Ada kalanya sebuah film yang sudah berumur diatas 50 tahun akan terlihat murahan ataupun norak kalau ditonton pada zaman sekarang, dan itu biasanya ialah film dengan genre science-fiction. Tentunya bujet murah dan imbas sederhana hingga akting yang sangat kaku jadi faktor utamanya. Tapi terkadang hal-hal norak itulah yang menciptakan kita terhibur dengan film itu. Menonton film menyerupai itu tentu saja tidak akan menciptakan kita menyampaikan filmnya buruk alasannya ialah efeknya murahan. Kita tahu bahwa pada jaman itu imbas masih sangat terbatas. Mungkin kita akan merasa efeknya murahan dan norak, tapi setidaknya kita tidak akan menyampaikan itu jelek. The Blob ialah salah satu referensi bagaimana sebuah film yang sudah rilis 54 tahun ternyata masih bisa dinikmati walaupun saya sendiri merasa The Blob ialah sajian yang nanggung.
Suatu malam Steve Andrews (Steve McQueen) dan kekasihnya, Jane (Aneta Corsaut) sedang mencoba melewatkan malam mereka secara romantis dengan memandangi bintang jatuh. Tapi yang mereka temukan justru sebuah benda bersinar menyerupai meteor yang jatuh didekat mereka. Ditengah perjalanan sesudah mengusut bangkai meteor itu, mereka dikejutkan dengan kemunculan laki-laki renta yang menjerit menyampaikan tangannya sakit. Ternyata tangan laki-laki renta itu telah terbungkus oleh sebuah lendir yang terus menerus tumbuh dan perlahan memakan tangan laki-laki tersebut. Lendir itu ternyata makin tumbuh dan makin ganas dan mulai memakan banyak orang. Makin banyak mangsa yang ia makan, makin besar pula gumpalan lendir berwarna merah tersebut. Hanya Steve dan kawan-kawannya yang bisa menghentikan makhluk itu alasannya ialah semua warga kota termasuk polisi tidak percaya dengan dongeng Steve ihwal monster lendir itu.
Tidak hanya warga kota, saya sendiri tidak percaya ada inspirasi memunculkan invasi alien dimana aliennya bukanlah makhluk cerdas berkepala besar ataupun monster raksasa dengan tampang buruk dan menyeramkan tapi "hanya" lendir berwarna merah yang bentuknya juga tidak jelas. The Blob sudah dibukan dengan unik ketika lagu temanya mengalun dan saya tidak menyerupai sedang mendengar lagu untuk film horror ataupun sci-fi melainkan menyerupai film komedi-musikal. Dari situlah saya mulai merasa film ini akan jadi tontonan absurd yang mungkin akan norak menyerupai soundtrack-nya tapi akan jadi hiburan yang menyenangkan. Memang saya bisa cukup terhibur dengan segala kenorakan yang ditampilkan film ini. Akting buruk yang menciptakan hampir semua pemainnya memasang muka yang sama untuk segala macam situasi yang membutuhkan verbal berbeda-beda, plot yang seolah tidak dipikirkan detailnya, obrolan yang seringkali terasa konyol. Tapi itulah hebatnya film jadul dan segala kenorakan dan kekunoannya yang justru menciptakan saya terhibur. Jangan lupakan adegan ketika para polisi coba menyetrum alien itu dimana adegan tersebut dihiasi Istimewa imbas yang "SPESIAL" Tonton dan lihatlah apa anda akan melaksanakan menyerupai yang saya lakukan sesudah melihat adegan itu, yakni mengulang-ulang adegannya alasannya ialah tidak percaya dengan imbas yang dipakai.
Bicara soal akting memang tampaknya tidak ada yang bisa dibanggakan dari film ini. Steve McQueen yang ketika itu belum populer terlihat absurd sebagai seorang cukup umur alasannya ialah usianya sudah 27 tahun. Tapi setidaknya ia bisa memperlihatkan verbal lebih dibandingkan lawan mainnya yang lain yang selalu datar sehingga seringkali saya galau maksud dari sebuah obrolan itu murka atau lucu. Malah ada juga para figuran yang terlihat tertawa ketika seharusnya ia ketakutan dengan serangan sang alien. Tapi sekali lagi saya tidak akan bilang filmnya kedaluwarsa alasannya ialah aktingnya buruk. Inilah guilty pleasure yang dibawa oleh film-film jadul. Bicara soal McQueen saya rasa ia yang paling kecewa. Bukan apa-apa, ia menentukan dibayar $3,000 dan menolak dibayar sejumlah 10% penghasilan film ini alasannya ialah ia tidak yakin The Blob akan sukses. Dan itu berarti ia menolak dibayar $400,000 alasannya ialah jadinya film ini menerima $4 juta alasannya ialah kesuksesannya di drive-in dan menjadi cult.
Sayangnya banyak sekali kesenangan itu jauh berkurang hanya alasannya ialah film ini tidak cendekia mengatur tempo dan memperlihatkan porsi yang kurang bagi si lendir itu. Setelah awal yang ngena, kita akan diajak menikmati adegan-adegan yang tidak menyeramkan ataupun menegangkan. Si lendir gres menebar teror lagi setengah jam sebelum film usai. Taktik untuk mencoba menutupi sosok alien itu terperinci tidak efektif alasannya ialah film ini bukan film yang memperlihatkan ketegangan lewat atmosfernya tapi lewat penampakan makhluknya. Lagipula siapa yang akan ngeri menunggu kemunculan makhluk lendir berwarna merah tersebut? Tapi saya pernah dengar ada penonton di jaman itu yang merasa ngeri melihat penampakan The Blob. Entah pada jaman itu lendir memang angker atau ia yang terlalu penakut. Yang terperinci The Blob berpotensi memperlihatkan kesenangan alias guilty pleasure hanya saja di bab tengah film ini terasa membosankan dan terlalu pelit memperlihatkan penampakan si monster lendir.
RATING:
Ini Lho The Blob (1958)
4/
5
Oleh
news flash