Wednesday, January 9, 2019

Ini Lho Divergent (2014)

Pasca kesuksesan Twilight Saga, semakin banyak pembiasaan film dari novel-novel Young Adult yang menggabungkan unsur drama-romansa cukup umur dengan aspek fantasi maupun sci-fi. Tapi sejauh ini yang sukses baik secara kualitas maupun pendapatan hanyalah The Hunger Games dengan pendapatan total dua filmnya melebihi angka $1,5 milyar. Sedangkan film-film lain ibarat Beautiful Creatures, The Host, Mortal Instruments: City of Bones sampai Ender's Game hadir dengan kaulitas kurang memuaskan bahkan harus bersusah payah untuk sekedar balik modal. Maka dari itu, Divergent karya Neil Burger ini jadi dipenuhi ketidak pastian akan hasil akhirnya. Tapi dengan sumber dongeng novel yang dipenuhi oleh satir sosial ala Hunger Games serta jajaran cast meyakinkan mulai dari Shailene Woodley, Theo James, Maggie Q hingga Kate Winslet menyebabkan pembiasaan yang satu ini mempunyai potensi yang cukup besar untuk menjadi franchise baru yang sukses. Bahkan sekuelnya yang berjudul Insurgent pun sudah dipersiapkan untuk rilis tahun 2015 sebelum film pertamanya resmi ditayangkan. Tidak hanya itu, kepingan jadinya yang berjudul Allegiant sudah dipastikan bakal mengikuti tren yang ada dengan dipecah menjadi dua kepingan yang bakal dirilis tahun 2016 dan 2017.

Divergent berlatar pada sebuah masa depan dimana lebih banyak didominasi dunia telah hancur akhir perang besar yang melanda. Sisa-sisa umat insan kini hidup dikelilingi tembok raksasa yang terletak di Chicago. Disana mereka hidup menurut kelompok-kelompok yang dibagi lewat keahlian masing-masing. Ada lima kelompok yang disebut factions disana, yaitu Abnegation yang suka menolong sesama dan menjalankan pemerintahan, Amity yang cinta damai, Candor yang selalu berkata kejujuran, Dauntless yang pemberani sekaligus bertindak sebagai penjaga keamanan dan Erudite yang populer dengan kepandaian intelektualnya. Satu kelompok lagi yakni mereka yang tidak mempunyai faction dan hidup ibarat gelandangan. Beatrice (Shailene Woodley) yakni gadis cukup umur yang tinggal dalam keluarga Abnegation. Bersama sang abang Caleb (Ansel Elgort) ia akan segera menjalani tes untuk menentukan kelompok mana yang cocok bagi dirinya. Tapi ketika tes dilakukan, hasil yang didapat oleh Beatrice memperlihatkan sebuah anomali. Tidak ada kepastian ia cocok berada di kelompok mana sebab hasilnya memperlihatkan bahwa Beatrice punya talenta di semua kelompok. Bakat langka ini disebut sebagai "Divergent". Mereka para "Divergent" sendiri dianggap sebagai bahaya dan harus dimusnahkan. Beatrice yang jadinya menentukan bergabung dengan Dauntless harus bersembunyi dari pihak pemerintahan yang dipimpin oleh Jeanine Matthews (Kate Winslet) sembari berlatih untuk menjadi Dauntless yang hebat dengan pinjaman Four (Theo James).
Dalam ceritanya, Divergent punya banyak selipan isu-isu sosial yang begitu menarik. Menarik sebab semua hal tersebut dijadikan pondasi utama dari dunia yang dibangun beserta kebudayaan yang dibangun oleh masyarakat dalam dunia tersebut. Dasar dongeng Divergent adalah wacana masyarakat yang dikotak-kotakkan, bukan lagi sekedar perbedaan kasta ibarat yang banyak hadir dalam Hunger Games tapi dikotakkan menurut "jati diri" mereka. Ini yakni bentuk jurang sosial yang disajikan lebih "halus" daripada jurang si kaya dan si miskin. Kelima faksi dalam Divergent punya ciri dan kelebihan masing-masing yang tidak jarang berujung pada stereotype terhadap masing-masing golongan. Sedangkan sosok "Divergent" jikalau dimasukkan ke dunia aktual yakni mereka yang berbeda serta punya kelebihan dalam aneka macam bidang diatas orang-orang pada umumnya. Dalam dunia aktual memang orang-orang ibarat ini sering disebut "aneh" bahkan tidak jarang dianggap sebagai ancaman. Diluar itu masih ada banyak lagi warta yang diangkat termasuk kisah coming-of-age tentang pencarian jati diri yang melibatkan benturan antara hasrat langsung dan keluarga. 

Saya suka bagaimana semua aspek sosial itu bisa dikemas sedemikian rupa menjadi sebuah dunia dystopian future yang jikalau ditilik lebih dalam terasa begitu mendetail penggambarannya. Mendetail sebab saya merasa bisa memahami apa saja yang membentuk masyarakat yang ada menjadi sepert sekarang. Dua pertiga awal filmnya memang berjalan begitu menyenangkan disaat kita diajak berkenalan dengan dunianya, kemudian dengan huruf Beatrice, melihatnya mulai berguru menjadi seorang Dauntless sambil menyembunyikan identitasnya sebagai Divergent, hingga jadinya mulai masuk kedalam konflik bernuansa politis yang lingkupnya lebih besar. Neil Burger mampu mengemas kepingan awal hingga pertengahan film dengan baik, menyeimbangkan antara drama penggalian karakter, kisah romansa, pengenalan konsep dunia dalam filmnya hingga sentuhan beberapa adegan aksi. Bahkan bagi yang belum membaca novelnya ibarat saya ada beberapa kejutan yang meskipun tidaklah terlalu "besar" tapi cukup berhasil menciptakan alurnya terasa dinamis. Sayang sepertiga final film terasa mengecewakan. Setelah segala pemaparan menariknya, titik puncak film ini berjalan begitu datar, standar dan sama sekali tidak menegangkan. Segala keseruan dan daya tarik Divergent jutru luntur pada klimaksnya yang terkesan buru-buru. Tidak terlalu jelek tapi terang penurunan drastis sesudah paruh awal yang begitu menarik.
Kelebihan lain film ini terletak pada kombinasi huruf yang menarik dan akting yang baik. Beatrice/Tris mungkin sedikit mengingatkan pada Katniss, tapi bersama-sama mereka sama sekali berbeda. Jika Katniss sudah dari awal merupakan seorang heroine jago panah, Tris pada awalnya hanyalah gadis cukup umur yang lemah. Barulah seiring berjalannya waktu ia mulai memperlihatkan kehebatanya sesudah menjalani aneka macam macam latihan dan konflik. Sama dengan Jennifer Lawrence, Shailene Woodley mampu menciptakan Tris menjadi huruf sentral yang gampang disukai. Theo James sebagai Four juga bukanlah tipikal cool guy meski sosoknya nampak tangguh dan keren. Hal itu berkat adanya selipan kisah kelam di masa lalunya yang hingga kini menetap menjadi sebuah fobia yang terus menghantui dirinya. Tapi yang paling menarik yakni Kate Winslet. Salah satu aktris terhebat ketika ini bersedia tampil di pembiasaan novel young adult? Porsinya memang tidak besar, tapi ini yakni huruf yang terasa gres bagi seorang Kate Winslet, dan itu terasa menyegarkan. Apalagi aktingnya menciptakan sosok Jeanine tidak terasa dua dimensi meski porsinya tidak seberapa. Menarik menunggu perkembangan karakternya di sekuel-sekuel yang akan datang. Yang terasa useless justru huruf Eric milik Jay Courtney. Sosoknya annoying tapi hanya itu. Digambarkan sebagai pesaing Tris pun tidak sempurna sebab konfik menyangkut hal itu kurang tergali. Sebagai sosok villain utama pun juga bukan. Eric hanya huruf menyebalkan yang tidak berkhasiat disini.

Diluar dugaan saya begitu menikamti Divergent meski masih ada banyak kekurangan dan tentunya masih berada dibawah dua film The Hunger Games jika harus dibandingkan. Banyak hal yang masih belum dieksplorasi termasuk aneka macam ciri khas dari tiap faksi. Saya yang belum membaca novelnya pun cukup yakin bahwa ada aneka macam misteri dan diam-diam hasil konspirasi besar yang menyelimuti keseluruhan kisah ini. Semua hal yang belum tersentuh itu pastinya bakal banyak disinggung dalam sekuel-sekuelnya. Tapi patut disayangkan Divergent tidak memperlihatkan tease akan hal itu sehingga kemungkinan banyak penonton tidak mempunyai sesuatu untuk mereka tunggu dalam film-film berikutnya. Tapi sekali lagi saya benar-benar terhibur oleh Divergent berkat konsepnya yang unik dan begitu baik dalam menyelipkan isu-isu sosial kedalam kisahnya. Berkat hal itu pula film ini sukses menjauhkan dirinya dari The Hunger Games meskipun tidak lebih baik.

Artikel Terkait

Ini Lho Divergent (2014)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email