Wednesday, January 9, 2019

Ini Lho Vertigo (1958)

Satu lagi film Alfred Hitchcock yang sering masuk daftar fim terbaik sepanjang masa. Diangkat dari novel D'entre les morts karya Boileau-Narcejac, Vertigo merupakan film yang memuncaki daftar "Top 10 Mystery" versi American Film Institute mengalahkan film-film Hitchcock lainnya menyerupai Rear Window (review) dan Dial M for Murder (review). Bahkan pada tahun 2012 kemudian film ini memuncaki daftar polling Sight & Sound sebagai film terbaik sepanjang masa. Filmnya sendiri bercerita wacana John "Scottie" Ferguson (James Stewart), seorang detektif yang menentukan pensiun dari kepolisian akhir sebuah kecelakaan yang terjadi dalam sebuah pengejaran. Kecelakaan tersebut mengakibatkan tewasnya seorang polisi dan membuat stress berat dalam diri John. Sejak ketika itu ia takut akan ketinggian dan bakal mencicipi pusing yang luar biasa kalau berada di kawasan tinggi. Tapi masa pensiun John tidak terlalu usang disaat salah seorang teman lamanya, Gavin Elster (Tom Helmore) meminta bantuannya untuk menjadi seorang private detective. Pekerjaan yang harus John lakukan yakni menguntit istri Gavin, Madeleine (Kim Novak).

Alasan Gavin meminta hal tersebut yakni sebab kecurigaan yang muncul bahwa Madeleine telah dirasuki oleh arwah ingin tau dan membuatnya sering berubah kepribadian bahkan berjalan-jalan sendiri tak tentu arah. Anda tidak salah baca wacana kata "arwah penasaran" tersebut. Kali ini Hitchcock memang mencoba memasukkan sedikit unsur horror dalam filmnya. Bukan saja pada selipan misteri wacana kerasukan, tapi juga pada pembangunan atmosfer dalam beberapa adegannya. Sebagai pola yakni adegan ketika John dan Madeleine sedang berada di tengah hutan dan tiba-tiba Madeleine menghilang. Beberapa momen lain menyerupai setting kuburan, Madeleine yang mendadak trance, hingga dream sequence dari John memang menerima sentuhan ala film horror. Tapi itu bukan berarti Hitchcock memasukkan aspek horror melainkan sebab ia tahu bagaimana cara mengemas adegan hingga membuat atmofer yang sesuai. Bukti bahwa Alfred Hitchcock memang seorang jenius dan julukannya sebagai master of suspense memang amat layak. Hal itu juga makin membuat Vertigo terasa sebagai sebuah tontonan yang inovatif, setidaknya pada abad ketika film ini pertama dirilis.
Dari sisi teknis film ini terasa inovatif sebab dua hal, yaitu adegan mimpi dan penggunaan dolly zoom untuk pertama kalinya dalam sejarah perfilman. Dua momen tersebut kini termasuk dalam sequence paling populer tidak hanya dalam jajaran film Hitchcock tapi juga film secara keseluruhan. Film ini juga terasa inovatif dilihat dari bagaimana Hitchcock mengemas tone filmnya. Jelas sampul utama film ini yakni misteri dan thriller psikologis yang sudah jadi ciri khas sang sutradara selama ini. Kemudian ditambah juga aspek horror menyerupai yang sudah saya sebutkan meski dalam porsi yang tidak terlalu banyak. Kemudian yang paling mengejutkan yakni konten romansa yang cukup kental bahkan sempat mengambil alih tone film secara keseluruhan pada sepertiga potongan final sebelum hasilnya kembali lagi menjadi suspense pada titik puncak hingga ending. Bagi saya konten romansanya menunjukkan imbas konkret dan negatif secara bersamaan. Positif sebab Vertigo jadi terasa segar dengan pendekataan tidak biasa tersebut. Apalagi Hitchcock mampu mengemas romansanya dengan cukup baik dimana rasa bencana percintaannya cukup mengena. Lagipula sebetulnya ini bukan pertama kali Hitchcock mengubah tone film secara mendadak sebab memang itu salah satu triknya. Tapi gres kali ini ia menempatkan romansa di belakang sehabis suspense dengan porsi yang signifikan. 
Romansanya pun bukanlah kisah cinta yang cheesy layaknya komedi romantis tahun 50-an. Masih ada unsur psikologis dan obsesif kuat yang mengiringi dengan sentral pada huruf John. Kaprikornus meski ada percintaan yang kuat, kesan suspense dan tone yang cukup kelam masih tetap dipertahankan. Sedangkan imbas negatifnya tentu saja tensi film jadi menurun. Sehebat apapun Hitchcock, amat sulit untuk membuat sebuah film tetap punya intensitas yang sama sehabis aneka macam ketegangan dan twist mengejutkan (yang disingkap cukup awal) milik Vertigo. Dengan tempo yang melambat, meski tidak hingga membosankan tapi cukup besar lengan berkuasa pada intensitas film secara keseluruhan. Tentu saja saya hasilnya berharap (dan yakin) bahwa Hitchcock akan menutup filmnya kembali dengan suspense yang pada hasilnya memang terjadi. Semua terasa baik-baik saja hingga adegan terakhir yang bagi saya dihukum kurang baik oleh Hitchcock. Pada hasilnya kesan tragis yang coba dimunculkan malah kurang terasa. Kesan awkward justru sedikit terasa pada ending tersebut dan membuat suara lonceng gereja dan tatapan John Stewart yang seharusnya begitu tragis dan dramati itu kurang mengena.

Tentu saja kalau bicara soal twist, film ini masih punya kejutan yang tidak saya duga. Mungkin balasan misterinya sendiri sudah sedikit tertebak, apalagi mengingat ciri khas Hitchcock wacana pelaku kriminal dalam filmnya, tapi mulai dari motif, cara dan detail lainnya tetap terasa mengejutkan. Belum lagi pengemasannya yang menarik dimana selain flashback, twist tersebut diungkap lewat cuplikan monolog karakternya. Tidak menyerupai Dial M for Murder yang terlalu panjang mengungkap kejutan lewat obrolan hingga terasa membosankan dan memusingkan, Vertigo hanya sedikit menggunakan obrolan dalam pengungkapan kejutannya, dan itu efektif. Pada hasilnya Vertigo memang film yang cantik dengan penggabungan aneka macam genre, serta aspek teknis yang inovatif. Hanya saja film ini terasa overrated karena sering dianggap sebagai karya terbaik Hitchcock dan bagi saya masih banyak film-film sang sutradara yang jauh lebih cantik dan lebih menegangkan dari ini. Karena meski masih menegangkan, tingkat supspense dari Vertigo tidaklah setinggi film-film terbaik Hitchcock lainnya. Saya tahu banyak kritikus dan analis yang begitu menyukai film ini sebab aneka macam detail dan interpretasi yang mereka telaah, tapi bagi saya Vertigo "hanyalah" film cantik tapi jauh dari kata terbaik dari Hitchcock.

Artikel Terkait

Ini Lho Vertigo (1958)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email