Film pertama Thor sanggup dibilang cukup sukses dalam memperkenalkan sosok sang yang kuasa petir yang angkuh namun heroik beserta Asgard dan segala isinya. Secara keseluruhan film pertamanya menghibur, apalagi dengan kemunculan pertama Tom Hiddlestone sebaga Loki yang sudah mengesankan. Namun saya tetap tidak sanggup menghilangkan perasaan bahwa film tersebut dibentuk hanya sebagai jembatan menuju The Avengers. Sebuah tontonan yang menghibur namun tidak lebih dari itu. Bandingkan dengan film pertama Iron Man yang sanggup mematahkan anggapan bahwa film superhero yang berkualitas tidaklah harus punya tone gelap. Dalam phase 2 sebetulnya saya lebih menantikan Iron Man 3 dan Captain America: The Winter Soldier daripada film kedua Thor. Dengan pemanis The Dark World pada judulnya, disutradarai oleh Alan Taylor yang dikenal lewat Game of Thrones, serta dari bahan trailer, film ini tampaknya akan punya skala yang jauh lebih besar, lebih epic dan tentunya atmosfer yang jauh lebih kelam.
Dua tahun sehabis kedatangan Thor pertama kali ke Bumi atau setahun sehabis Loki membuat kekacauan bersama para Chitauri, Thor sekarang masih harus menghentikan kekacauan yang melanda sembilan dunia yang dipimpin Odin sang ayah. Disisi lain, Loki harus mendapatkan eksekusi dikurung dalam penjara seumur hidup sebagai ganjaran atas kekacauan yang ia timbulkan di Bumi. Disaat yang bersamaan, Jane Foster yang masih terus berusaha menemukan kembali keberadaan Thor secara tidak sengaja menemukan lubang antar-dimensi yang membawanya ke sebuah daerah dimana Aether dikuburkan. Diawal film sendiri dijelaskan bahwa Aether mempunyai sebuah kekuatan yang luar biasa dimana ribuant ahun yang kemudian para Dark Elves yang dipimpin Malekith hendak menggunakan kekuatan Aether untuk membawa kegelapan awet ke alam semesta sebelum dilarang oleh Bor, ayah Odin. Dengan bangkitnya kekuatan Aether, maka Malekith dan Dark Elves pun kembali dari tidur panjangnya untuk menghancurkan Asgard dan membuat dunia diselimuti kegelapan/
Jujur saja Thor: The Dark World punya hasil final yang ada di bawah ekspektasi saya. Sama menyerupai Iron Man 3 yang dikatakan sebagai film yang jauh lebih personal dan dari bahan promosinya terlihat begitu kelam, Thor: The Dark World pun ternyata tidak jauh berbeda. Skalanya memang jauh lebih besar dari film pertama dan adegan aksinya terasa lebih seru dan bombastis, tapi tetap saja tidak terasa sebagai suguhan yang epic. Sedangkan bila bicara soal atmosfer yang kelam, film ini memang punya konflik yang lebih personal dan bersinggungan dengan kematian, tapi kedalamannya tidak terlalu digali sehingga imbas yang terasa menjadi biasa saja. Apalagi ditambah dengan sentuhan komedi disana-sini yang secara otomatis makin menjauhkan film ini dari kesan dark. Meski komedinya tidak hingga pada level yang dimiliki Iron Man 3 awal tahun ini, tapi saya masih terhibur dengan segala momen konyol Erik Selvig, Thor yang canggung dan kaku, serta obrolan one-line milik Loki.
Jika bicara soal Loki, maka lagi-lagi penampilan Tom Hiddlestone terasa memukau dan menjadi scene stealer dalam film ini. Jika Chris Hemsworth sukses menunjukkan sosok Thor yang garang, angkuh dan mengandalkan kecanggungan untuk membuat momen komedi, maka Tom Hiddlestone sukses membuat supervillain yang begitu dicintai penonton, apalagi kiprahnya dalam The Dark World sanggup dikategorikan sebagai anti-hero yang membuat sosoknya makin gampang mengundang simpati. Disini kita diperlihatkan lebih jauh pada sisi "lembut" Loki disamping sosoknya yang penuh tipu kebijaksanaan busuk dan jago melontarkan one-line yang lucu. Tentu saja salah satu momen favorit saya yaitu pada ketika karenanya Loki dan Thor mulai bersatu untuk bertembur melawan Malekith dan pasukan Dark Elves miliknya. Pada momen itulah karenanya saya secara total lebih menyukai Loki daripada Thor sendiri.
Thor: The Dark World beruntung mempunyai Tom Hiddlestone sebagai Loki dan merupakan tindakan sempurna memberikannya tugas yang signifikan disini, sebab tanpa hal tersebut rasa-rasanya film ini hanya akan menjadi kekecewaan bagi saya. Saya sama sekali tidak menyampaikan film ini buruk, sebab menyerupai yang saya katakan sebelumnya Thor: The Dark World tetap punya sajian agresi yang cukup seru, komedi yang berhasil memancing tawa, ditambah dengan gambar-gambar CGI indah yang menunjukkan Asgard, nine realms, serta serbuan Dark Elves ke London. Tapi sebetulnya film ini punya potensi yang jauh lebih besar dan sanggup menjadi sajian yang lebih berisi bila saja aneka macam konfliknya lebih diperdalam. Ada konflik personal yang berkaitan dengan sebuah peristiwa yang sayang sekali kurang dimaksimalkan, ada hubungan Thor dan Jane yang masih kurang menggigit, serta konflik berkaitan dengan kekuasaan yang telah disinggung semenjak film pertamanya dulu.
Marvel Studio masih meneruskan tren positifnya dengan sekali lagi menghasilkan sebuah tontonan superhero yang ringan dan menghibur, dan tentunya Tom Hiddlestone akan semakin banyak mempunyai idola bahkan diluar kaum hawa sekalipun semenjak film ini. Dengan beberapa twist yang cukup berhasil serta cameo mengejutkan sekaligus lucu dari salah seorang anggota Avengers, Thor: The Dark World yaitu hiburan menyenangkan meski sedikit mengecewakan. Saya sendiri masih berharap suatu hari nanti Marvel menghadirkan film yang mempunyai pendekatan lebih serius dari sebelumnya. Captain America: The Winter Soldier dengan pernak-pernik thriller politik dan espionasenya mungkin sanggup menjawab keingingan saya tersebut. Dan menyerupai tradisi film-film MCU, akan ada credit scene, bahkan film ini punya 2. Yang pertama yaitu mid-credit-scene yang akan menjadi penghubung dengan Guardian of the Galaxy sedangkan yang satu lagi punya tone lebih ringan namun sebetulnya mempunyai tugas signifikan sebagai penghubung dengan film ketiga Thor nantinya.
Ini Lho Thor: The Dark World (2013)
4/
5
Oleh
news flash