Spike Jonze akan selalu dikenal lewat film-filmnya yang abstrak macam Being John Malkovich dan Adaptation dimana kedua film tersebut merupakan kolaborasinya dengan penulis naskah Charlie Kaufman yang memang populer dengan naskah surealnya dan sering berkolaborasi dengan Spike Jonze maupun Michael Gondry. Usaha pertama Spike Jonze dalam menciptakan film tanpa naskah dari Kaufman lewat Where the Wild Things Are bagi saya tidak berhasil dengan baik. Meski berhasil memvisualisasikan buku dongeng bergambar tersebut dengan baik tapi yang akan selalu saya ingat yaitu abjad Max yang super menyebalkan dan terus menciptakan kegaduhan. Empat tahun sesudah perjuangan pertamanya itu Spike Jonze kembali dengan Her yang naskahnya ia tulis sendiri. Ini yaitu proyek original pertama dari Jonze dimana naskahnya banyak terpengaruh dari pengalamannya memakai software Cleverbot dan tentunya diskusi dengan Charlie Kaufman yang turut mensugesti kisah unik dalam filmnya. Dan nampaknya perjuangan Spike Jonze kali ini berhasil alasannya filmnya sendiri diganjar dua nominasi Oscar termasuk Best Picture dan Best Original Screenplay dimana untuk kategori naskah ia berpeluang besar menang meski harus bersaing dengan American Hustle. Joaquin Phoenix sebagai pemain drama utama akan dikelilingi oleh empat aktris bagus yang menjadi lawan mainnya yaitu Amy Adams, Olivia Wilde, Rooney Mara dan Scarlett Johansson meski untuk ScarJo hanya suaranya saja yang muncul dalam film ini.
Her punya setting di sebuah masa depan dikala teknologi sudah berkembang cukup pesat dan mempermudah banyak aktivitas manusia. Pada dikala itu orang-orang tinggal menawarkan perintah lewat bunyi dan komputer akan mengerjakan perintah tersebut. Ceritanya bertutur perihal Theodore Twombly (Joaquin Phoenix) yang bekerja sebagai pembuat surat cinta dimana ia sangat jago merangkai kata-kata indah nan romantis sekaligus jago memahami perasaan serta harapan kliennya. Namun ironisnya kehidupan cinta Theodore ternyata tidak berjalan mulus dimana dikala ini ia tengah menjalani proses cerai dengan Catherine (Rooney Mara), perempuan yang sedari kecil tumbuh bersamanya. Hal ini tentu saja sangat berat bagi Theodore, apalagi ia yaitu seorang yang tertutup. Theodore pun menjalani hari-harinya dengan kurang bersemangat. Bahkan ia tidak menghiraukan usul untuk menghabiskan waktu dengan teman lamanya, Amy (Amy Adams). Semuanya perlahan mulai berubah disaat Theodore membeli sebuah Operating System (OS) yang menjanjikan kecerdasan tingkat tinggi yang mampu merespon, mendengarkan dan bahkan bisa berinteraksi layaknya manusia. OS yang berjulukan Samantha (Scarlett Johansson) tersebut diluar dugaan bisa menciptakan Theodore nyaman. Keduanya pun menjadi sering menghabiskan waktu mereka hanya untuk ngobrol berdua dan pada alhasil Theodore mulai jatuh cinta dengan Samantha, dengan sistem operasi komputernya.
Memang layak naskah Spike Jonze dinobatkan sebagai salah satu naskah terbaik tahun 2013. Dibalik ide dasarnya yang unik, Her punya banyak hal yang ingin disampaikan. Sekilas dongeng perihal laki-laki yang jatuh cinta dengan OS memang terasa abstrak tapi dibalik itu dan segala tetek bengek sci-fi yang ada sesungguhnya Her bertutur perihal kisah cinta menyerupai biasa. Ada banyak sekali aspek dalam percintaan yang diangkat namun yang paling terasa yaitu perjuangan untuk menjalin hubungan. Karakter Theodore memang digambarkan sebagai seorang laki-laki yang selalu bermasalah dengan kekerabatan cinta apalagi dikala ia harus berurusan dengan komitmen. Dengan Catherine ia alhasil harus dihadapkan dengan perceraian yang selalu ia tunda-tunda penyelesaiannya. Lalu ia juga sempat berkencan dengan Amelia (Olivia Wilder) namun gagal alasannya Theodore masih takut menjalani komitmen sesudah kegagalan pernikahannya. Bahkan konflik dengan Samantha pun tercipta alasannya kebimbangannya dalam meneruskan hubungan. Diluar urusan percintaan, Her juga menawarkan sebuah satir terhadap teknologi yang semakin maju dan menciptakan insan semakin bergantung dengan banyak sekali fasilitas yang ditawarkan. Bahkan hanya untuk menuliskan curahan hati lewat surat atau ucapan selamat pun mereka menentukan memalsukannya dengan derma teknologi. Saya suka dengan unsur sci-fi yang dibawa oleh Spike Jonze disini. Terasa canggih, satirnya mengena tapi tidak berlebihan dan masih believable karena toh sosok Samantha terinspirasi dari Cleverbot.
Her memang lebih banyak diisi oleh obrolan antara Theodore dengan Samantha yang mana sosok Samantha hanya terdengar suaranya dan itu berarti sepanjang film akan lebih banyak menunjukkan Joaquin Phoenix yang berbicara sendiri. Tapi interaksi antara Theodore dan Samantha terasa begitu menarik dan hidup. Bahkan sejak momen pertama kali keduanya saling bertegur sapa saya sudah dibentuk menyukai interaksi yang terjadi. Perpaduan antara sisi romantisme dan komedi terasa begitu berpengaruh dalam obrolan keduanya. Saya bisa mencicipi kalau keduanya saling jatuh cinta dan momen jatuh cinta tersebut mampu dihadirkan dengan cukup indah oleh Spike Jonze dengan derma gambar-gambar indah serta iringan musik yang begitu mendukung mood tersebut. Saya begitu suka penempatan musik-musik hasil komposisi Arcade Fire disini. Komposisinya sederhana dan punya rasa indie yang sangat berpengaruh tapi ditempatkan dalam momen-momen yang tepat. Bahkan Her punya banyak montage yang sekilas terasa random tapi begitu menyenangkan untuk diikuti. Tapi sayangnya Her tidak mampu mempertahankan daya tariknya secara konsisten. Saat filmnya memasuki pertengahan tensinya menurun meski tidak hingga terasa membosankan. Secara keseluruhan, durasinya yang diatas 120 menit juga terasa sedikit terlalu panjang. Tapi toh Spike Jonze selalu berhasil menghibur saya dengan keunikan demi keunikan menarik yang setia muncul disini termasuk dikala Theodore dan Samantha "berhubungan seks" untuk pertama kalinya.
Akting Joaquin Phoenix terang menjadi salah satu kelebihan utama dari Her. Dengan kumis tebalnya, Joaquin Phoenix sukses menghapus imej Freddie Quell dari The Master yang masih membekas begitu berpengaruh dalam ingatan saya. Dia sukses menghadirkan abjad Theodore yang introvert dan penuh kebimbangan khususnya dalam menjalin kekerabatan tapi tidak juga masuk kategori anti-sosial. Setidaknya ia masih bisa bersosialisasi dengan baik dikala itu berhadapan dengan orang-orang yang sudah usang ia kenal. Bahkan di sebuah kopi darat dengan Amelia ia bisa berinterkasi dengan lancar. Pada alhasil ia pun kebingungan menjawab pertanyaan apakah ia orang yang sosial atau anti-sosial. Theodore hanyalah orang yang ingin berada di zona nyamannya dalam menjalin kekerabatan dengan siapapun tapi bukan berarti ia anti-sosial. Dan sayapun akan selalu ingat dengan senyum senang yang ditunjukkan Theodore dibalik kumis tebalnya. Kemudian ada Scarlett Johansson dengan bunyi seksinya. Mendengar suaranya saya bisa membayangkan sosok perempuan yang ceria dan bersemangat menjalani hidup. Wajar saja kalau pada alhasil Theodore jatuh cinta padanya. Lalu ada juga cameo suara dari Spike Jonze sebagai bocah alien dalam video game yang mampu menghadirkan salah satu momen terlucu dalam film ini lewat sumpah serapahnya. Dan jikalau bicara soal keseluruhan karakter, maka ada satu kesamaan yaitu mereka sama-sama menuju perubahan. Her memang bicara perihal "evolusi", perihal semua orang yang mengalami perubahan dalam dirinya sesudah melalui pencarian jati diri yang selalu tidak mudah.
Her adalah keberhasilan Spike Jonze dalam menggabungkan banyak sekali aspek mulai dari komedi romantis hingga sci-fi. Romantisme yang terasa hangat berpadu dengan komedi yang cukup berhasil memancing tawa. Belum lagi banyak sekali aspek sci-fi yang meskipun terasa canggih tapi tetap masuk logika dan bukan mustahil akan benar-benar ada di dunia nyata. Tapi jikalau berpikir kisah cinta antara insan dan komputer yaitu dongeng yang aneh coba pikir lagi. Bukankah kini sudah begitu banyak orang yang jatuh cinta dengan benda mati mulai dari boneka bahkan hingga bangunan sekalipun? Makara apa yang ditampilkan Her sebenarnya yaitu hal-hal yang begitu bersahabat dan kasatmata dengan kondisi kehidupan kini ini. Hanya saja kreatifitas dari Spike Jonze dalam mengemas keseluruhan filmnya menciptakan Her menjadi sebuah sajian yang memiliki keunikan tersendiri. Saya suka ceritanya, saya suka musiknya, saya suka gambar-gambarnya, saya suka romantismenya, saya suka komedinya. Ya, hampir semuanya saya suka tapi alasannya sedikit kekurangan yakni penurunan tensi ditengah dan durasinya yang agak kepanjangan hingga berujung pada banyaknya adegan repetitif kecintaan saya pada film ini jadi tidak terlamapu besar meski sesungguhnya saya begitu ingin menyayangi film yang ditutup dengan sederhana namun indah ini.
Ini Lho Her (2013)
4/
5
Oleh
news flash