Thursday, January 17, 2019

Ini Lho Jane Eyre (2011)

Terbit pada tahun 1847, novel Jane Eyre karangan Charlotte Bronte telah menjadi salah satu novel paling dikenal oleh para penikmat sastra. Tentu saja novel yang meraih kesuksesan tidak luput untuk diubahsuaikan menjadi sebuah film. Untuk Jane Eyre sendiri total sudah hampir 20 film yang berbasis dari novel tersebut termasuk yang paling gres yakni film ini yang disutradarai Cary Joji Fukunaga serta dibintangi oleh Mia Wasikowska dan Michael Fassbender. Kedua pemain film dan aktris tersebut ketika ini yakni termasuk yang karirnya sedang naik daun. Tentunya pertemuan keduanya dalam satu film akan sangat menarik. Saya sendiri gres pertama kali ini menonton film yang dasarnya mengadaptasi kisah Jane Eyre. Bahkan novelnya belum aku baca dan aku tidak begitu tahu jalan dongeng film ini. Yang aku tahu film ini yakni mengenai seorang perempuan sanggup berdiri diatas kaki sendiri yang berusaha hidup lewat jalan yang ia mau, tipikal film period aku rasa.

Film dimulai dengan adegan Jane Eyre (Mia Wasikowska) sedang berlari dibawah hujan yang deras. Terlihat terang bahwa gadis itu sedang mencicipi sebuah kesedihan yang teramat sangat. Saat kondisinya sudah sanagt lemah, Jane beruntung beliau ditemukan olehs eorang pendeta muda berjulukan St. John Rivers (Jamie Bell) dan untuk sementara waktu tinggal dirumahnya bersama dua adik perempuan sang pendeta. Dimulai dari situlah kita akan mulai diajak berkenalan dengan masa kemudian Jane Eyre yang cukup berat dimana beliau mengalami masa kecil yang tidak mengenakkan ketika tinggal bersama bibinya kemudian ketika beliau mulai bersekolah di sekolah medis yang keras teknik mengajarnya. Tapi kisah hidup Jane yang paling kuat yakni ketika beliau diminta menjadi guru bagi Adèle Varens (Romy Settbon Moore) yang hanya bisa berbicara Bahasa Prancis. Jane sendiri dipekerjakan oleh Edward Fairfax Rochester (Michael Fassbender). Awalnya relasi Jane dan Edward tidaklah baik, tapi kemampuan Jane sebagai seorang guru yang handal serta sikpanya yang independen menciptakan Edward Rochester mulai tertarik pada Jane Eyre. Tapi ternyata ada halangan besar yang menyulitkan relasi cinta mereka.
Awalnya aku mewaspadai film ini dan sempat melewatkannya sebab aku sendiri kurang menyukai film-film yang ber-setting di Inggris tahun 1800-an. Kisahnya kurang cocok untuk selera aku apalagi jikalau sudah mengenai kisah percintaan. Yah aku sendiri sadar itu sebab problem kultur yang berbeda di jaman itu tapi selera aku memang seringkali tidak masuk untuk film-film semacam itu. Tapi diluar dugaan Jane Eyre berhasil cukup memuaskan saya. Kisah yang lebih kelam daripada film-film lain yang sejenis nampaknya yakni faktor utama yang menciptakan Jane Eyre lebih nyaman diikuti. Kelam tapi sederhana, begitulah bagaimana film ini berjalan. Saya sempat membaca bahwa aslinya film ini mengandung unsur supranatural didalamnya. Sedangkan dalam film ini penulis naskah Moira Buffini sedikit menghilangkan hal-hal tersebut. Nuansa supranatural yang ada coba disesuaikan dengan alurnya sehingga meski keseraman masih terkadang hadir, berkat penyesuaian yang ada hal supranatural dalam novelnya berhasil diganti tanpa harus terkesan dipaksakan.
Kisah cinta antara Jane Eyre dan Edward juga tidaklah rumit layaknya dalam beberapa kisah cinta di film period drama lainnya. Romansa yang ada berjalan dengan sederhana dihiasi konflik-konflik yang efektif membangun tensi namun tidak berlebihan. Mungkin tidak terasa terlalu manis memang tapi juga tidak berjalan hambar. Beberapa hal lain juga ditawarkan selain kisah cinta menyerupai kisah usaha kaum perempuan yakni konten yang paling terasa disamping percintaan dalam film ini. Selain itu ada juga mengenai pencarian "rumah". Jane Eyre dari awal memang seringkali mengalami kehidupan yang berat dan selalu berpindah daerah tinggal dimana beliau selalu berusaha mencari daerah terbaik yang membuatnya mencicipi kebahagiaan hidup yang balasannya ia temukan di Thornfield Hall. Kesemua konten baik yang major maupun yang tidak sempat dimaksimalkan menyerupai dalam novelnya sebetulnya bisa disajikan dengan cukup baik meskipun harus disayangkan kisah romansanya hanya hingga pada ukuran "enak diikuti" dan belum bisa mencapai ukuran "manis dan menyentuh".

Mungkin hal tersebut dikarenakan chemistry antara Mia Wasikowska dan Michael Fassbender yang masih kurang. Akting masing-masing sebagai karakternya memang terbilang anggun dan layak jikalau dikatakan sebagai peforman yang hebat dalam sebuah period drama, tapi untuk relasi keduanya aku masih merasa kurang. Toh aku rasa itu bukan sepenuhnya salah mereka berdua tapi juga sebab karakterisasi masing-masing tokohnya yang menciptakan Fassbender dan Wasikowska kesulitan mendapat chemistry yang tepat. Diluar akting dan dongeng yang gampang serta yummy diikuti, Jane Eyre juga punya kelebihan yang menjadi ciri khas film period drama, apalagi kalau bukan di aspek kostum yang untuk film ini ditangani Michael O'Connor yang atas kerjanya mendapat nominasi Oscar untuk Best Costume Design

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho Jane Eyre (2011)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email