Wednesday, January 16, 2019

Ini Lho The Amazing Spider-Man (2012)

Pada tahun 2005 kemudian Christopher Nolan tiba dengan reboot bagi insan kelelawar sesudah Batman & Robin jeblok dari semua sisi baik itu finansial ataupun kualitas. Hal itu terasa masuk akal alasannya Batman layak menerima film yang lebih baik, jadi sesudah film jelek ibarat itu sangat bisa dimaklumi dikala dilakukan reboot. Jika dihitung juga jarak antara film terakhir dengan reboot-nya sudah delapan tahun dan kalau ditarik lebih jauh lagi jarak reboot dengan film Batman pertama sudah 16 tahun, jadi memang waktu dan momentumnya sudah tepat. Toh film pertama yang disutradarai Tim Burton dulu masih belum terlalu melaksanakan eksplorasi terhadap asal usul Batman. Tapi lain halnya kalau kita membicarakan perihal sang insan laba-laba. Film terakhirnya yaitu Spider-Man 3 rilis gres lima tahun yang lalu, dan kalau menengok perolehan uangnya juga termasuk anggun dengan menerima $890 Juta di seluruh dunia dan merupakan yang tertinggi dibanding dua film pertamanya. Dari segi kualitas memang mengalami penurunan drastis dari film keduanya, tapi toh masih tidak bisa dibilang film sampah dan tidak terselamatkan layaknya Batman & Robin. Tapi jawaban perselisihan Raimi dengan pihak studio kesannya 10 tahun sesudah film pertamanya dirilis sang insan laba-laba menerima reboot lewat The Amazing Spider-Man.

Meski disutradarai oleh Marc Webb yang menciptakan film favorit saya, (500) Days of Summer, keraguan dan rasa kurang antusias tetap saya rasakan. Tidak ibarat film superhero lain macam The Avengers, The Dark Knight Rises hingga Man of Steel, The Amazing Spider-Man menerima perhatian paling minim dari saya. Apalagi kalau menengok fatka bahwa gotong royong (atau sepertinya) sudah tidak terlalu banyak yang bisa digali perihal origin sang insan laba-laba. Dalam pikiran saya paling yang akan saya sanggup tidak jauh beda dari film karya Raimi yakni perihal Peter Parker yang tidak sengaja tergigit laba-laba dan menerima kekuatan super, tidak akan ada kisah gres yang lebih dalam ibarat petualangan Bruce Wayne di Batman Begins. Bedanya hanya kali ini sosok Peter Parker (Andrew Garfield) masih berada di Sekolah Menengan Atas dan bukan bekerjasama dengan Mary Jane melainkan Gwen Stacy (Emma Stone) yang dalam komiknya memang merupakan pujaan hati Peter yang pertama. Selain itu kita akan dibawa melihat kisah Peter sedari kecil yang tiba-tiba ditinggalkan kedua orang tuanya dan dititpkan kepada Paman dan Bibinya, Ben Parker (Martin Sheen) dan May Parker (Sally Field). 
Saat memasuki masa Sekolah Menengan Atas Peter yang sedang menyusup kedalam gedung Oscorp sebagai pegawai magang Dr. Curt Connors (Rhys Ifans) tidak sengaja masuk ke laboratorium Curt Connors yang berisi banyak laba-laba hasil eksperimen yang tentu kita tahu akan menggigit Peter dan memberinya kekuatan super. Disisi lain Dr. Connors yang sedang melangsungkan eksperimen untuk menciptakan sebuah serum yang akan dipakai untuk regenerasi badan insan justru menyuntikkan hasil eksperimen tersebut pada dirinya sendiri untuk menumbuhkan tangan kanannya. Memang tangannya tumbuh tapi Dr. Connors juga malah berubah menajdi The Lizard yang buas. Memang pada kesannya saya merasa The Amazing Spider-Man tidak memperlihatkan banyak hal gres dibandingkan pendahulunya tapi ternyata film ini jauh lebih baik dari ekspektasi saya. Jajaran cast TASM membuktikan bahwa mereka ialah pilihan sempurna dan menyampaikan semua kemampuan terbaiknya. Andrew Garfield bagi saya jauh lebih cocok memerankan Spider-Man dibanding Tobey Maguire. Saya bukanlah pengikut setia komiknya, tapi pernah membaca beberapa jilidnya dan merasa Garfield punya ciri-ciri fisik yang lebih ibarat dengan Peter ataupun Spidey di komiknya. Begitu pula dengan karakterisasi Spider-Man yang disini terasa lebih tengil dengan seringkali melontarkan lawakan dikala sedang beraksi. Tapi justru Spidey ibarat inilah yang saya kenal di komik. Selain itu Emma Stone terang cocok sebagai Gwen Stacy dan akan dengan gampang disukai oleh penonton.
Hubungan yang dibangun antara Peter dengan Gwen mungkin belum maksimal digali, tapi sejauh ini sudah cukup berhasil menyampaikan simpati. Hal ini akan mengarah pada pertanyaan "Apakah M.J. akan muncul?" dan "Apakah tokoh Gwen akan dimatikan?". Untuk pertanyaan pertama masih abu-abu, tapi untuk pertanyaan kedua saya rasa tinggal menunggu kapan dilakukan sama halnya ibarat kapan Norman Osborn akan dimunculkan. Melihat bagaimana hubungan Peter-Gwen dan sosok Gwen yang lovable disini saya rasa momen dikala Gwen nantinya akan dimatikan akan menjadi sebuah peristiwa yang begitu efektif dan mengharu biru. Hal itu membuktikan bahwa pembangunan hubungan romansa Peter-Gwen sudah berhasil. Hubungan antara Peter dengan paman dan bibinya juga tidak bisa dikatakan buruk. Sebuah momen dikala Ben memarahi Peter ialah salah satu momen terbaik Martin Sheen disini, sedangkan untuk Sally Field adegan May di final film ialah salah satu yang terbaik. Sedangkan untuk huruf Dr. Curt Connors/ The Lizard mengingatkan pada Dr. Jekyll/ Mr. Hyde dan memang Rhys Ifans sendiri menyampaikan bahwa basisnya dalam mendalami tokoh ini ialah dari Jekyll/Hyde. Selalu unik melihat sosok villain yang tidak murni jahat. Namun transofrmasi dari baik ke jahat yang terjadi pada The Lizard ialah jawaban sebuah serum dan bukan sebuah masa kemudian yang kelam. Itulah yang mengakibatkan sosoknya kurang dalam. Tapi toh untuk menebar teror The Lizard sudah sangat baik dengan sosoknya yang angker dan intimidatif.

Untuk adegan aksinya memang tidak se-amazing judulnya, tapi bagi saya sudah cukup menghibur. Keseruan melihat The Lizard yang ganas dan gotong royong jauh lebih besar lengan berkuasa daripada Spidey dilawan dengan otak yang dipadu kekuatan super dari Spider-Man selalu jadi sebuah momen yang menyenangkan, meskipun adegan pertarungan klimaksnya masih kalah keren dibanding pertarungan didalam sekolah. Tapi keseluruhan untuk adegan aksi, The Amazing Spider-Man sudah menyampaikan hiburan yang memuaskan. Memang secara keseluruhan tidak ada yang benar-benar gres dan untold story yang dijanjikan tidaklah terlalu banyak, tapi setidaknya pergantian setting waktu menjadi Peter masa SMA, jajaran pemain dan sutradara yang diganti turut menciptakan filmnya menjadi tetap terasa segar dengan nuansa yang lebih remaja dan dengan banyak sekali selipan humor yang efektif ala film-film remaja. Menjadi lebih remaja bukan berarti TASM kehilangan kedewasaan, alasannya intinya ini ialah perihal perubahan remaja menjadi laki-laki dewasa, dan Webb bisa menyajikannya dalam banyak sekali adegan yang menarik. Film ini juga meninggalkan banyak misteri dan hal-hal yang dibiarkan tak terjawab untuk kemudian menciptakan sekuelnya makin dinanti, dan mungkin bergabungnya Spider-Man dalam Avengers? Siapa tahu, alasannya gotong royong beberapa misteri yang ditinggalkan dan tone ceritanya benar-benar mungkin untuk dimasukkan dalam Marvel Cinematic Universe. Jangan beranjak dulu dikala filmnya selesai alasannya akan ada mid-credit scene yang hingga kini masih menjadi perdebatan perihal fakta sesungguhnya dari adegan tersebut. Overall bukan sebuah reboot yang gagal, masih menjanjikan banyak sekali hal yang tidak gres namun tetap menarik dengan beberapa penyegaran.

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho The Amazing Spider-Man (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email