Sekilas tidak ada yang menarik dari About Last Night. Menawarkan formula komedi romantis standar yang berasal dari remake film berjudul sama yang dirilis pada tahun 1986, About Last Night pada awalnya nampak tidak lebih dari sekedar perjuangan untuk menghasilkan pundi-pundi uang lewat jalan yang mudah. Orang-orang yang terlibat di dalamnya pun tidak terlalu Istimewa bagi saya. Di posisi sutradara ada Steve Pink yang meraih kesuksesan lewat komedi Hot Tube Time Machine yang sesungguhnya punya kualitas tidak bagus-bagus amat. Di jajaran pemainnya ada beberapa nama pelawak ibarat Kevin Hart dan Regina Hall yang tetap saja tidak menjadi jaminan mutu sebuah film. Tapi sesudah dirilis film ini menawarkan kejutan dengan meraih kesuksesan Box Office lewat raihan $49 juta (bujetnya hanya $13 juta) serta respon yang cukup baik dari para kritikus. Saya pun tetapkan untuk menawarkan kesempatan bagi film ini yang pada kesudahannya tidak berakhir mengecewakan. Ya, About Last Night berhasil menawarkan sebuah hiburan yang cukup menyenangkan lewat kombinasi kisah romansa dengan rentetan komedi-komedi verbalnya. Kisahnya sendiri berpusat pada dua pasang sahabat. Yang pertama yakni para pria, Dany (Michael Ealy) dan Bernie (Kevin Hart) sedangkan satunya yakni para wanita, Joan (Regina Hall) dan Debbie (Joy Bryant).
Bernie dan Joan gres saja memulai sebuah hubungan. Hubungan yang bekerjsama masih belum terlalu terang apakah merupakan pacaran serius atau sekedar one night stand yang sedikit lebih panjang dari sekedar seks satu malam. Bernie dan Joan pun membawa sobat mereka masing-masing dalam sebuah kencan, yaitu Dany dan Debbie. Tujuan keduanya jelas, menjodohkan Dany dengan Debbie alasannya yakni mereka berdua dianggap mempunyai banyak persamaan. Mereka sama-sama dianggap membosankan dan tidak sanggup bersenang-senang, dan yang paling penting keduanya masih jomblo sesudah putus dengan pacar mereka masing-masing. Diluar dugaan "perjodohan" tersebut berjalan dengan sangat lancar. Dany dan Debbie semakin erat dan terlihat mulai menjalin relasi bahkan keduanya tinggal bersama sesudah Debbie pindah ke apartemen Dany. Tapi pertanyaannya lagi-lagi sama, apakah mereka berdua memang saling mengasihi atau hanya sekedar menginginkan kepuasan seksual dan bersenang-senang belaka? Dari hal itulah relasi mereka mulai menerima banyak cobaan khususnya ketika Bernie dan Joan kesudahannya putus dan saling bermusuhan bahkan memanas-manasi sobat mereka masing-masing untuk melaksanakan hal yang sama.
Tentu saja semuanya klise ditinjau dari aspek manapun. Ceritanya klise, konflik yang terjadi klise, bahkan timing terjadinya konflik serta bagaimana konklusinya pun terasa klise. Dari awal sudah sangat gampang untuk menduga akan bagaimana film ini berjalan bahkan akan ibarat apa konklusinya pun sudah sangat gampang ditebak. Tidak ada perjuangan untuk sedikit menawarkan twist dalam kisah klise ini, alasannya yakni sesungguhnya ada beberapa rujukan drama romantis yang berjalan klise tapi menawarkan twist di tamat semisal One Day atau twist pada narasinya ibarat (500) Days of Summer. Tapi About Last Night memilih menjaga semua keklisean tersebut. Memang beresiko tapi toh klise bukan berarti jelek asal sanggup memaksimalkan potensi yang ada, dan film ini sanggup memaksimalkan aneka macam potensinya. Yang paling menyebabkan film ini menyenangkan ditonton yakni aspek komedinya. Memang film ini banyak membahas seks tapi komedinya bukanlah komedi cukup umur yang jorok. Ada beberapa yang cukup menjurus kesitu tapi tidak dalam kadar yang besar. Mayoritas komedi berasal dari lisan dan tukar barang obrolan antar karakternya, dan yang paling menyenangkan yakni Bernie dan Joan. Keduanya selalu berhasil menawarkan kelucuan luar biasa entah ketika bekerjasama seks atau ketika sedang bertengkar. Pertengkaran Joan dan Bernie yang gila memang selalu berhasil membuat saya tertawa.
Bicara soal tukar barang obrolan secara keseluruhan, saya juga suka bagaimana film ini dikemas Dala beberapa momen kita diperlihatkan dua pembicaraan yang terpisah namun dengan cepat berganti satu sama lain sehingga membuat sebuah kesatuan yang tidak hanya menyatu tapi juga menawarkan sentuhan komedi yang cukup kuat. Yang terang jikalau membicarakan aspek komedinya, About Last Night sudah berhasil menawarkan sentuhan yang kuat. Tapi ini yakni komedi-romantis yang berarti aspek romansanya juga harus kuat. Pada bab ini jugalah About Last Night cukup berhasil dengan cara menghindari kesalahan yang banyak dilakukan film romansa, yaitu berusaha terlalu berpengaruh untuk menjadi romantis. Banyak romansa yang melakuakn hal itu secara berlebihan yang malah membuat filmnya berlebihan alih-alih menjadi romantis, manis dan menyentuh. Dengan berjalan apa adanya, film ini malah sanggup terasa cukup manis dan sanggup menawarkan relasi yang simpatik pada kisah Dany dan Debbie. Kisah cinta keduanya pun jadi terasa lebih membumi dan saya mencicipi sedikit keterikatan akhir kemiripan yang terjadi dengan kisah eksklusif saya sendiri dan saya yakin banyak penonton yang mencicipi hal sama.
Tapi tentu saja About Last Night bukanlah film yang sempurna, apalagi sesudah mulai memasuki bab konklusi. Seperti yang sudah saya bilang, konklusinya amat udah ditebak, tapi sayangnya film ini justru terasa bertele-tele dalam membangun konklusi tersebut dengan menambahkan beberapa momen yang tidak terlalu penting lagi bekerjsama termask berputar-putar pada depresi yang dialami Dany dan Debbie. Sebenarnya ini berkhasiat untuk membuat penonton ikut mencicipi kesedihan yang terjadi, tapi alasannya yakni semuanya sudah sanggup ditebak yang terjadi yakni tensi film yang terus menurun sampai akhir. Secara keseluruhan About Last Night sebenarnya terasa sudah sangat maksimal, hanya saja dasar ceritanya yang memang sangat klise membuat film ini tidak sanggup berubah menjadi sesuatu yang lebih besar dan lebih jago lagi. Tapi setidaknya masih berhasil menjadi sebuah komedi-romantis yang menghibur dengan kelucuan dan kemanisan dalam kisah wacana cinta dan janji yang diangkat.
Ini Lho About Last Night (2014)
4/
5
Oleh
news flash