Film Mary Poppins rilis tahun 1964 tepatnya dua tahun sebelum Walt Disney meninggal. Film musikal tersebut memang fenomenal. Dengan segala unsur keajaiban dari sosok Mary Poppins yang menunjukkan banyak cita-cita membuat banyak orang menyayangi film tersebut. Akhirnya Mary Poppins sukses besar dengan mendapat pendapatan diatas $100 juta dari bujet yang hanya $6 juta. Filmnya pun mendapat 13 nominasi Oscar termasuk Best Picture. Diangkat dari novel milik P.L. Travers, Mary Poppins sukses menjadi legenda dan salah satu rilisan terbaik Disney hingga ketika ini. Saving Mr. Banks garapan sutradara John Lee Hancock (The Blind Side) ini berusaha menceritakan bagaimana proses pembuatan film Mary Poppins yang ternyata berjalan cukup sulit dimana butuh perjuangan ekstra keras dari Walt Disney untuk sanggup meyakinkan P.L. Travers semoga bersedian menunjukkan hak cipta. Inilah yang aku sebut sebagai sebuah film biopic yang bagus, dimana aku sebagai penonton tidak hanya disuguhkan sebuah film yang well-made tapi juga diberi banyak informasi gres wacana tokoh yang diangkat termasuk hal-hal menarik dalam hidupnya yang bahkan tidak terduga sama sekali.
Sudah 20 tahun Walt Disney (Tom Hanks) berusaha keras untuk mendapat hak cipta terhadap Mary Poppins, namun selama itu juga sang pengarang Pamela Travers (Emma Thompson) tetap kukuh pada pendiriannya yang tidak ingin huruf ciptaannya tersebut diangkat ke dalam sebuah film, apalagi film animasi musikal ibarat yang selama ini menjadi ciri khas film garapan Disney. Tapi tanggapan kondisi keuangan yang tengah mengalami krisis, Pamela mempertimbangkan kembali usulan tersebut. Dia pun mengiyakan undangan Walt Disney untuk tiba ke Los Angeles dan memulai penggarapan film tersebut. Namun Pamela benar-benar ketat dalam mengawasi proses produksi dimana ia mengontrol semua aspek hingga yang paling kecil dan jikalau tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan maka hal itu harus diganti walaupun oleh para tim produksi tidak dianggap sebagai hal yang vital bagi keseluruhan filmnya. Namun bagi Pamela, sosok Mary Poppins yakni keluarga yang berharga dan ia tidak ingin huruf kesayangannya itu dirusak. Disisi lain kita akan diajak melihat ke masa lebih dari 50 tahun kemudian ketika Pamela masih kecil dan sangat bersahabat dengan ayahnya, Travers Robert Goff (Colin Farrell) yang meski penyayang pada puterinya tapi juga seorang alkoholik berat dan selalu bermasalah di pekerjaannya.
Di awal aku menuliskan bahwa Saving Mr. Banks berhasil mengangkat hal-hal menarik dalam hidup huruf yang diangkat bahkan termasuk hal yang tidak terduga atau mengejutkan, kemudian apa yang mengejutkan dalam film ini? Bagi anda yang sudah pernah menonton Mary Poppins pasti tahu bahwa filmnya terasa begitu magical dengan sosok asing Mary Poppins yang seolah sanggup melaksanakan semuanya lengkap dengan atmosfer penuh cita-cita yang ceria. Kaprikornus siapa yang menyangka bahwa orang dibalik dongeng bernuansa ibarat itu yakni sosok perempuan yang judes, berpikiran sinis dan nampak sangat anti pada hal-hal berbau keajaiban, diluar nalar dan yang paling penting menyiratkan harapan? Disinilah kenapa alur dongeng dalam Saving Mr. Banks terasa begitu menarik. Misteri paling besar sebetulnya ada pada diri seorang manusia, dan film ini punya sebuah misteri kenapa Pamela Travers menjadi sosok ibarat itu. Bukankah ia membuat Mary Poppins? Bukankah dalam adegan flashback kita melihat masa kecilnya yang penuh kebahagiaan dan imajinasi? Dari momen flashback inilah kita diajak menelusuri serta memahami sosok P.L. Travers, bagaimana ia terbentuk menjadi sosok perempuan yang begitu keras bahkan cenderung menyebalkan ini. Tapi momen flashback-nya tidak hanya mempunyai kegunaan mengeksplorasi diri Pamela, tapi juga membantu menjaga dinamika filmnya. Dengan terus berpindah antara masa kini dan masa lalu, tensi film tetap terjaga. Alurnya jadi tidak terasa membosankan alasannya tidak terus berputar-putar pada satu hal yang sama.
Saving Mr. Banks benar-benar mengajak penontonnya memahami sosok Pamela Travers secara mendalam. Bagaimana masa lalunya, bagaimana latar belakangnya, dan yang paling pentin bagaimana kepribadiannya yang kini sanggup terbentuk. Sekilas Pamela yakni sosok yang amat menyebalkan, namun aku tidak kuasa untuk membencinya alasannya terlihat dibalik segala keegoisan dan kesinisan itu ada sebuah luka, stress berat masa kemudian yang memicu segala perilaku tersebut. Setelah beberapa ketika aku pun sudah sadar bahwa ia bukan sekedar perempuan bau tanah menyebalkan yang jahat, alasannya di dalam hatinya ia yakni seorang yang begitu baik dan penuh akan harapan. Bahkan bukannya benci aku justru dibentuk cukup simpati pada sosoknya. Tentu saja semua itu tidak akan terasa tanpa akting gemilang Emma Thompson. Kata-kata pedas yang menyakitkan hingga ekspresi sinis sanggup dibilang merupakan ciri- ciri yang nampak dari orang yang menyebalkan. Sangat gampang membuat huruf yang menyebalkan dan dibenci oleh penonton dengan dua karakteristik itu. Namun sangat sulit membuat sosok dengan karakteristik tersebut tidak dibenci bahkan mendapat simpati. Disitulah kehebatan Emma Thompson sangat terasa, bagaimana dibalik segala ekspresi penuh kesinisan itu terpancar juga banyak sekali hal yang terpendam lewat tatapannya. Emma Thompson tepat dan Academy harusnya malu tidak menunjukkan nominasi Best Actress padanya.
Selain Emma Thompson, bintang film lainny ibarat Tom Hanks dan Paul Giamatti juga tampil bagus. Sudah usang aku tidak menonton film Giamatti dimana ia tampil sebagai huruf yang ramah dan likeable seperti ini meski porsinya tidak terlalu banyak. Sedangkan Tom Hanks sanggup menjadi sosok Walt Disney dengan sempurna. Bahkan diluar aspke akting, aku sanggup sedikit mencicipi kemiripan fisik keduanya. Meski ini yakni berkat kelebihan make-up, tapi terang balasannya akan berbeda jikalau bukan Tom Hanks yang memainkannya. Colin Farrell? Disini ia mengambarkan bahwa ia punya potensi dan andai saja lebih cermat dalam menentukan film, karirnya tidak akan terjerumus ke dalam film-film flop seperti kini ini. Mungkin kesan penyayang dari seorang ayah yang ia mainkan masih kurang kuat, dimana rasa sayang yang muncul harusnya lebih dari itu, tapi overall tidaklah buruk. Apalagi ketika ia harus bermabuk ria. Berkat cast yang gemilang ini filmnya pun terasa cukup menyentuh ibarat ketika adegan Pamela menari dengan begitu bahagianya dan untuk pertama kalinya kita melihat senyum lebar dari sebuah kebahagiaan yang positif serta nrimo dari wajahnya. Satu lagi bukti kehebatan Emma Thompson. Atau bagaimana ekspresi haru yang ia tampilkan ketika premiere Mary Poppins yang juga membuat aku ikut mencicipi haru.
Yang dilarang dilupakan yakni bahwa film ini mengangkat kisah wacana pembuatan film musikal yang fenomenal, dan dengan lihainya Saving Mr. Banks menyelipkan rasa film musikal dalam alurnya. Tidak murni musikal dimana tidak ada tarian mendadak atau huruf yang tiba-tiba menyanyi bersama tapi rasa musikal tetap terasa. Diluar adegan ketika lagu Let's Go Fly A Kite ada sebuah momen anggun ketika filmnya bergantian menyoroti rehearsal musik dan masa kemudian ketika Travers Robert tengah berpidato. Lirik dan obrolan pidatonya berbaur menjadi satu dengan begitu bagusnya mengakibatkan adegan itu layaknya sebuah nyanyian yang terdengar enak. Dan jikalau bicara lagu-lagunya terang film ini punya deretan lagu yang catchy dan lezat didengar. Lagu-lagu dari film Mary Poppins seperti Chim Chim Cheer-ee, A Spoonful of Sugar hingga Supercalifragilisticexpialidocious serasa mengajak aku ikut menggerakkan badan dan bernyanyi mengikuti lagunya. Tentu saja mengingatkan aku juga akan memori menonton Mary Poppins dahulu. Saving Mr. Banks tapi tetaplah tidak sempurna. Permasalahan standar film-film drama khususnya rilisan Disney yakni terlalu mendramatisir momen yang masih terasa meski tidak berelbihan disini. Tapi yang cukup mengganggu yakni beberapa momen yang terasa buru-buru ibarat contohnya perubahan perilaku Pamela yang terlalu instan dan tiba-tiba. Tapi tetap saja Saving Mr. Banks sudah terlanjur berhasil membuat aku menyukai filmnya. Cerita yang tidak melupakan dasar yang diangkat berkat banyaknya homage pada film Mary Poppins serta membuat aku lebih mengenal huruf yang diangkat yakni beberapa kelebihan film ini. Yang niscaya Emma Thompson luar biasa.
Ini Lho Saving Mr. Banks (2013)
4/
5
Oleh
news flash