Wednesday, January 9, 2019

Ini Lho Transformers: Age Of Extinction (2014)

Dengan pendapatan lebih dari $2.6 milyar hanya dalam tiga filmnya mudah membuat franchise film Transformers menjadi salah satu yang paling sukses. Kisah pertempuran para robot ini mungkin bukanlah film pujaan kritikus tapi terperinci penonton menggilai film-film ini. Saya yakin hampir semua bioskop di seluruh Indonesia akan antri panjang selama berhari-hari bahkan mungkin berminggu-minggu ketika ada film Transformers diputar. Namun setelah Dark of the Moon, sang sutradara Michael Bay menyatakan bahwa ia sudah tidak lagi bersedia memegang kendali pada film-film Transformers berikutnya. Hal tersebut main diperkuat ketika Bay merilis film "kecil" Pain & Gain seolah memperlihatkan bahwa dirinya sedang tidak tertarik menyutradarai film raksasa dengan bujet ratusan juta dollar plus CGI dimana-mana.Tapi ternyata sebagai sutradara yang menomor satukan kepuasan penonton secara general (baca: money oriented) Bay pun bersedia untuk kembali menjadi sutradara dalam film keempat yang bertajuk Age of Extinction. Untuk aktornya sendiri sebagai pengganti Shia LaBeouf nama Jason Statham sempat digosipkan ambil bab sebelum kesannya Mark Wahlberg yang bergabung. Sedangkan Nicola Peltz meneruskan tongkat estafet dari Megan Fox dan Rosie Huntington-Whiteley sebagai eye candy film ini. Dengan bujet terbesar dalam sejarah franchise Transformers ($210 juta), Age of Extinction akan ber-setting empat tahun pasca film ketiganya.

Pertempuran antara Autobots dan Decepticon di Chicago yang dahsyat tersebut tidak hanya menghancurkan kota tapi juga memakan ribuan korban jiwa. Hal itulah yang menciptakan pihak dunia khususnya Amerika Serikat mulai memandang para Transformsers sebagai bahaya bagi umat insan yang harus diburu. Dipimpin oleh biro CIA, Harold Attinger (Kelsey Grammer) perburuan terhadap Autobots dan Decepticon yang dilakukan pasukan CIA pun dilakukan. Banyak autobots yang pada kesannya tewas di tangan mereka. Disisi lain, kita akan berkenalan dengan Cade Yeager (Mark Wahlberg), seorang penemu yang tinggal bersama puteri tunggalnya, Tessa (Nicola Peltz). Cade sendiri ialah penemu yang bisa dianggap gagal alasannya hingga ketika ini beliau belum menemukan hal yang mempunyai kegunaan dan itu menciptakan kehidupan Cade dan Tessa dililit banyak hutang. Sampai tanpa sengaja Cade menemukan sebuah truk rongsokan yang sudah berkarat dan membawanya pulang dengan cita-cita bisa merubah truk tersebut menjadi temuan yang berguna. Tanpa disangka  truk rongsokan itu ialah Optimus Prime yang selama ini disangka telah menghilang. Cade pun berusaha membantu Optimus menyatukan kembali Autobots yang tersisa untuk kabur dari perburuan terhadap mereka.
Sekilas saja sudah terlihat bahwa Age of Extinction dibuat bukan murni sebagai sekuel ketiga, tapi sedikit memberikan reboot terhadap franchise ini. Jajaran cast yang sepenuhnya gres hingga jajaran robot yang juga banyak berubah ialah buktinya. Aspek ini bagi saya ialah hal paling positif dalam Age of Extinction. Mark Wahlberg terperinci amat sangat jauh lebih sempurna daripada Shia LaBeouf untuk menjadi lead actor dalam film ini. Dia lebih meyakinkan sebagai pemain drama laga, punya akting yang jauh lebih bagus, serta bisa menangani momen komedi tanpa harus terkesan norak dan dipaksakan. Jajaran pemain lainnya tidak jauh beda juga sebenarnya, termasuk Nicola Peltz yang makin menerangkan bahwa Michael Bay andal menentukan sosok aktris yang sedap dipandang. Namun harus diakui kehadiran Wahlberg menjadi perubahan yang signifikan dan amat positif. Jajaran robot yang berubah juga cukup menyegarkan. Masih ada Optimus dan Bumblebee, tapi kita banyak menerima sosok gres lainnya termasuk para Dinobots serta Lockdown yang menjadi musuh utama disini. Optimus sedikit lebih beringas disini dan itu positif alasannya sosoknya terlihat jauh lebih badass. Dinobots juga cukup memperlihatkan hiburan meski muncul terlalu singkat. Sedangkan Lockdown memperlihatkan pergantian suasana sesudah selama ini kita hanya disuguhi Megatron sebagai villain utama. Tapi toh saya yakin di film kelima atau keenam Megatron akan kembali (sudah di-tease secara terperinci di film ini)

Satu peningkatan lagi meskipun yang satu ini tidaklah terlalu signifikan ialah pengurangan kadar komedinya. Tentu saja saya tidak problem dengan film agresi yang berbalut komedi asal ditangani dengan benar. Lihatlah Edge of Tomorrow yang anggun itu sebagai buktinya. Masalahnya, dua film Transformers terakhir, Revenge of the Fallen dan Dark of the Moon terlalu banyak menyuntikkan takaran komedi, dan parahnya semuanya tidak lucu, berlebihan dan terlalu bodoh. Hal tersebut merusak tone serta intensitas film secara keseluruhan. Dalam Age of Extinction, takaran komedinya diturunkan. Masih ada beberapa momen komedi tapi tidaklah terlalu konyol meski tidak lucu juga. Beberapa diantaranya bisa menciptakan saya tersenyum (tidak tertawa sama sekali) dan yang berhasil ialah yang melibatkan Mark Wahlberg dengan segala agresi posesifnya sebagai ayah. Ini beliau perjuangan lain yang dilakukan penulis naskah Ehren Kruger untuk menciptakan filmnya lebih segar, yaitu mengganti relasi percintaan Sam dan para perempuan di sekitarnya dengan kisah ayah anak antara Cade dan Tessa. Tentu saja potensi drama ayah-anak jauh lebih besar, tapi toh ini naskah Ehren Kruger yang disutradarai Michael Bay. Makara jikalau anda mengharapkan kisah ayah-anak yang dalam atau menyentuh maka cita-cita anda terlalu tinggi. Tentu saja dramanya datar dan tidak memperlihatkan perbedaan apapun kecuali Wahlberg lebih anggun daripada Shia LaBeouf yang payah itu.
Mari kita lupakan juga ceritanya yang dangkal, alasannya bukan diam-diam lagi kalau dongeng dalam film-film Transformers itu kolot dan punya banyak plot hole menganga tidak terkecuali film keempat ini. Lupakan juga fakta bahwa sebenarnya Age of Extinction punya dongeng yang paling tidak terperinci tujuannya bahkan jikalau dibandingkan Revenge of the Fallen, karena walaupun fim kedua itu berantakan, toh dasar alurnya terperinci menyerupai yang tertulis di judulnya, pembalasan The Fallen. Sedangkan Age of Extinction? Entah ini berusaha memperlihatkan perjuangan Autobots kabur dari CIA, melawan Lockdown, melawan Galvatorn a.k.a Megatron yang tiba-tiba tiba dan pergi seolah punya tugas besar padahal tidak penting (setidaknya untuk film keempat) atau berusaha mencari rumah Michale Bay dan meledakkannya? Saya tidak tahu, dan lebih baik lupakan itu. Lupakan semua aspek-apek yang jelek itu menyerupai saya ingin melupakan Age of Extinction. Karena ini Michael Bay kawan! Film Michael Bay tidak akan punya semua itu termasuk otak, alasannya yang ia punya ialah dampak CGI super canggih dan ledakan dimana-mana yang bersinergi menjadi rangkaian adegan agresi spektakuler. Lihat bujetnya yang mencapai diatas $200 juta dan keberadaan Dinobots, niscaya ini menjadi yang terbaik dari Michael Bay bukan? Pasti adegan aksinya bakal menebus segala keburukan diatas dan menciptakan saya melupakan semua itu bukan? Sayangnya kali ini tidak!

Dalam review Dark of the Moon saya pernah berkata bahwa menonton film Bay yang guilty pleasure itu menyerupai menjual jiwa pada setan. Saya menjual segala selera film dan patokan-patokan film anggun pada Michael Bay demi kepuasan tak berotak yang ia berikan. Tapi sepertinya setan itu telah kehilangan sihirnya. Tampaknya Michael Bay sudah memperlihatkan segala yang ia bisa di Dark of the Moon dan tidak akan bisa lebih spektakuler lagi meski didukung dana yang lebih besar. Ledakannya saya familiar. Pertempuran antar robot yang dipadu slo-mo sudah pernah saya llihat meski ada satu atau dua adegan yang cukup memikat tapi itu hanya 30 hingga 40% dari total adegan aksi. Sisanya? Membosankan. Saya tidak pernah menduga akan menyampaikan ini dalam review film Michael Bay, tapi adegan aksinya membosankan. Tidak ada yang baru, alasannya pertempuran di tengah kota sudah hingga puncaknya di film ketiga. Mungkin sudah saatnya para Autobots bertempur di daerah yang gres semisal di luar angkasa. Semakin membosankan lagi akhir durasinya yang 165 menit (terlama diantara film Transformers lain) dan terasa menyerupai selamanya. Saya yakin saya menguap jauh lebih banyak daripada jumlah verbal yang dihadirkan oleh Jack Reynor di film ini. Saya tidak keberatan dengan film kelima, tapi Michael Bay harus diajuhkan sejauh mungkin alasannya Transformers puya potensi yang jauh lebih besar dari robot-robot bertarung selama dua setengah jam. Ada lebih banyak hal bisa dicapai franchise ini tapi tidak jikalau tetap dinahkodai Michael Bay.

Artikel Terkait

Ini Lho Transformers: Age Of Extinction (2014)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email