Wednesday, January 9, 2019

Ini Lho True Detective - Season 1 (2014)

Saya sedang menyukai serial televisi yang mempunyai format antologi entah yang setiap episode mempunyai dongeng berbeda menyerupai The Twilight Zone atau yang mengusung rangkaian dongeng berbeda setiap ekspresi dominan layaknya American Horror Story. Saya suka format itu alasannya yaitu dongeng yang tidak akan terasa diulur-ulur alasannya yaitu selesai dalam satu ekspresi dominan atau episode saja. Setiap episode atau ekspresi dominan terbarunya pun menjadi terasa lebih fresh meski mengusung tone dan memakai pemain drama yang sama. Hal yang sama juga berlaku pada True Detective dimana tiap musimnya akan mengusung dongeng dan abjad berbeda. Musim pertamanya pun tergolong pendek alasannya yaitu hanya terdiri dari delapan episode saja. Keunikan lain dari serial ini yaitu alasannya yaitu selama satu ekspresi dominan naskahnya ditulis hanya oleh satu orang saja, yaitu Nic Pizzolatto. Kedelapan episodenya pun hanya disutradarai oleh satu orang, yaitu Cary Fukunaga (Sin Nombre & Jane Eyre). Tidak menyerupai kebanyakan serial lainnya, True Detective diisi oleh dua pemain drama kelas A Hollywood, yakni duet Matthew McConaughey dan Woody Harrelson. Makara kisah detektif macam apakah yang ditawarkan oleh True Detective ini?
Sepanjang musinya serial ini akan bercerita dalam dua timeline, yakni tahun 1995 dan tahun 2012 (nantinya di pertengahan ekspresi dominan kisah tahun 1995 akan berganti menjadi tahun 2002). Pada tahun 2012 kita akan melihat dua orang mantan detektif, Rustin "Rust" Cohle (Matthew McConaughey) dan Marty Hart (Woody Harrelson) yang tengah di-interview mengenai sebuah masalah yang pernah mereka tangani di tahun 1995. Keduanya yaitu partner ketika itu, meski di tahun 2012 kita akan segera tahu bahwa telah terjadi perpecahan diantara keduanya. Kasus yang dibicarakan yaitu sebuah pembunuhan terhadap seorang perempuan yang terjadi di Louisiana. Kasus itu bukan pembunuhan biasa alasannya yaitu diduga ada sangkut pautnya dengan anutan sesat sesudah melihat kondisi mayit yang "didandani" sedemikian rupa. Rust dan Marty menerima bab menangani masalah tersebut, tapi waktu mereka tidak banyak alasannya yaitu masalah itu akan segera diambil alih oleh kesatuan task force. Nyatanya itu bukan sekedar masalah pembunuhan biasa alasannya yaitu ada sebuah konspirasi besar di dalamnya yang melibatkan beberapa petinggi dan kasus-kasus kriminal lain yang pernah terjadi sebelumnya. Konflik juga sempat terjadi antara Rust dan Marty tanggapan ketidak cocokan mereka. Rust yaitu seorang laki-laki penuh dengan pesimisme (yang ia sebut realistis) dan sering mengeluarkan kata-kata yang sulit dicerna oleh partnernya. Sedangkan Marty yang tidak menyukai kebiasaan Rust itu juga harus menghadapi permasalahan yang hadir dalam keluarganya.
True Detective bagus bukan alasannya yaitu ini yaitu serial yang menghibur atau menyenangkan, ini bagus alasannya yaitu memang secara kualitas bagus, bukan alasannya yaitu sekedar fun. Inilah yang terjadi kalau anda sebuah serial televisi digarap layaknya film layar lebar lengkap dengan sutradara dan para pemain drama film. Dengan hanya ditulis dan disutradarai oleh satu orang sepanjang musimnya, kualitas maupun tone serial ini terjaga dengan baik selama delapan episode. Tidak ada naik turun kualitas dan semuanya terasa menyerupai satu kesatuan yang benar-benar utuh. True Detective terasa menyerupai sebuah film yang berdurasi hampir delapan jam daripada serial bersambung. Kesan ini bakal semakin besar lengan berkuasa kalau anda menontonnya secara marathon. Jelas ini yaitu sebuah breakthrough bagi serial televisi. Dengan mempunyai tim utama yang tetap, kualitas dan rasa dari ceritanya akan terus terjaga. Satu lagi yang membuat serial ini terasa bagaikan film adalah production value-nya. Mungkin tidak akan semewah Band of Brothers tapi tetap saja ini tidak akan menjadi tontonan yang "memalukan" apabila dijadikan sebuah film layar lebar, bahkan tergolong cukup bagus. Efek CGI murah atau pergerakan kamera yang itu-itu saja merupakan ciri jelek lebih banyak didominasi serial televisi tidak peduli apakah secara keseluruhan serial itu bagus atau tidak. Disinilah letak keunggulan True Detective khususnya dalam hal camera work dan cinematography. 
Ada banyak sinematografi bagus dan penempatan kamera unik sepanjang satu musimnya. Tapi yang paling spektakuler tentu saja sebuah continous shot selama enam menit yang hadir dalam titik puncak episode keempatnya, "Who Goes There". Adegan itu menunjukkan proses perampokan dari awal hingga balasannya dimulai kekacauan masal hingga berujung pada berakhirnya titik puncak tersebut. Semuanya disajikan dengan skala yang besar, epic serta benar-benar membuat saya mencicipi bagaimana kacau dan menegangkannya momen tersebut. Tidak perlu membahas detil lain wacana teknisnya, alasannya yaitu adegan sepanjang enam menit tersebut sudah cukup menjelaskan seberapa "gila" dan hebatnya aspek teknis dari serial ini. Tapi True Detective tidak hanya bagus di teknis visualnya saja alasannya yaitu aspek lain menyerupai ceritanya juga hebat. Sesungguhnya tidak gampang untuk mengikuti dan mengaitkan segala misteri yang muncul disini meski hanya berlangsung selama delapan episode. Bahkan bagi saya True Detective jauh lebih rumit dan memusingkan daripada Lost yang penuh misteri itu. Ada banyak clue, petunjuk, serta jawaban yang sanggup terlewatkan kalau tidak menawarkan fokus sepenuhnya. Apalagi ada sosok Detektif Rust yang sering mengeluarkan kalimat-kalimat abstrak nan filosofis yang memusingkan. Tapi percayalah, sekalinya anda sanggup mengaitkan segala misteri dan menemukan jawaban dibalik penyelidikan dan dialog-dialognya, akan hadir rasa puas yang luar biasa.
True Detective bukan sekedar drama kriminal biasa. Kasus pembunuhannya perlahan menjelma okultisme, kemudian berkembang lebih luas lagi hingga terkait dengan konspirasi serta menyentil banyak sekali isu-isu sosial dan moral. Eksplorasi karakternya juga dalam, dimana serial ini juga bertutur wacana manusia-manusia yang harus berhadapan dengan sisi gelap dalam diri mereka dan mencari sisi terang yang tersembunyi di dalam untuk mengalahkan kegelapan tersebut. Sedikit menyinggung sisi religius tapi tidak terlalu berfokus pada aspek tersebut. Ini yaitu murni kisah pergolakan jiwa abjad yang tengah terjatuh dan berusaha untuk bangkit. Sedangkan bicara lagi wacana misterinya, memang banyak pertanyaan yang belum terjawab, tapi bukankah sebuah miteri yang baik tetap akan meninggakan pertanyaan bagi para penonton? Lagipula pertanyaan yang tertinggal disini tidak terasa mengesalkan melainkan membuat saya dan banyak penonton lainnya menduga-duga, berpikir, menonton ulang bahkan membuat teori-teori sendiri untuk menjawab pertanyaan tersebut. Bagi saya disinilah asyiknya menonton sebuah kisah misteri menyerupai True Detective ini. Memang harus diakui Nic Pizzolatto terlalu banyak menaruh pengalihan dalam tiap episodenya, tapi tetap saja ada interpretasi bebas yang boleh dikemukakan atau disimpan oleh tiap-tiap penonton.
Akting dari dynamic duo Matthe McConaughey-Woody Harrelson selalu membuat tukar barang obrolan yang menarik disaat keduanya bersama-sama. Rust sekilas merupakan abjad tidak waras sedangkan Marty sebaliknya. Tapi seiring berjalannya waktu kata "waras" itu semakin kabur disaat semakin banyak konflik yang hadir. Marty terperinci punya kelemahan dalam hal keluarga, sedangkan Rust yang jenius harus menghadapi "kegilaan" yang berkecamuk dalam pikirannya termasuk banyak sekali halusinasi yang sering muncul. McConaughey dengan cara bicaranya yang "teler" dan tatapan matanya yang tajam dibalut kecerdasan luar biasa yang berhasil ia hantarkan begitu tepat lewat dialog-dialog abstrak memang paling mencuri perhatian. Sedangkan Woody Harrelson dengan perasamalahan yang lebih "normal" begitu baik menjadi sosok pria. Ya, pria. Karena ia harus berhadapan dengan hasratnya terhadap wanita-wanita cantik. Overall mungkin True Detective akan terasa sedikit berat alasannya yaitu misterinya yang rumit, obrolan yan terkadang berat, hingga temponya yang lambat. Tapi semua itu secara tidak sadar berhasil menjerat saya hingga simpulan musim. Tensinya semakin meningkat tiap episode, apalagi disaat kita mulai sadar bahwa apa yang disampaikan oleh Rust dan Marty dalam interview perlahan mulai berbeda dengan kenyataan yang terjadi. Tidak sabar menantikan ekspresi dominan keduanya yang akan menampilkan abjad baru, dongeng baru, dan sutradara gres (yang akan berganti tiap episode).


NB: saya tautkan opening dari serial ini yang berdasarkan saya dikemas secara luar biasa dari visual hingga musiknya.

Artikel Terkait

Ini Lho True Detective - Season 1 (2014)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email