Tuesday, January 15, 2019

Ini Lho Batman (1966)

Jauh sebelum versi realistis dan gelap dari Nolan, bahkan sebelum versi Joel Schumacher yang norak dengan puting di kostum dan versi gelap khas Tim Burton, Batman pernah mengalami masa kejayaan di pertengahan 60-an. Saat itu serial televisi Batman yang dibintangi Adam West sebagai si insan kelelawar dan Burt Ward sebagai Robin bisa menarik perhatian penonton dengan nuansanya yang campy, konyol dan penuh warna. Tentunya jangan bandingkan versi 60-an ini dengan Batman versi Nolan, alasannya yaitu menyerupai yang sayabilang versi ini yaitu versi campy bahkan mungkin lebih campy dari Batman & Robin, bedanya versi jadul ini terasa lebih jujur dalam menyajikan ke-campy-an dan kebodohannya sehingga bukannya terlihat memalukan tapi malah menciptakan saya menikmati segala kekonyolan yang disajikan. Kesuksesan season pertamanya menciptakan produser William Dozier tertarik mengangkatnya ke layar lebar yang mana harapan tersebut alhasil terwujud beberapa bulan sehabis trend pertamanya selesai tayang. Ya, alhasil sang caped crusader mendapat film layar lebar pertamanya pada Juli 1966 dimana para bintang serial televisinya macam West dan Ward kembali berperan sebagai Batman dan Robin.

Film ini diawali ketika Batman (Adam West) dan Robin (Burt Ward) mendapat laporan dari Commodore Schmidlapp (Reginald Denny) bahwa kapalnya tengah dalam bahaya. Batman dan Robin yang pribadi menuju lokasi dengan menggunakan Batcopter dikejutkan dengan serangan hiu yang menyerang Batman dan pada alhasil hiu tersebut meledak. Kemudian sehabis mereka kembali diketahui bahwa kapal tersebut ternyata telah menghilang. Penyelidikan dilakukan oleh Batman dan Robin dimana kecurigaan mengarah pada lebih dari satu penjahat. Mereka meragukan bahwa ada empat orang super villain kelas kakap yang terlibat dalam kasus tersebut. Mereka berempat yaitu Catwoman (Lee Meriwether), Joker (Cesar Romero), Penguin (Burgess Meredith) dan The Riddler (Frank Gorshin). Adu strategi alhasil terjadi antara dynamic duo dan keempat penjahat tersebut. Apakah tolong-menolong rencana dari mereka berempat?

Mungkin bagi generasi kini yang sudah mengenal Batman versi Nolan ataupun Tim Burton bakalan menganggap ini yaitu sebuah film sampah yang menciptakan superhero mereka yang keren, gelap dan realistis menjadi sesosok laki-laki asing dengan kostum terbelakang yang juga bertindak tidak kalah terbelakang dan konyolnya. Daripada sebuah film superhero yang serius, Batman (sama menyerupai serial televisinya) memang lebih terlihat sebagai sebuah parodi dari sang insan kelelawar. Suasana yang penuh warna, dialog-dialog cheesy yang terlontar dari ekspresi para karakternya, alur dongeng yang konyol dan jauh dari logika, action sequence yang sangat terlihat bohongan dan selalu diiringi musik ceria dan caption  seperti dalam buku komik yaitu beberapa hal yang akan menciptakan film ini terasa campy. Hal itu sudah terlihat dari awal ketika Batman yang tengah berada di Bat-Ladder (semua alat milik Batman disini selalu punya kata Bat- didepannya) tiba-tiba digigit kakinya oleh seekor ikan hiu dalam sebuah adegan yang sangat menggelikan. Jelas sekaliikan hiu itu yaitu boneka, dan kekonyolan memuncak ketika Batman menggunakan semprotan anti-hiu untuk mengusirnya.
Jangan lewatkan juga kekocakan dari sosok Robin yang sering mengucapkan sebuah obrolan dengan sempilan kata holy- semisal holy sardine dan sebagainya. Sebuah obrolan cheesy yang hebatnya menjadi ikonik di kemudian hari sampai sekarang. Atau lihat juga bagaimana keempat villain yang bertindak tidak kalah konyol dan bukannya menakutkan. Jangan harap anda melihat Joker sebagai agent of chaos ala Heath Ledger alasannya yaitu disini Joker menyerupai hanya penjahat biasa dengan polah konyol dan bermuka badut. Ada juga teka-teki dari The Riddler yang kadang punya pemecahan yang terdengar konyol. Sampai alhasil ke-campy-an memuncak pada adegan titik puncak yang bisa menciptakan saya terhibur dan tertawa terbahak-bahak. Tapi justru segala kekonyolan dan hal-hal campy itulah yang menciptakan film ini Istimewa dan jadi faktor utama yang bisa menciptakan saya terhibur. Mungkin Batman ini bukanlah film berbobot tapi terperinci sebuah sajian yang amat sangat menghibur. Jika kekonyolan dalam Batman & Robin dibentuk alasannya yaitu mengejar uang, maka dalam film ini segala kekonyolan memang dibentuk dengan sengaja dan sadar diri sebagai hiburan. Hal itulah yang menciptakan semuanya bisa dimaafkan dan justru menjadi poin lebih.

Memang ada banyak hal yang seolah menciptakan film ini lebih bersahabat kearah parodi daripada film penyesuaian komik Batman sungguhan, tapi patut diingat bahwa komik insan kelelawar pernah berada di masa yang mana suasananya terasa campy menyerupai film ini. Kalau saya tidak salah komik Batman di masa tahun 1940-an yaitu masa menyerupai itu dimana suasananya penuh warna, kontennya ringan, dan alat-alat yang digunakan oleh Batman punya kata Bat- didepannya. Hal itu terjadi sehabis sebelumnya komik Batman yang gelap, kelam dan keras diprotes oleh para orang renta yang khawatir hal-hal tersebut akan berdampak negatif pada anak mereka. Pada alhasil saya bisa dibentuk menikmati Batman dengan versi yang mungkin bisa dibilang norak ini. Segala kenorakan yang jikalau tidak terlalu ditanggapi serius dan jikalau kita mau melupakan sejenak Batman versi Nolan akan menjadi sebuah kelebihan dan menciptakan kita bisa menikmati film ini. Tidak lupa juga menjelang selesai film ini menampilkan beberapa kata mutiara perihal kemanusiaan yang diungkapkan oleh Batman dengan (sok) serius dan menciptakan saya makin yakin bahwa ini yaitu pencapaian puncak dari apa yang disebut sebagai campy movie. 


Artikel Terkait

Ini Lho Batman (1966)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email