Saturday, January 12, 2019

Ini Lho We Are What We Are (2013)

Lagi-lagi sebuah horor remake oleh Amerika. We Are What We Are yaitu remake dari film Meksiko berjudul sama yang rilis pada 2010 lalu. Ditangani oleh Jim Mickle (Stake Land) film ini nyatanya lebih dari sekedar remake yang dibentuk untuk mencari untung melalui "jalan pintas" sebab We Are What We Are versi gres ini meski punya dasar kisah yang sama tetapi mengalami banyak sekali perombakan termasuk dalam gosip yang diselipkan kedalam medium horornya. Jika versi aslinya memasukkan banyak sekali kritik sosial wacana kemiskinan dan hilangnya rasa kemanusiaan diantara manusia, maka versi Jim Mickle ini sanggup dibilang lebih sederhana sebab fokusnya akan lebih condong kepada kisah coming-of-age huruf utamanya diiringi dengan aspek religiusitas yang membungkus kisahnya. Jika film aslinya dibuka dengan maut seorang ayah, maka film ini dibuka dengan maut seorang ibu yang meninggal. Dia pun meninggalkan sang suami, dua orang puteri yang sampaumur dan seorang putera yang masih kecil.

Kehilangan tersebut bukan hal yang gampang untuk dihadapi khususnya oleh kedua puterinya, Rose Parker (Julia Garner) dan Iris Parker (Ambyl Childers). Satu hal yang paling menjadi problem keluarga Parker sepeninggal sang ibu yaitu berkaitan dengan ritual makan malam yang selalu mereka lakukan. Ritual makan malam tersebut bukanlah makan malam biasa melainkan makan malam dengan memasak daging manusia. Ya, keluarga Parker yaitu keluarga kanibal yang telah menjaga tradisi tersebut selama ratusan tahun. Sang ayah, Frank Parker (Bill Sage) percaya bahwa tradisi keluarga tersebut yaitu perintah Tuhan yang harus terus dilestarikan. Oleh sebab itu ia mewariskan kewajiban memasak tersebut kepada sang puteri sulung, Iris. Tentu saja membunuh dan memasak daging insan bukan hal gampang bagi Iris, namun demi menjaga tradisi keluarga hal itu terpaksa ia lakukan. Disinilah kita mulai diajak melihat bagaimana Iris dan Rose dipenuhi problem akan kondisi mereka yang "berbeda" dengan keluarga normal pada umumnya.

We Are What We Are yaitu horor yang unik. Alurnya berjalan begitu lambat diiringi dengan setting di sebuah kota kecil yang terasa masbodoh dan sepi hingga makin menambah suasana kelam yang sunyi. Paruh awal filmnya lebih terasa sebagai sebuah drama kelam wacana keluarga disfungsional yang tengah dirundung murung jawaban kehilangan sang ibu. Meski bertemakan keluarga kanibal, film ini hampir tidak memperlihatkan darah apalagi adegan gore di paruh awalnya. Mudah momen tersebut dipakai sebagai pengenalan secara perlahan wacana keluarga Parker terhadap penonton. Jelas ini yaitu keluarga yang disfungsional dimana sang ayah mendidik puterinya untuk bersedia melanjutkan tradisi kanibalisme di keluarga tersebut, bahkan puteranya yang masih kecil dan tidak tahu apa-apa juga diikut sertakan dalam ritual tersebut. Namun Frank Parker bukan sekedar orang sinting yang hobi memakan daging manusia, sebab ia sungguh-sungguh percaya bahwa tradisi itu yaitu perintah Tuhan dan mereka akan dikutuk bila tidak meneruskannya.
Pada momen inilah dramanya jauh lebih kental daripada aspek horornya meski secara atmosfer masih akan tetap terasa kurang jelas kengerian yang perlahan mulai menusuk. Kisah wacana kepercayaan dan perintah Tuhan makin menciptakan dramanya menjadi kompleks dan menarik, sebab keluarga Parker terperinci lebih dari sekedar kumpulan maniak yang hobi makan daging manusia, mereka masihlah insan biasa yang berusaha meneruskan tradisi dan menegakkan kepercayaan yang mereka anut. Disisi lain kisah coming-of-age dalam diri Iris dan Rose (khususnya Iris) semakin diekedepankan. Keduanya harus berguru mendapatkan takdir bahwa mereka yaitu diri mereka sendiri dan keluarga mereka berbeda dengan keluarga lainnya yang punya hidup normal, persis ibarat apa yang diimpikan oleh mereka. Mungkin secara keseluruhan dramanya tidak pernah terasa luar biasa, tapi nyatanya cukup kuat dalam membangun ceritanya dan menciptakan We Are What We Are jauh lebih kaya dan bukan hanya gorefest tanpa otak dan hati.

Secara keseluruhan porsi darah dan adegan gore di film ini termasuk minim apalagi untuk film yang mengetengahkan kanibalisme. Tapi bukan berarti porsi yang minim mengurangi greget filmnya, sebab kemunculan adegan gore disini meski sedikit tapi penempatannya sempurna dan efektif. Adegan makan malam yang pertama pun sanggup terasa disturbing meski kita tidak diperlihatkan pembantaian yang vulgar dan sadis kepada korban yang akan mereka makan tapi kita tetap sanggup dibentuk merasa jijik melihat keempat keluarga Parker dengan nikmatnya melaksanakan santap malam bersama dengan penuh manner. We Are What We Are balasannya memperlihatkan apa yang ditunggu-tunggu pada momen klimaksnya yang intens dan menegangkan sebelum ditutup dengan adegan the last supper yang dibumbui twist serta kebrutalan penuh darah yang disajikan secara luar biasa. Saat itu yaitu ketika dimana baik horor maupun drama coming-of-age-nya hingga pada konklusi yang memuaskan. Overall, We Are What We Are yaitu sebuah remake yang memuaskan berkat percampuran seimbang antara drama dan horornya serta memperlihatkan rasa gres yang berbeda dibandingkan versi aslinya. Sedikit lambat dalam menghantarkan terornya namun tetaplah sebuah drama-horor yang cukup baik.

Artikel Terkait

Ini Lho We Are What We Are (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email