Friday, January 11, 2019

Ini Lho Menyebarkan Suami (2006)

Berbagi Suami atau yang punya judul internasional Love For Share merupakan film Nia Dinata sebagai follow up dari Arisan! yang keren itu. Kaprikornus pertanyaannya terang apakah Nia berhasil memperlihatkan kualitasnya lagi atau tidak, sebab sesudah apa yang ia hasilkan lewat Arisan! sudah niscaya ekspektasi tinggi akan selalu mengiringi film-film berikutnya. Kali ini tidak ada nama Joko Anwar sebagai penulis naskah sebab ceritanya ditulis sendiri oleh Nia Dinata. Berisikan jajaran ensemble cast yang melimpah lengkap dengan cameo yang tidak kalah banyak pula, film ini akan membawa kita pada tiga buah kisah yang mempunyai benang merah pada tema yang diangkat, yakni poligami. Tidak hanya itu, abjad dalam masing-masing kisah juga akan bertemu dan berinteraksi meski tidak dalam porsi yang besar dan tidak kuat pada alur dari tiap-tiap cerita. Dengan mengangkat informasi poligami dan menghadirkannya lewat sudut pandang perempuan, Berbagi Suami memang terasa sebagai film yang feminis, sedikit menyerang para pelaku poligami namun tidak serta merta menumpahkan segala amarahnya pada mereka. Nia memberikan segala kritikan serta kegundahannya dengan cerdas dan hangat lewat tiga kisah yang meski punya tema sama namun baik dari atmosfer, dan situasinya berbeda-beda. Bahkan tiap-tiap kisah punya hal lain untuk diceritakan.

Cerita pertama menampilkan Salma (Jajang C. Noer), seorang dokter yang terpaksa mendapatkan kenyataan bahwa suaminya (El Manik) yang juga seorang pengusaha sekaligus politikus telah menikah lagi dengan Indri (Nungki Kusumastuti) bahkan sudah mempunyai seorang anak. Kondisi tersebut berjalan hingga 10 tahun yang mengakibatkan puteranya, Nadine (Winky Wiryawan) tumbuh dengan menyimpan amarah pada sang ayah. Kemudian kisah kedua berkisah wacana Siti (Shanty), seorang gadis lugu yang gres saja datang di Jakarta untuk memenuhi keinginannya mengikuti kursus make-up. Disana ia tinggal bersama Pak Lik (Lukman Sardi), seorang supir rumah produksi film yang telah mempunyai dua orang istri, Sri (Ria Irawan) dan Dwi (Rieke Diah Pitaloka). Dari dua istrinya tersebut Pak Lik sudah mempunyai banyak anak dan mereka pun harus tinggal berdesakan di sebuah rumah kecil di dalam gang. Kedua istri Pak Lik sendiri hidup rukun dan mereka jugalah yang menbantu Siti ketika ahirnya ia tahu Pak Lik berniat menjadikannya istri ketiga. Kemudian kisah terakhir berfokus pada Ming (Dominique) seorang gadis muda keturunan Tionghoa yang bekerja sebagai pelayan di restoran angsa milik Koh Abun (Tio Pakusadewo). Keberadaan Ming yang manis dan seksi membuat banyak pengunjung laki-laki bahagia makan disana termasuk Firman (Reuben Elishama), seorang sutradara muda yang bahagia meminjamkan VCD film pada Ming. Disisi lain Koh Abun ternyata menyukai Ming dan berniat menikahinya tanpa sepengetahuan sang istri, Cik Linda (Ira Maya Sopha).

Seperti yang sudah saya sebutkan, Berbagi Suami menyajikan kritikan terhadap poligami dengan begitu mengena tapi tanpa perlu terasa menyerang dengan penuh amarah serta kebencian. Yang ada justru kehangatan yang terasa dalam lebih banyak didominasi momen film ini. Alih-alih terasa penuh kebencian atau terkesan depresif, Berbagi Suami malah hadir dengan suasana yang tidak terlalu serius, dalam artian ada begitu banyak sentuhan komedi disini. Komedinya pun tidak sembarangan, sebab cukup banyak adegan yang sukses membuat saya tertawa entah lewat komedi sindiran maupun murni komedi yang hadir sebab suasana yang lucu. Ada begitu banyak adegan lucu tapi yang paling menjadi favorit saya yakni adegan persalinan di segmen kedua. Disinilah terasa begitu kasatmata bagaimana kehebatan Nia Dinata dalam mengemas sebuah kekacauan menjadi sebuah sajian yang lucu dan menghibur. Tapi meskipun menawarkan sentuhan komedi, hal tersebut sama sekali tidak membuat Berbagi Suami menjadi dangkal, sebab segala informasi yang diangkat masih tersampaikan dengan baik. Tentu saja yang jadi sajian utama yakni penggambaran wacana dampak serta konflik apa saja yang sanggup timbul jawaban poligami. Berbagi Suami memang pada alhasil hingga pada kesimpulan serukun apapun relasi para istri satu sama lain atau sebesar apapun perjuangan suami untuk berbuat adil tetap saja poligami akan membawa permasalahan yang kompleks. Selain itu masing-masing kisah juga punya sub-tema lain menyerupai dampak pada anak bahkan hingga tema lesbian juga turut dimasukkan disini.
Dengan adanya tiga kisah berbeda, pastinya akan ada kisah yang terbaik dan yang terburuk. Cerita pertama yakni pembukaan yang baik. Konflik poligaminya masih lebih sederhana dan cukup banyak ditemui dan tentunya pilihan tepat mengakibatkan kisah sederhana sebagai pembuka disaat penonton masih meraba-raba filmnya. Eksekusinya pun baik dengan keseimbangan yang terus terjaga antara aspek drama dan komedi. Akting para pemainnya menyerupai Jajang C. Noer dan El Manik terang memuaskan, belum lagi chemistry ibu dan anak antara Jajang C. Noer dengan Winky Wiryawan yang tidak mengecewakan baik. Intinya segmen pertama terasa ringan, menghibur tap berbobot. Sedangkan segmen kedua yakni yang terbaik, dan masuk akal saja jikalau orang membicarakan Berbagi Suami imej pertama yang muncul yakni Rieke Diah Pitaloka dan Shanty dengan dandanan kumuh sebab memang kisah wacana keduanya yang paling bagus dan memorable disini. Apa yang membuat kisah kedua begitu menarik yakni kombinasi tepat antara drama dan komedi serta kandungan kisah yang begitu lengkap. Jika dalam kisah pertama poligami terjadi dalam keluarga kaya maka dalam kisah kedua digambarkan bahkan mereka yang hidup susah pun tetap sanggup menjadi korban poligami. Ditambah dengan twist yang muncul di pertengahan, konflik yang ada menjadi semakin rumit. Akting para pemainnya pun bagus, dimana duet Rieke dan Ria Irawan bagaikan combo janjkematian untuk menghadirkan rangkaian komedi yang begitu lucu. Intinya segmen kedua yakni titik puncak dari Berbagi Suami, sebelum pada alhasil ditutup dengan mengecewakan oleh kisah ketiga.

Cerita ketiga benar-benar membuat tensi filmnya menurun. Tanpa komedi yang efektif, karakter-karakter yang tidak lagi terasa menarik apalagi simpatik, hingga pokok bahasan yang bergotong-royong sudah tidak perlu lagi dituturkan sebab sesungguhnya dua kisah pertama sudah merangkum segalanya membuat segmen ketiga tidak hanya terasa jomplang secara kualitas namun juga terlalu dipaksakan masuk. Nia Dinata seolah terlalu memaksa untuk memasukkan satu lagi kisah sebagai perwakilan kisah dari kaum Tionghoa disini. Segalanya terasa membosankan dan antiklimaks disini. Dalam dua kisah pertama, abjad utamanya terasa simpatik sebab mereka yakni "korban" dari nafsu pria-pria, sedangkan di kisah ketiga tidak adil rasanya jikalau menyebut Ming sebagai korban dan mengakibatkan sosok Koh Abun sebagai yang patut disalahkan. Pria mana yang tidak terpengaruhi ketika dimunculkan sosok gadis muda, cantik, seksi dan tertarik pada laki-laki tersebut? Hal itulah yang membuat sosok Ming jauh dari simpatik dan tidak menarik. Belum lagi akting jelek Dominique yang sering menghantarkan dialognya dengan menggelikan serta lisan seadanya. Ironis memang, sebab sosok Ming disini yakni seorang calon aktris yang disebut punya akting natural tapi ternyata karakternya dibawakan dengan akting yang buruk. Sangat disayangkan film ini harus diakhiri dengan kisah yang paling lemah. 

Andaikan segmen kedua ditaruh di akhir, mungkin saja saya sanggup menawarkan evaluasi lebih tinggi pada film ini sebab yang namanya ending akan kuat besar pada evaluasi penonton. Walaupun kepingan tengahnya buruk, tapi jikalau paruh selesai hingga ending bagus biasanya penonton akan memaafkan segala keburukan di tengah. Atau sanggup juga film ini dikurangi menjadi hanya dua segmen dengan masing-masing segmen sedikti diperpanjang hingga membuat film dengan total durasi 90an menit, sebab sesungguhnya masih ada yang sanggup digali dari dua segmen pertama, dan menambah 5-10 menit untuk masing-masing kisah tidaklah terasa kepanjangan daripada memberi suplemen satu segmen yang jelek menyerupai ini. Tapi overall Berbagi Suami tetaplah film yang spesial. Iringan musik yang dibentuk oleh para musisi dari Aksara Record sanggup dengan tepat mewakilik jiwa dari film ini. Belum lagi tata sinematografinya yang cukup indah makin membuat Berbagai Suami sebagai salah satu film Indoneia paling well-made yang pernah dibuat, lengkap dengan kisah yang bagus serta naskah yang kuat. Tidak ada kecaman penuh amarah namun saya yakin para pelaku poligami atau pria-pria penuh nafsu yang berpikir hanya dengan kelaminnya akan tersindir menonton film ini.

Artikel Terkait

Ini Lho Menyebarkan Suami (2006)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email