Serial anime Ninja Kids atau Nintama Rantaro ialah salah satu tontonan favorit saya di masa kecil dulu. Bahkan hingga kini saya masih menyempatkan sesekali membaca komiknya. Daya tarik dari serial ini ialah pengemasan komedinya yang konyol dan penuh unsur slapstick yang kental dengan nuansa absurd. Hal yang sama berlaku juga pada karakter-karakter yang ada. Semuanya selalu punya kekonyolan masing-masing, tapi dibalik itu mereka punya ciri khas dan karakterisasi yang kuat, bahkan abjad minor sekalipun setidaknya punya sebuah ciri khas yang membedakan mereka dengan abjad lainnya. Penuh kekonyolan dan keabusrdan yang menyenangkan ialah hal yang menciptakan saya menyukai kisah para ninja cilik ini. Tapi bagaimana kalau ada film yang mengadaptasi anime ini dan disutradarai oleh Takashi Miike? Banyak orang yang mungkin akan kaget alasannya ialah selama ini nama Miike lebih populer lewat film-film penuh darah yang mengumbar gore tingkat tinggi. Namun bersama-sama selama ini jangkauan genre yang dicakup oleh Miike jauh lebih luas dari sekedar film sadis, alasannya ialah dia juga pernah menggarap film dengan tema kriminal (khususnya Yakuza), film musikal, komedi, penyesuaian game, film samurai, dan tentunya film-film keluarga yang ringan, termasuk Ninja Kids!!! ini.
Film ini akan membawa kita pada awal pada ketika Rantaro (Kato Seishiro) gres masuk ke perguruan ninja.Rantaro sendiri berasal dari keluarga ninja yang miskin, dimana sang ayah dahulu ialah mantan ninja namun kini hanya bekerja sebagai petani biasa. Rantaro diperlukan oleh kedua orang tuanya bisa menjadi ninja kelas atas yang hebat. Di perguruan ninja itu, Rantaro tergabung dalam kelas Ha, yang isinya ialah murid-murid yang bisa dibilang paling bodoh. Disana dia berteman dengan Kirimaru (Hayashi Roi) yang mata duitan dan Shinbei (Kimura Futa) yang jago makan dan tidur. Tahun awal kehidupan mereka di perguruan ninja tersebut diisi dengan banyak sekali macam kekonyolan dan kebodohan dalam tiap pelajaran ilmu ninja yang diberikan. Pada paruh pertama kita masih belum akan disuguhi banyak konflik. Paruh pertama film masih diisi dengan perkenalan-perkenalan pada masing-masing abjad dalam film ini. Mulai dari Guru Doi yang erat dengan anak-anak, Pak Guru Yamada yang bahagia berdandan sebagai perempuan, ibu kantin yang ketat soal makanan, kepala sekolah yang jago tapi sudah berumur, Yamamoto Shina sang perempuan misterius, hingga Happosai si ninja jahat tapi konyol yang berkepala besar. Semua abjad menerima kesempatan menampilkan ciri khasnya. Hebatnya lagi, tampilan mereka sama persis dengan yang selama ini kita kenal baik di anime ataupun manga-nya.
Sayangnya, disaat film memasuki paruh kedua dimana konflik utama sudah dimulai tidak semua abjad yang ada menerima kesempatan untuk muncul. Bahkan kita justru akan makin banyak dijejali oleh karakter-karakter gres daripada memaksimalkan abjad yang sudah diperkenalkan di paruh pertama tadi. Tapi yang masih tetap bertahan di paruh kedua ini ialah nuansa abstrak dalam filmnya. Berbagai momen yang tidak hanya penuh momen slapstick konyol tapi juga tingkat abstrak yang tinggi seringkali muncul. Bayangkan saja ditengah-tengah film ada sosok ninja yang muncul dengan merobek background film hanya untuk menjelaskan sesuatu menyerupai jenis senjata dan hal-hal lainnya. Tapi justru itulah kelebihan lain dari Ninja Kids!!! Selain desain karakternya yang setia pada versi aslinya, semangat dan suasana yang ditampilkan juga punya rasa yang sama. Momen yang mungkin akan terasa tidak terang dan asing memang sering muncul baik di anime ataupun komiknya, dan itulah yang menjadi kekuatan utamanya. Untuk versi filmnya sendiri kekonyolan itu jujur bisa menciptakan saya terhibur. Tidak semua komedinya terasa lucu, tapi masih bisa menciptakan saya betah menonton, apalagi dengan segudang kebodohan dan abnormalitas yang ditawarkan.
Jika ditinjau dari rangkaian plot-nya, film ini mungkin akan terlihat kacau. Terjadinya hal-hal diluar nalar, fokus dongeng yang kadang tidak jelas, sempilan-sempilan adegan komedi yang tidak kalah abstrak baik sanksi hingga penempatannya, mungkin akan terasa sangat mengganggu dan menciptakan beberapa penonton akan menyampaikan bahwa ini ialah film buruk yang bodoh. Tapi bersama-sama semua hal itu ialah sebuah bentuk kesetiaan pada sumber aslinya. Takashi Miike selama ini lebih dikenal sebagai sutradara yang menciptakan film penuh gore dan kekerasan tingkat tinggi, tapi saya lebih suka menyebut Miike sebagai seorang sutradara yang bisa memahami dengan baik bagaimana sebuah film harus digarap secara total. Untuk urusan menangkap jiwa dalam sebuah naskah yang dia garap, Miike memang jagonya. Saat harus menciptakan film ihwal seorang pembunuh berantai dia akan menyajikannya tanpa tanggung-tanggung. Begitu pula ketika dia mengadaptasi anime menyerupai film ini, tidak tanggung-tanggung dia sangat setia pada sumbernya bahkan bisa menangkap suasana yang muncul dan jadi andalan serial Rantaro.
Saya sendiri secara keseluruhan cukup bisa menikmati film ini, meski di beberapa bab humornya terasa garing dan keanehannya sudah agak terasa berlebihan untuk sebuah live action. Film ini juga terasa kurang halus dalam momen demi momen yang terasa menyerupai bukan sebuah satu kesatuan yang utuh dan lebih menyerupai satu film dengan banyak segmen yang berbeda-beda. Namun hingga akhir, film ini tidak pernah terasa membosankan. Diluar dugaan saya, Ninja Kids!!! dibalut dengan imbas CGI yang cukup anggun dan pengemasannya juga pas makin menciptakan momen komikal dalam film ini efektif. Bukan termasuk dala jajaran film terbaik Miike memang, namun film ini ialah sebuah hiburan menyenangkan serta penyesuaian yang sangat setia pada sumber aslinya, meskipun sosok Rantaro dalam film ini terasa kurang menonjol (dalam anime ataupun komik, meski tidak seaneh tokoh lainnya, sosok Rantaro tetap masih lebih menyenangkan untuk ditonton dibandingkan versi filmnya. Namun yang jelas, kalau sedang butuh hiburan saya tidak akan keberatan untuk kembali menonton film ini.
Ini Lho Ninja Kids!!! (2011)
4/
5
Oleh
news flash