Saturday, January 12, 2019

Ini Lho Dragon Ball Z: Battle Of Gods (2013)

Semenjak film Dragon Ball: The Path of Tower di tahun 1996 yang menjadi perayaan 10 tahun film Dragon Ball di layar lebar, belum ada lagi film yang mengangkat kisah petualangan Son Goku dan kawan-kawan ke dalam media film. Sampai balasannya tahun ini atau 17 tahun sejak film terakhirnya tersebut, dibuatlah lagi film Dragon Ball yang bisa dibilang cukup Istimewa dalam banyak aspek. Yang pertama, sang kreator Akira Toriyama akan terlibat cukup jauh dalam penulisan ceritanya yang berarti para fans tidak perlu terlalu khawatir bahwa filmnya punya rasa yang berbeda dari kisah komiknya. Yang kedua ialah fakta bahwa Dragon Ball Z: Battle of Gods merupakan satu-satunya dari 17 film Dragon Ball yang ceritanya termasuk dalam storyline resmi Dragon Ball dan bukan sebuah kisah terpisah yang tidak mempedulikan apapun yang terjadi dalam komik. Ceritanya sendiri mengambil masa sesudah pertarungan melawan Majin Boo yang dalam kisah komik ada rentang waktu 10 tahun yang "hilang". Sebagai orang yang sedari kecil hidup dalam manga dan anime Dragon Ball, film ini bagaikan nostalgia sekaligus obat kekecewaan sesudah manga favorit saya ini dirusak oleh Hollywood.

Setelah tertidur selama 39 tahun, Birus sang yang kuasa penghancur balasannya kembali terbangun. Birus sendiri merupakan makhluk paling berpengaruh sejagad raya yang telah menghancurkan begitu banyak planet dan bintang. Berbeda dengan Freeza yang memang dianggap sebagai ancaman, Birus merupakan sosok yang kuasa yang begitu ditakuti dan disegani bahkan oleh Kaioshin sekalipun yang notabene selama ini kita kenal sebagai yang kuasa dari para dewa. Mendengar keberadaan Birus, Goku yang tengah berlatih di planet Kaion merasa tertarik untuk bertarung melawannya. Disisi lain Birus yang di dalam mimpinya menerima penglihatan perihal orang saiya yang sangat berpengaruh dan disebut sebagai Dewa Super Saiya juga merasa tertantang dan ingin mencari siapa bekerjsama orang saiya tersebut. Mendengar bahwa Goku merupakan saiya yang berhasil membunuh Freeza, Birus pun tetapkan bertarung melawan Goku. Lewat pertarungan berat sebelah, Goku yang menjadi Super Saiya 3 dikalahkan dengan gampang dan Birus pun pergi menuju Bumi untuk mencari keberadaan sang Dewa Super Saiya dalam mimpinya itu.

Membaca judul dan sinopsisnya yang mengisahkan perihal yang kuasa terkuat sejagad raya yang berusaha menghancurkan Bumi niscaya apa yang ada di benak penonton baik itu fans maupun bukan ialah pertarungan epic hidup dan mati yang berskala super besar dan punya tingkat ketegangan luar biasa serta atmosfer yang kelam. Tapi ternyata Battle of Gods tidaklah "segarang" itu, alasannya ialah apa yang disajikan justru rangkaian momen komedi demi komedi yang selama ini menjadi ciri khas Dragon Ball. Disatu sisi memang hal ini sedikit mengecewakan dan berada diluar ekspektasi saya, tapi disisi lain ini ialah bentuk "kembali ke akar" dari nuansa Dragon Ball. Bagi mereka yang mengikuti komiknya niscaya sadar bahwa semakin kesini tone komedi yang ada makin berkurang khususnya sesudah Goku menginjak dewasa. Saya akui apa yang ditampilkan dalam film ini benar-benar menjadi nostalgia masa kecil ketika saya tidak hanya terpukau melihat Goku dan Bezita pamer kekuatan tapi juga selalu dibentuk tertawa oleh komedi-komedi konyol yang punya timing sempurna. Dalam film ini komedinya selalu berhasil menciptakan saya tertawa, masalahnya ialah terkadang humor yang dimasukkan terlalu berlebihan.
Berlebihan yang saya maksud ialah kadarnya. Bisa-bisanya film ini menampilkan sosok Bezita yang mempermalukan dirinya sendiri dan menari konyol meski sang pangeran saiya memang beberapa kali punya momen komedik yang efektif di komiknya tapi tentu saja tidak sekonyol ini. Bahkan sampai alasan Birus ingin menghancurkan Bumi pun masih sempat dibumbui unsur humor yang terasa konyol. Tapi entah mengapa dengan segala kekonyolan dan humor yang overload saya masih bisa lebih dari sekedar memaafkan hal tersebut. Yang pertama ialah alasannya ialah kekonyolannya memang lucu dan yang kedua alasannya ialah balasannya saya sadar bahwa Battle of Gods ialah murni film senang-senang yang jauh dari kesan serius dan dibentuk atas dasar nostalgia bagi para penggemar. Makara pada balasannya meski saya harus melihat tarian norak Bezita ataupun yang kuasa penghancur yang marah alasannya ialah tidak kebagian puding tetap saja tawa tanda saya sangat terhibur selalu muncul. Bahkan bila bicara nostalgia dan komedi, film ini akan membawa kita jauh kebelakang dengan kehadiran sosok Pilaf dan dua anak buahnya yang notabene ialah musuh pertama Son Goku. 

Sebenarnya masih banyak hal lain yang mengganggu dimana salah satunya ialah penempatan momen-momen dramatis yang terasa salah kawasan dan berlebihan. Coba saja, di tengah-tengah pertarungan yang memilih nasib Bumi, Gohan dan keluarga besarnya masih sempat berkumpul tertawa riang merayakan kehamilan Videl. Selain itu masih banyak lagi momen-momen dengan dramatisasi berlebihan yang salah tempat. Selain itu saya juga sedikit kecewa ketika sosok Dewa Super Saiya diungkap dengan jalan yang terlalu klise. Biasanya ketika Goku atau abjad Dragon Ball lainnya berhasil berada dalam tingkatan kekuatan gres yang lebih tinggi saya selalu dibentuk bersorak dan tubuh pun merinding. Tapi kali ini hal itu tidak terjadi alasannya ialah yang saya harapkan ialah kemunculan sosok yang lebih "heboh" lagi ibarat ketika Goku pertama menjelma super saiya dulu. Tapi diluar itu pertarungan seru ala Dragon Ball masih tersaji disini dan tentu saja masih lebih seru dan lezat dilihat dari titik puncak Man of Steel yang terlalu Dragon Ball itu tapi tidak punya greget sama sekali. Saya juga dibentuk bahagia ketika tokoh favorit saya yakni Bezita diberi kesempatan "membayar" kekonyolan yang ia lakukan dengan bisa menghajar Birus dan melebihi kekuatan Goku meski hanya sesaat.

Anda yang merupakan fans Dragon Ball pastinya familiar dengan momen ketika musuh utama dalam sebuah saga disebut sebagai yang terkuat di alam semesta mulai dari bangsa saiya, Freeza, Cell, sampai Boo tapi pada balasannya selalu ada yang jauh lebih kuat. Tapi selama ini Akira Toriyama selalu berhasil menciptakan semuanya believable dalam artian kita tetap bisa mendapatkan dengan logika kenapa selalu ada musuh gres yang lebih berpengaruh dari sebelumnya, dan itu juga berlaku bagi sosok Birus di film ini. Secara keseluruhan bagi anda yang mengharapkan tontonan  epic berskala besar mungkin akan kecewa, tapi setidaknya Dragon Ball Z: Battle of Gods ialah merupakan nostalgia yang menyenangkan ketika Dragon Ball kembali menawarkan sentuhan komedi yang kental dan selalu terasa lucu setiap momennya.

Artikel Terkait

Ini Lho Dragon Ball Z: Battle Of Gods (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email