Thursday, January 10, 2019

Ini Lho American Horror Story - Asylum (2012)

Musim pertama dari American Horror Story (review) memang jauh dari kata sempurna, tapi tontonan bertajuk Murder House tersebut terperinci berhasil menawarkan suguhan horror dan misteri yang sangat menghibur. Maka dari itu saya tidak pikir panjang untuk segera menonton trend kedua yang berjudul Asylum. Meski banyak menghadirkan pemain dari trend pertamanya tapi trend kedua ini punya huruf dan dongeng yang sama sekali berbeda. Jika trend pertama mengakibatkan sebuah rumah penuh hantu dan konflik keluarga sebagai fokus utamanya, maka Asylum seperti yang terlihat dari judulnya akan membawa kita menyaksikan horror yang terjadi dalam sebuah rumah sakit jiwa. Dengan jumlah satu episode lebih banyak dari trend pertamanya (13 episode), Asylum akan membawa kita ke tahun 1964 di sebuah institusi mental berjulukan Briarcliff yang bertempat di Massachusetts. Briarcliff dipimpin oleh Monsignor Timothy Howard (Joseph Fiennes) dan dikelola oleh Suster Jude (Jessica Lange). Institusi tersebut pada awalnya didirikan untuk menangani pasien sakit jiwa biar mereka sembuh dan menjalani hidupnya sesuai dengan jalan yang diperintahkan Tuhan. Tapi pada kenyataannya, pasien-pasien disana tidaklah menerima perawatan yang layak.
Banyak pasien yang justru menerima banyak penyiksaan mulai dari sifat keras Suster Jude yang sering memukul pasien yang berulah dengan tongkat kayu, hingga menjadi korban "pengobatan" dari Dr. Arden (James Cromwell). Dr. Arden sendiri belakang layar melaksanakan eksperimen terhadap para pasien disana untuk membuat sebuah makhluk misterius dengan dibantu oleh Suster polos berjulukan Mary Eunice (Lily Rabe) yang juga menjadi materi "imajinasi" Dr. Arden. Suatu hari datanglah seorang reporter ambisius yang juga merupakan lesbian (pada periode itu lesbian belum dianggap sesuatu yang wajar) berjulukan Lana Winters (Sarah Paulson). Dia berambisi membongkar semua kebobrokan Briarcliff tapi malah akibatnya terjebak sebagai pasien disana akhir logika bulus Suster Jude. Ada juga Kit Walker (Evan Peters) yang gres saja menjadi tersangka masalah pembunuhan terhadap tiga orang perempuan termasuk istrinya sendiri. Ketiga korban itu tidak hanya dibunuh tapi juga dikuliti dan konon katanya kulit tersebut dijadikan topeng oleh sang pembunuh yang menggunakan nama "Bloody Face". Namun Kit menyangkal tuduhan tersebut dan berkata bahwa pada ketika insiden pembunuhan ia melihat cahaya terang dan diculik oleh alien. Ya, Asylum akan penuh dengan banyak sekali misteri ihwal tiap-tiap karakternya. Tidak hanya itu, trend kedua ini memang tidak menampilkan hantu, tapi sebagai gantinya akan ada serial killer, alien, dan iblis yang "bertugas" menawarkan teror pada penonton.
Sebenarnya episode pertama "Welcome to Briarcliff" dimulai dengan tidak terlalu meyakinkan meski kehadiran Adam Levine untuk dibantai cukup menghibur. Awal episode pertaama ini menunjukkan sosok alien dan bagi saya mengakibatkan makhluk luar angkasa bukanlah langkah yang menarik. Tapi seiring berjalannya durasi, episode pembuka ini terasa semakin solid ketika kengerian di Briarcliff mulai muncul dan satu per satu misteri mulai nampak. Bahkan penampakan pertama dari Briarcliff yang topengnya didesain dengan begitu mengerikan (sedikit ibarat Leatherface dari Texas Chainsaw Massacre) sanggup menawarkan imbas kejut luar biasa. Tapi sesungguhnya gres pada episode kedua lah Asylum benar-benar mulai menjadi sebuah tontonan yang amat sangat menarik. Jika berpikir bahwa ceritanya akan sempit alasannya lebih banyak didominasi mengambil lokasi di institusi mental, maka anda salah alasannya trend kedua ini justru punya cakupan dongeng yang lebih luas dan lebih rumit daripada trend pertamanya. Seperti yang sudah saya bilang, sumber horrornya tidak hanya satu tapi beragam. Masing-masing juga punya daya tarik sendiri. Para alien akan menawarkan misteri ihwal positif atau tidaknya sosok mereka atau hanya imajinasi Kit. Sosok Bloody Face akan menawarkan kenikmatan tebak-tebakan dan menu gore ala film-film slasher. Momen gore dan disturbing juga hadir dari sosok Dr. Arden sang mad scientist. Sedangkan sang iblis akan menawarkan kengerian lewat "sampul" manis dan lugu dari sosok Suster Mary Eunice.
Asylum sanggup mempertahankan bahkan meningkatkan aspek-aspek dalam Murder House. Ceritanya lebih twisted karena dipenuhi dengan pertanyaan moral dan para pelayan Tuhan yang justru mengalami krisis iman. Karakternya jauh lebih kompleks dan menarik, alasannya tidak ada yang benar-benar baik disini. Semuanya punya sisi gelap masing-masing yang membuatnya jadi menarik. Mungkin hanya Kit Walkers yang diperankan Evan Peters saja yang membosankan. Memang sudah banyak horror maupun thriller yang mengakibatkan krisis iman sosok religius sebagai fokusnya, tapi Asylum termasuk yang paling gila. Mulai dari Monsignor yang gila tahta, suster yang mantan pelacur, hingga seorang suster polos yang dirasuki iblis. Tiap huruf punya momen dimana mereka ialah sosok jahat yang membuat saya ingin memukul mereka, tapi di satu momen mereka juga sanggup menjadi begitu simpatik. Sosok yang awalnya terlihat begitu kejam dan paling dibenci sanggup menjelma sosok yang paling "baik" dan disukai. Transformasi karakternya itulah yang begitu menarik, dan hal ini terus bertahan hingga trend kedua berakhir. Ya, trend kedua ini tidak hanya punya banyak plot twist yang mengejutkan tapi juga twist terhadap karakter-karakternya.
Jika trend pertamanya punya kelemahan pada scare jump karena memang membutuhkan itu, maka Asylum mengatasi kelemahan AHS tersebut dengan menghadirkan kengerian yang tidak membutuhkan scare jump melainkan lewat teror psikologis dan banyak momen disturbing. Tapi sekalinya scare jump itu muncul, berhasil dihukum dengan cukup baik, setidaknya lebih baik dari trend pertamanya. Aspek teknis trend kedua ini juga jauh lebih baik bahkan beberapa kali begitu indah dan tidak membuat tontonan utamanya terasa timpang kalau dibandingkan dengan teaser maupun opening sequence-nya yang selalu creepy tingkat maksimum. Dengan berbekal sinematografi bagus, imbas make-up keren, penggunaan slo-mo yang efektif serta scoring yang juga manis mengakibatkan Asylum benar-benar terasa superior kalau bicara soal teknis dibandingkan Murder House. Bicara soa musik, lagu Dominique yang rutin diputar di Briarcliff tidak sanggup hilang dari otak saya. Sebagai "bonus", Asylum juga melipat gandakan unsur seksual menjadi lebih seksi tanpa terkesan murahan entah itu lewat sosok Suster Jude dengan lingerie merahnya atau Suster Mary Eunice yang semakin kerasukan terasa semakin sensual. Bicara soal dua huruf itu, akting dari Jessica Lange dan Lily Rabe memang luar biasa disini. Jessica Lange sanggup mengakibatkan Suster Jude tidak hanya huruf yang super menyebalkan tapi punya kedalaman dan konflik batin yang mendalam.
Tapi dengan segala kehebatan tersebut, AHS trend kedua ini masih tidak lepas dari kekurangan. Salah satu kekurangannya ialah konklusi yang terasa begitu terburu-buru pada banyak karakternya. Tercatat ada dua huruf "tamu" yang menjanjikan termasuk sosok gadis kecil psikopat yang sempat muncul di awal trend namun hanya tampil satu episode saja untuk kemudian menghilang. Sangat disayangkan alasannya tokohnya begitu menarik dan punya banyak potensi untuk digali lebih dalam. Beberapa huruf utamanya pun kisahnya banyak yang diakhiri dengan terburu-buru khususnya Mary Eunice. Akhir dongeng Mary Eunice memang dihukum dengan baik, tapi saya tidak sanggup tidak merasa bahwa kreator AHS kehabisan wangsit untuk menawarkan tamat yang lebih memuaskan. Asylum juga mengulangi kesalahan Murder House dengan menghadirkan tamat trend yang sedikit anti-klimaks. Tidak seburuk finale musim pertama, tapi tiga episode terakhir Asylum yang punya atmosfir berbeda dari episode-episode sebelumnya terasa terlalu drastis dalam berubah yang akibatnya malah sedikit kehilangan greget. Beberapa konklusi juga terasa bagaikan rangkuman belaka dalam tiga episode terakhir ini. Dari sekian banyak huruf banyak pula yang menerima tamat yang kurang memuaskan alasannya sanksi yang terburu-buru. Tapi untungnya momen paling tamat dari Asylum cukup memuaskan dan terasa tragis.
Secara keseluruhan, trend kedua ini terperinci merupakan peningkatan dari trend pertamanya. Masih banyak hal yang harus dibenahi tapi terperinci Asylum bukan sekedar hiburan menyenangkan ibarat Murder House tapi sebuah rangkaian banyak kisah dan misteri yang begitu kompleks, menarik dan twisted. Penuh dengan ambiguitas moral, huruf yang ambigu, atmosfer yang begitu kelam, tragis dan seringkali hopeless musim kedua ini memperihatkan apa yang sanggup dilakukan oleh serial American Horror Story terhadap banyak sekali cultural horror dan materi-materi yang bersama-sama sudah seringkali diangkat untuk dan menjadikannya sebagai sebuah tontonan 13 episode penuh kegilaan dimana-mana.Tentu saja saya akan segera melanjutkan perjalanan horror ini dengan menonton trend ketiganya yang punya sub-judul Coven.

Artikel Terkait

Ini Lho American Horror Story - Asylum (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email