Wednesday, January 16, 2019

Ini Lho Immortals (2011)

Menjelang perilisannya dulu, Immortals terang akan mengingatkan pada adonan antara 300 dan Clash of the Titans. Kisah perihal mitologi Yunani yang dibalut dengan pengaruh ala Zack Snyder, begitulah yang terlihat dalam beberapa bahan promosi termasuk trailer-nya. Saya sendiri belum pernah melihat karya dari sutradara Tarsem Singh. Saya melewatkan The Cell. Bahkan The Fall yang sempat berulang kali berniat saya tonton juga karenanya batal. Sedangkan film terbaru Tarsem, Mirror Mirror pun karenanya saya lewatkan alasannya yakni tidak terlalu tertarik dengan kisah puteri salju yang dirombak jadi komedi keluarga ringan. Bahkan Immortals ini nyaris saya lewatkan dan gres sempat ditonton lima bulan sesudah rilis. Dari beberapa review yang saya baca perihal film-filmnya, sering dikatakan bahwa Tarsem Singh punya kelebihan utama dalam membuat desain dunia yang unik sekaligus kostum yang absurd ala Lady Gaga dalam film-filmnya. Baiklah, jadi saya yang kurang paham mitologi Yunani tidak akan terlalu mempermasalahkan keakuratan dan berharap akan diberikan suguhan heroik ala 300 yang dibalut dengan set sekaligus kostum yang unik. Selain itu disini ada Henry Cavill yang jadi sorotan alasannya yakni tahun depan akan muncul sebagai Superman dalam Man of Steel.

Kisahnya yakni mengenai Theseus (Henry Cavill) yang berasal dari golongan insan biasa tapi diceritakan punya tekad dan keberanian yang luar biasa besar lengan berkuasa (standar film perihal kepahlawanan). Dia harus mendapati dunia sedang dalam kondisi ancaman ketika Raja Hyperion (Mickey Rourke) tengah berusaha mencari busur Epirus yang nantinya akan ia gunakan untuk membangkitkan para Titan yang terkurung di Tartarus. Hal itu dikarenakan dendam Hyperion kepada para yang kuasa yang menurutnya tidak sedikitpun berusaha peduli dan menolong insan termasuk ketika istrinya meninggal. Theseus yang awalnya tidak tertarik ikut berperang karenanya maju juga dalam melawan Hyperion ketika sang ibu dibunuh didepan matanya. Disisi lain, para yang kuasa tengah dilanda dilema. Mereka melihat dunia dalam ancaman dan berniat menolong para manusia, tapi Zeus (Luke Evans) tidak mengijinkan hal itu dan meminta para yang kuasa untuk percaya pada kemampuan insan Bumi.
Saya diatas menyampaikan tidak terlalu peduli pada sebagaimana film ini setia pada mitologi Yunani yang asli. Hal itu alasannya yakni saya yakin niscaya akan ada beberapa perombakan disini, tapi saya tidak menyangkan begitu banyak perombakannya dan begitu ngawurnya para penulis naskah film ini mengganti mitologi yang ada. Pertama saya begitu tercengang ketika mengetahui penggambaran Theseus yang berasal dari golongan petani biasa. Hey, orang awam juga tahu jikalau Theseus itu demigod, anak dari Poseidon. Bahkan Clash dan Wrath lebih setia menggambarkan Perseus sebagai anak Zeus walaupun tetap berasal dari golongan nelayan miskin. Tapi setidaknya dengan status anak dewa, sang jagoan bisa terlihat lebih logis ketika bisa menghajar lawan-lawannya. Disini Theseus harus bertarung dengan Minotaur yang brutal itu. Tapi lagi-lagi ketika Minotaur muncul saya kaget melihat sosoknya yang bukan monster melainkan insan yang menggunakan aksesoris banteng. Apa maksdunya? Film ini bukan The Dark Knight yang harus berusaha tampil real, dasarnya sudah fantasi yang penuh dengan mitos para dewa, kenapa harus membuat tokoh Minotaur lebih logis?
Saya lebih kaget lagi ketika melihat desain para Dewa Olympus dan Titan. Saya suka dengan desain kostum para Dewa yang unik dan berbeda dari apa yang sudah pernah kita lihat selama ini. Tapi penggambaran mereka dalam fisik yang begitu muda terasa menggelikan. Lihatlah Luke Evans sebagai Zeus, Kellan Lutz sebagai Poseidon, dan lain-lain. Mereka lebih nampak menyerupai prajurit muda ketimbang Dewa yang perkasa. Dan mereka sama sekali tidak perkasa disini. Mana kekuatan petir Zeus? Poseidon juga hanya sekali menunjukkan kuasanya sebagai yang kuasa lautan dan itu tidak terlihat maksimal. Saat pertarungan dengan Titan juga terlihat menyerupai pertarungan antar prajurit biasa. Lalu mana Hades? Kenapa Ares sang yang kuasa perang dibentuk sebagai sosok yang kuasa yang mau mempertaruhkan nyawa untuk manusia? Makin kecewa lagi ketika saya melihat para Titan yang digambarkan hanya sebagai makhluk-makhluk beringas biasa. Mereka harusnya yakni mantan penguasa dunia, bukan monster beringas tak berotak. Saya yang kecewa dengan penggambaran Kronos di Wrath of the Titans jauh lebih kecewa dengan para Titan disini.

Lalu apakah film ini heroik? Sama sekali tidak. Henry Cavill bukanlah Gerrard Butler yang bisa bertarung dengan epic dan menunjukkan kata-kata pembangkit semangat yang membangkitkan bulu kuduk. Dia terlihat bagaikan cowok biasa yang berteriak-teriak tanpa wibawa ditengah para pasukan. Tapi untungnya ada kejutan dalam film ini mengenai porsi adegan gore. Saya tidak menyangka akan banyak darah tumpah dan kepala pecah disini. Setidaknya itu jadi hiburan yang ampuh untuk membuat saya tetap betah menonton Immortals. Ya, hanya ada dua kelebihan utama dalam film ini, yaitu adegan gore dan desain kostum yang menarik dan set yang cukup unik. Selebihnya mengecewakan. Tidak heroik sama sekali dan punya keakuratan mitologi Yunani yang benar-benar parah. Bahkan saya yang nyaris tidak tahu sama sekali perihal mitologi Yunani merasa dikecewakan dan merasa dongeng dalam film ini konyol. Lain kali setidaknya lebih maksimalkan para yang kuasa dan jangan menggambarkan mereka lagi sebagai sosok yang kuasa muda. Itu konyol. Mickey Rourke jauh lebih berwibawa daripada semua yang kuasa disini digabung menjadi satu.

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho Immortals (2011)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email