Sunday, January 6, 2019

Ini Lho Appropriate Behavior (2014)

Appropriate Beahvior adalah semi-autobiografi. Tentu saja ceritanya fiktif, tapi terang ada cerminan berupa curhatan perihal kehidupan Desiree Akhavan selaku sutradara sekaligus penulis naskah. Akhavan turut bermain sebagai huruf utama, seorang anak imigran dari Iran yang menjalani hidupnya di Brooklyn sebagai biseksual. Tentu saja alasannya kultur Islam yang dipegang sebagai orang Iran, bukan hal gampang bagi Shirin menjalani kehidupan tersebut. Karena itulah ia menyembunyikan orientasi seksualnya itu dari kedua orang tuanya. Semakin mustahil baginya untuk mengungkapkan segala kebenaran alasannya sang kakak, Ali (Arian Moayed) yakni sosok "putera dari Iran" yang ideal. Dia menerima pekerjaan dengan prospek cerah plus akan segera menikah. Berbanding terbalik dengan Shirin yang hidup di apartemen sempit dan kotor sesudah berpisah dengan pacarnya, Maxine (Rebecca Henderson). 

Putus dengan Maxine yang begitu ia cintai begitu memukul Shirin. Kesulitan untuk move-on, ia pun tidak hanya kehilangan pacar tapi juga pekerjaan sekaligus daerah tinggal. Disitulah ia mulai berusaha menciptakan Maxine cemburu dengan memacari banyak laki-laki sembari mengajar di sebuah kelas film.....untuk bawah umur berumur lima tahun. Practically, hampir semua aspek dalam kehidupan Shirin amat berlawanan dengan kultur yang dipegang keluarganya. Berjudul Appropriate Behavior, film ini punya huruf utama dengan sikap yang totally inappropriate. Tentunya jikalau kita memandang itu lewat beling mata kultur Iran (baca: Islam). Disitulah film ini menyimpan daya tarik. Penuh kontradiksi, alasannya disaat bersamaan Shirin coba menyeimbangkan dua budaya, dua gaya hidup yang amat bertolak belakang. Kebebasan hidup dan coolness dari Brooklyn berbenturan dengan ketatnya budaya Iran.
Berbagai pertentangan yang pada karenanya menjadikan pertanyaan perihal definisi "appropriate behavior" itu sendiri. Filmnya menangkap dengan tepat ambiguitas tersebut. Apa yang layak? Apa yang tidak layak? Kenapa itu layak? Kenapa itu tidak layak? Pada karenanya semua tampak menyerupai konformitas belaka. Karena disaat bersamaan orang-orang Iran yang dianggap ketat peraturan itu sendiri tidak setaat itu. Merujuk kalimat yang diucapkan oleh Shirin, "we're half-assed Iranian." Desiree Akhavan melontarkan semua itu tapi tidak dengan amarah meski terkadang penuh sindiran. Tidak dengan menyudutkan, tidak dengan menjelek-jelekkan. Karena itu sosok Shirin tidak dibuat sebagai seorang yang melawan, melainkan seorang yang kebingungan. Jangankan pemberontakkan, alasannya ia sendiri terjebak dalam dilema. Karena itulah Appropriate Behavior dikemas sebagai komedi, bukan drama perihal human rights.
Komedi yang dihadirkan bukanlah lelucon, setidaknya pada secara umum dikuasai bagian. Desiree Akhavan tidak berusaha menciptakan penontonnya tertawa, tapi mengajak kita melaksanakan observasi perihal banyak sekali kondisi menggelitik yang dialami Shirin. Awkward moment adalah senjata utama film ini menghadirkan kelucuan. Saya terhibur, dibuat tertawa ketika Akhavan menyodorkan situasi macam itu. Ditambah lagi aktingnya yang dipenuhi lisan clueless berhasil mengajak saya untuk ikut merasa "what the fuck just happened?!" Tapi disaat Appropriate Behavior sukses menghadirkan pesan utama beserta komedinya, aspek romansa justru tidak semenarik itu. Lewat potongan-potongan flashback kita diajak melihat bagaimana hubungan Shirin dan Maxine dimulai, sampai kenapa mereka karenanya putus. Tapi apa saya peduli dengan hubungan mereka? Tidak. Apa saya bersimpati dengan Shirin? Ya, jikalau itu berkaitan dengan persoalan perihal sikap "tidak pantas", tapi tidak dengan kisah cinta maupun perjuangan move on yang ia lakukan.

Menghadirkan beling mata yang segar dalam komedi romantis lewat sentuhan kulturnya, film ini tidak terasa segmented. Karena semua orang tahu bahwa biseksual dalam kultur Islam tidaklah pantas, dan menciptakan film perihal kentul plus zombie bagi anak lima tahun untuk dipertontonkan pada orang renta mereka juga tidak layak. Kita tahu, alasannya itulah ketika hal-hal tersebut muncul, kelucuan yang kita rasakan. Kecuali anda seorang radikal dalam hal moral atau agama, segala inappropriate behavior dalam film ini akan menggelitik. Kurang berhasil menambilkan sisi romantisnya dan tidak begitu mendalam di penggalian emosi, Appropriate Behavior tetaplah hidangan yang lucu, segar, unik, and totally inappropriate

Artikel Terkait

Ini Lho Appropriate Behavior (2014)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email