Monday, January 14, 2019

Ini Lho On Her Majesty's Secret Service (1969)

Film ini yaitu penanda masa gres dalam dunia James Bond, dimana Sean Conery untuk pertama kalinya tidak lagi menjadi biro 007 (meski pada jadinya di tahun 1971 ia kembali lagi dalam Diamonds Are Forever). Sosok James Bond disini diperankan oleh George Lazenby. Lazenby sebagai Bond memang banyak memunculkan cerita. Yang pertama tentunya yaitu fakta bahwa ia bukan merupakan orang Inggris orisinil (Lazenby yaitu orang Australia). Hingga ketika inipun Lazenby menjadi satu-satunya bintang film non-British yang memerankan James Bond. Selain itu, ia juga hanya muncul dalam satu film saja, yakni OHMSS ini, dengan alasan tidak ini ter-typecast dan tidak sanggup lepas dari bayang-bayang huruf Bond. Pada awal perilisannya sendiri OHMSS dan Lazenby tidak menerima sambutan yang terlalu positif. Filmnya hanya menerima sekitar $64 Juta, yang mana menurun jauh, sekitar $40 juta kalau dibandingkan You Only Live Twice. Selain itu Lazenby dinilai tidak cocok memerankan huruf Bond yang memang sudah terlanjur begitu menempel pada diri Sean Conery. Namun seiring dengan berjalannya waktu, OHMSS justru dianggap menjadi salah satu film Bond terbaik sepanjang masa dan sering bersaing dengan Goldfinger sebagai yang terbaik.

Dalam film ini James Bond akan kembali berhadapan dengan Ernst Blofeld yang kali ini diperankan oleh Telly Savalas. Bond menyamar sebagai jago genealogy untuk menyusup ke dalam markas Blofeld yang terletak di puncak pegunungan alpen yang bersalju. Kali ini Blofeld berusaha untuk menghancurkan suplai materi makanan di seluruh dunia. Namun selain berhadapan dengan Blofeld, Bond juga akan "berhadapan" dengan kisah cintanya yang paling rumit disini, dimana ia akan bekerjasama dengan Tracy (Diana Rigg), puteri dari Marc-Ange Draco (Gabriele Ferzetti) yang merupakan salah satu bos organisasi kriminal. Ya, selain aneka macam kisah diluar layar, OHMSS juga populer dengan fakta bahwa ini yaitu satu-satunya film dimana Bond menikah secara resmi, sesudah sebelumnya menikah di You Only Live Twice, namun ijab kabul tersebut hanya merupakan bab dari misi belaka.

Sedari awal sudah terasa bahwa OHMSS belum sanggup lepas dari bayang-bayang Bond milik Conery, atau lebih tepatnya takut untuk lepas. Sosok Bond yang sempat disembunyikan wajahnya diawal memang memperlihatkan perjuangan untuk memperkenalkan kembali sosoknya dan memperlihatkan aksentuasi bahwa ini yaitu sosok Bond yang baru. Tapi lihat opening theme yang menampilkan aneka macam adegan ikonis dari aneka macam film Bond sebelumnya, seolah ingin meyakinkan bahwa OHMSS merupakan kisah biro 007 yang sama. Usaha yang sanggup dimaklumi dan masuk akal namun caranya terlalu malas dan pointless. Belum lagi ada sebuah adegan dimana secara tiba-tiba musik pengiringnya berganti menjadi lagu Underneath the Mango Tree yang sudah menempel dengan kemunculan Ursula Andress dalam Dr. No. Lagi-lagi sebuah perjuangan yang terkesan frustasi dan penempatannya tidak pas. Terlalu dipaksakan. Tapi diluar itu OHMSS sudah memperlihatkan aneka macam sentuhan gres yang cukup menyegarkan.
Setelah dalam beberapa film sebelumnya lebih berfokus dalam pemakaian gadget yang makin canggih, maka disini duo penulis naskah Richard Maibaum dan Simon Raven mengesampingkah hal tersebut dan lebih berfokus dalam pengembangan ceritanya. Hal itu menciptakan OHMSS terasa lebih membumi dibandingkan installment sebelumnya. Bahkan nuansa ceritanya sendiri terasa lebih gelap. Salah satu faktornya yaitu interpretasi Lazenby untuk huruf Bond versinya. Jika Bond milik Conery lebih sering melontarkan humor dan terkadang kurang serius meski masih punya karisma yang kuat, maka Bond milik Lazenby lebih sering memperlihatkan sosok Bond yang menderita dan lebih gelap. Memang masih ada beberapa one-line lucu yang ia lontarkan, dan kemunculannya dengan menggunakan kostum khas Skotlandia terang terasa tidak ibarat Bond yang cool. Namun diluar itu Bond versi Lazenby terasa lebih serius, sebuah performa yang sampai sekarang masih sering dikritisi namun disisi lain juga menerima pujian. Saya masih lebih suka Conery, tapi tetap mengakui bahwa untuk OHMSS yang mempunyai tone serius dan lebih gelap Lazenby lebih pas. Bicara soal tone yang gelap, film ini juga punya ending yang gelap dan tragis, tidak hanya untuk ukuran film Bond saja tapi juga sebagai film pada umumnya.

On Her Majesty's Secret Service juga punya adegan agresi yang lebih seru dan brutal. Dengan setting pegunungan bersalju Alpen yang ditampilkan dengan indah, adegan kejar-kejaran dengan ski terasa lebih seru. Bahkan ada banyak darah yang tumpah, menciptakan OHMSS menjadi salah satu film Bond dengan kandungan gore paling kental. Bahkan titik puncak yang menampilkan Bond beraksi dibalut dengan theme song James Bond menciptakan sosoknya begitu keren. Bicara Bond Formula, film ini tetap memegang teguh hal tersebut. Musik tema All the Time in the World awalnya tidak terdengar ibarat musik tema Bond, tapi usang kelamaan makin terasa pas. Diana Rigg sebagai Bond Girl terang menjadi salah satu Bond Girl paling ikonis, dengan menjadi satu-satunya istri biro 007. Sosok Bond Villain dalam Ernst Blofeld juga terasa mengancam dan kejam. Dibandingkan kemunculannya di You Only Live Twice terang Blofeld lebih intimidatif, kejam dan punya rencana yang lebih jenius sekaligus mengancam. Salah satu kemunculan villain terbaik dalam franchise James Bond. Dengan suasana yang lebih gelap, ending yang tragis, action sequence yang seru dan brutal, serta sosok Bond yang lebih kelam, On Her Majesty's Secret Service bahu-membahu sanggup menjadi film Bond terbaik mengalahkan Goldfinger. Ya, ini yaitu Bond terbaik, andai saya tidak terganggu dengan plot hole dimana Blofeld tidak mengenali penyamaran Bond, padahal jelas-jelas di film sebelumnya mereka sudah saling berhadapan. Bagaimana sanggup ia tidak mengenali sosok Bond yang "menyamar" disini?


Artikel Terkait

Ini Lho On Her Majesty's Secret Service (1969)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email