba terbatas, Lou jadinya nekat turun ke jalan, merekam aneka macam macam insiden meski tidak semuanya berujung kesuksesan. Sampai jadinya kenekatan Lou membuahkan hasil dimana ia berhasil merekam footage korban penembakan dari jarak bersahabat kemudian menjualnya ke sebuah stasiun televisi. Kepala bab isu pagi di stasiun televisi itu, Nina Romina (Rene Russo) tertarik akan talenta dan kejelian mata Lou dalam merekam. Nina pun menjanjikan banyak uang apabila Lou sering menyetor rekaman-rekaman manis pada mereka. Rekaman manis yang dimaksud Nina ialah yang mengandung unsur kekerasan, sadisme, dan tragedi. Tentu tidak mudah, alasannya ialah aneka macam insiden itu tidak terjadi setiap hari, apalagi ketika ini angka kriminalitas di Los Angeles tengah menurun. Pada ketika itulah kepintaran sekaligus kegilaan Lou memberinya ide untuk membawa pekerjaan itu ke tingkatan yang lebih tinggi...dan sinting.
Boleh saja film ini mengusung genre thriller-kriminal sebagai jualan dan fokus utama, tapi aura horor amat kental terasa. Horor, alasannya ialah semua yang hadir begitu bersahabat dengan kehidupan di sekitar kita. Sekilas Lou dan aneka macam langkah gilanya begitu fiktif, tapi coba perhatikan lagi maka anda akan menemukan bahwa semua aspek sering kita temui di keseharian entah disadari atau tidak. Salah satunya terperinci menyerupai yang saya singgung diawal, yakni perihal kegilaan mereka-mereka yang bersedia melaksanakan apapun demi uang atau jabatan. Lebih jauh lagi, kita akan menemukan korelasi negatif antara penonton dengan isu televisi. Masyarakat ketika ini akan lebih "senang" melihat kekerasan, bahkan kecelakaan di pinggir jalan pun mengundang lebih banyak penonton daripada pementasan seni. Disisi lain, hal itu dimanfaatkan oleh stasiun televisi untuk menyiarkan berita-berita negatif itu, bahkan mulai meminggirkan kebenaran, dan memuja dramatisasi yang menjadikan siaran isu ketika ini banyak yang tidak jauh beda dengan sinetron. Selain itu, kesan horor juga hadir berkat pengemasan atmosfer yang dilakukan Dan Gilroy. Adegan-adegan Lou merekam footage-nya terasa mencekam dengan banyaknya selesai hidup tragis tapi realistis serta pembangunan atmosfer layaknya mocku-horror.
Bicara soal pengemasan adegan dan intensitas, Nightcrawler juga berhasil menampilkan sebuah adegan car chase yang luar biasa. Intens, menegangkan, penuh kejutan dan ditutup dengan satu lagi hal sinting, menciptakan adegan itu saya yakin bakal menjadi adegan car chase terbaik tahun ini mengalahkan lebih banyak didominasi film-film action yang justru lebih sering melempem menyuguhkan momen semacam itu. Tidak hanya dalam penyutradaraan, dalam penulisan naskahnya pun Dan Gilroy berhasil dengan baik disini. Banyak sekali dialog-dialog yang dikemas menarik, seringkali menggelitik, lengkap dengan pertukaran dinamis antar tia-tiap tokoh. Tentu saja itu tidak akan berhasil tanpa akting manis para aktornya. Tanpa bermaksud mengecilkan bantuan pemain lain menyerupai Rene Russo yang tampil baik, film ini terperinci jadi panggung Jake Gyllenhaal. Lihat gesturnya yang kalem, lihat ekspresinya yang menyedot atensi, lihat bagaimana ekspresinya seringkali bisa "meletup" entah dengan tawa, senyum, atau bahkan amarah. Lou sebagai seorang yang bisa mengontrol psikologis orang lain hanya dengan kata-kata, penuh kecerdasan, membenci dunia (dan manusia-manusia), serta begitu egois dan "sakit" pun dihadirkan tepat oleh Gyllenhaal. Lou Bloom ialah citra tepat bagaimana orang akil belum tentu mereka yang well-educated seperti yang disebutkan banyak institusi, tapi mereka yang mau belajar.

Saya suka ending film ini yang makin mendekatkan film dengan kondisi sekarang. Kenapa? Karena jikalau sosok menyerupai Lou diperlihatkan jadinya gagal, berhenti atau mati itu sangat jauh dari cerminan kenyataan dimana orang-orang menyerupai ia masih belum mati dan tetap akan terus beraksi. Penuh dengan gelapnya malam berhiaskan gemerlap lampu-lampu, Nightcrawler adalah film perihal ambisi. Kata "malam" sendiri merupakan perlambang dari kegelapan, atau jikalau dikaitkan dengan tema "ambisi" yang diusung, kegelapan disini berarti dark path atau jalan gelap yang diambil karakternya untuk bisa memenuhi ambisi mereka tersebut. Begitu menegangkan, menyeramkan dan gilanya film ini memang menawarkan sudah segila dan seseram apa dunia beserta masyarakat yang tinggal di dalamnya ketika ini. Twisted movie with twisted characters.

Artikel Terkait

Ini Lho Nightcrawler (2014)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email