Setelah sukses menelurkan sebuah animasi stop-motion yang punya visual unik dan dongeng yang bisa dinikmati oleh orang cukup umur dalam Coraline, studio Laika kembali merilis sebuah animasi stop-motion dengan konten dongeng yang lagi-lagi mengambil pendekatan kearah horror layaknya Coraline. Diarahkan oleh sutradara Sam Fell dan Chris Butler, ParaNorman akan membawa kita kedalam sebuah kisah horor ihwal hantu, zombie hingga penyihir dalam balutan animasi. Meskipun tidak mempunyai penceritaan sekelam dan seunik Coraline, bila dibandingkan film-film animasi lain terang ParaNorman punya daya tarik tersendiri yang membuat orang cukup umur sekalipun bisa menikmati filmnya dan bawah umur mungkin malah akan ketakutan menonton visualisasi zombie, penampakan hantu hingga teror penyihir yang menjadi titik puncak film ini. Makara siapakah Norman sebenarnya? Norman hanyalah bocah berumur 11 tahun yang sering dicap gila oleh orang-orang disekitarnya, mulai dari tetangga, teman-teman disekolah, bahkan hingga keluarganya (khususnya ayah dan abang perempuannya). Mereka semua menganggap Norman gila alasannya ialah legalisasi Norman yang katanya bisa berkomunikasi dengan hantu.
Kebiasaan Norman yang gemar menonton film horror khususnya zombie dan mengoleksi barang-barang yang berkaitan dengan zombie hingga kebiasaannya bicara sendiri membuat orang-orang menjauhinya. Di sekolah ia sering menjadi korban bullying. Dirumah juga sering dimarahi sang ayah alasannya ialah sering menyampaikan bahwa ia gres saja bicara dengan neneknya yang telah meninggal. Namun meski semua orang tidak percaya, kemampuan Norman tersebut memang benar adanya. Norman bisa berkomunikasi dengan orang mati bahkan binatang yang telah mati pun bisa ia ajak berinteraksi. Norman terus hidup dalam kesendirian, hingga suatu hari pamannya yang juga dicap sebagai orang gila mendatanginya dan meminta Norman meneruskan pekerjaannya untuk menjaga semoga kutukan penyihir yang telah usang terkubur tidak bangun kembali. Namun sayangnya semua terlambat dan sang penyihir pun bangkit, lengkap dengan sepasukan zombie yang meneror warga kota. Harapan semua orang sekarang justru terletak pada Norman yang selama ini mereka anggap sebagai anak aneh.
Seperti yang sudah sedikit saya tuliskan diatas, ParaNorman berhasil menyuguhkan sebuah visual yang terang pantas dikategorikan bagus. Jujur saya masih lebih suka dengan visualisasi yang ada di Caroline alasannya ialah lebih tearas unik dan punya aura 'main-main' yang kuat, sedangkan film ini terasa lebih mainstream, tapi hal itu sama sekali tidak mengurangi kekuatan visual ParaNorman apalagi bila dibandingkan dengan film-film animasi rilisan Hollywood lainnya. Sebuah dunia horror penuh dengan hantu dan zombie menyeramkan sanggup muncul dalam film ini. Tentunya semoga penonton bawah umur tetap bisa menikmati, visualisasinya tidak hanya menuju kearah menakutkan namun juga mengalami beberapa sentuhan yang membuatnya punya nuansa komedi. Tapi itu semua tidak pernah membuat suasana horor yang ada menjadi berkurang. Zombie yang muncul tetap bisa membuat suasana tegang, dan bisa mengagetkan layaknya film-film horor live action. Bahkan titik puncak film ketika sang penyihir muncul bisa membuat penonton bawah umur ketakutan. Sebuah adegan ditengah hutan ketika sang penyihir berbisik pada Norman ialah salah satu adegan paling creepy dalam film ini.
Untuk urusan cerita, ParaNorman bekerjsama tidak punya alur yang mengejutkan. Kita akan disuguhi sebuah kisah from zero to hero yang sudah ratusan kali muncul dalam film. Norman yang awalnya dicemooh dan dijauhi lalu menjadi pahlawan. Namun sekali lagi beberapa pernak-pernik ceritanya yang cukup kelam dan aura horor yang ada membuat ParaNorman tidak lagi terasa klise dan membosankan. Jika ditilik lagi, bekerjsama film ini cukup kelam dalam ceritanya. Unsur maut terang sangat dekat dengan kisahnya. Lalu ada hal ihwal kesalah pahaman yang berujung tragis. Tapi kemasan komedi yang ada membuat film ini tetap terasa ringan meski bagi para penonton cukup umur atau penonton yang kritis akan bisa menangkap bagaimana kelamnya kisah dalam film ini. ParaNorman secara keseluruhan ialah sebuah kisah ihwal bagaimana orang seringkali memandang orang lain dengan semena-mena dan semau mereka, padahal orang yang mereka judge secara negatif itu belum tentu memang jelek menyerupai yang terlihat di permukaan. Setidaknya para tokoh dalam film ini mengalami hal itu mulai dari Norman, para zombie hingga Aggie sang penyihir.
Overall, ParaNorman patut menerima kebanggaan alasannya ialah tetap berani mempertahankan suasana horror meskipun dibalut dengan bentuk animasi, dan disisi lain masih bisa terasa akrab dengan penonton anak-anak. Keberanian memasukkan unsur dongeng yang cukup kelam juga patut dipuji, dan satu keberanian lagi yang cukup mengejutkan ialah adanya huruf gay dalam sebuah film animasi.
Ini Lho Paranorman (2012)
4/
5
Oleh
news flash