Tuesday, January 15, 2019

Ini Lho One Day (2011)

Film yang diangkat dari novel berjudul sama karangan David Nicholls ini intinya punya wangsit dongeng yang cukup menarik dan inovatif dibandingkan film-film romansa lainnya. Plot yang digunakan memang linier, tapi seolah bagaikan dibagi dalam beberapa chapter yang mana setiap chapter menceritakan satu hari dalam satu tahun selama 20 tahun kehidupan persahabatan sekaligus percintaan antara kedua abjad utamanya, Emma (Anne Hathaway) dan Dexter (Jim Sturgess). Tapi tentunya sebuah hal yang berbeda dan inovatif juga punya tingkat kesulitan yang berbeda dan lebih tinggi dibandingkan hal yang sudah jamak dilakukan. Disutradarai oleh Lone Scherfig (An Education) dan ditulis naskahnya oleh David Nicholls sendiri, One Day pada alhasil harus terjatuh kualitasnya akhir penemuan yang dilakukan terhadap cara berceritanya tersebut. Kisahnya dimulai semenjak 15 Juli 1988 dimana dikala itu Emma dan Dexter gres saja lulus dari kursi kuliah. Mereka yang bahwasanya tidak terlalu erat satu sama lain alhasil tetapkan menghabiskan malam bersama. Tapi bukannya bercinta atau apa, mereka pada alhasil justru tetapkan untuk jadi teman biasa saja. Akhirnya hubungan Emma dan Dexter berlanjut sebagai sepasang teman baik.

Kemudian kisahnya akan berjalan setiap tanggal 15 Juli tiap tahunnya selama 20 tahun. Hubungan antara Emma dan Dexter terus berjalan selama 20 tahun tersebut dan bahwasanya mereka saling menyayangi satu sama lain. Selama 20 tahun itu jugalah kehidupan dan hubungan mereka mengalami pasang surut dan banyak cobaan. Sepanjang film kita tidak hanya diajak melihat hubungan keduanya tapi juga terkadang kita akan dibawa menyoroti detail kehidupan satu diantara mereka. Tidak setiap momen juga keduanya bersama alasannya ialah di pertengahan beberapa kali kita akan melihat keduanya tapi dalam momen yang terpisah. Seperti yang sudah saya tuliskan diatas, penemuan yang dilakukan dalam teladan penceritaan One Day justru menjadi salah satu kelemahan utama dari film ini. Sebuah penemuan yang berbeda kalau tidak ditangani dengan baik memang pada alhasil justru hasilnya terasa kurang maksimal. Dalam film ini kasusnya ialah pembagian kisahnya dalam banyak sekali segmen yang menceritakan satu hari dalam setahun. Hal ini membuat penonton jadi sulit untuk sanggup masuk kedalam kisahnya dan mendalami romansa didalamnya. Bagaimana tidak, momen per-hari yang ditampilkan memiliki nuansa dan kondisi yang jauh beda sehingga membuat alur yang terkesan melompat-lompat.
Coba saja bayangkan anda memiliki dua orang teman yang anda ketahui punya hubungan percintaan dan anda hanya sanggup bertemu mereka berdua setahun sekali dan hanya selama sehari dan selama setahun penuh anda tidak pernah mendapat kabar perihal kehidupan mereka sedikitpun, apakah anda akan mencicipi simpati dan terhanyut dalam hubungan mereka? Tentu tidak. Lain halnya kalau anda mengetahui keseharian mereka berdua dan itu terjadi dalam jangka waktu yang usang maka dengan gampang simpati akan muncul. Dalam One Day simpati terang sangat sulit didapat, apalagi memasuki pertengahan film hubungan antara Emma dan Dexter makin tidak menyenangkan dan sulit untuk mendapat santunan penontonnya. Memasuki pertengahan juga kisahnya mulai terasa terlalu diulur-ulur dan membosankan. Untung film ini punya ending yang begitu berkesan. Mulai dari momen 2006 dan seterusnya yang berarti dikala film sudah masuk ke penghujung kisahnya justru gres mulai terasa mengikat, mengharukan sekaligus indah. Momen tahun 2006 terang cukup mengejutkan dan mengharukan. Begitu pula momen flashback tahun 1988 yang dimunculkan sebagai epilog filmnya juga begitu indah dan romantis. Bagi saya dikala itulah One Day memasuki momen terbaiknya dan sayangnya justru itu ialah momen penutup. Alhasil untuk membuat penontonnya bersimpati film ini tidak berusaha membangun hubungan yang simpatik tapi menawarkan konklusi yang mengharukan. Langkah yang terlalu instan dan klasik saya rasa tapi untungnya cukup berhasil. 

Banyak yang mengkritisi Anne Hathaway yang dianggap tidak cocok memerankan gadis Inggris khususnya berkenaan dengan logatnya yang aneh. Yah, saya sendiri tidak terlalu paham persoalan logat tapi memang kalau didengarkan secara seksama terkadang terdengar gila dan timbul tenggelam, tapi bagi yang tidak begitu memperhatikan hal macam itu, tidak akan terganggu. Justru yang kurang dari Hathaway ialah sebagai leading woman ia kurang sanggup menjadi sosok yang lovable. Dalam film romansa biasanya, tokoh utama perempuan ialah harus sosok yang gampang disukai, sedangkan Emma disini tidak meninggalkan kesan tersebut. Begitu pula sosok Dexter, tapi bedanya saya merasa akting yang ditampilkan Jim Stugress tidaklah jelek dan lebih pas masuk kedalam karakternya dibandingkan Anne Hathaway, tapi kenapa tidak muncul simpati terhadap tokohnya lagi-lagi ialah persoalan pada teladan penceritaannya yang kurang memungkinkan hal tersebut. Pada alhasil One Day hanya Istimewa dalam wangsit dasarnya saja, eksekusinya terasa kurang, bahkan berpotensi jadi film yang menjurus kearah jelek andaikan tidak ditutup dengan indah.

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho One Day (2011)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email