Friday, January 11, 2019

Ini Lho Robocop (2014)

RoboCop versi Paul Verhoeven yang rilis hampir tiga dekade kemudian tentu saja masih diingat sebagai salah satu film klasik yang mampu menggabungkan unsur action plus sci-fi penuh gore dan kesadisan dengan banyak sekali satir sosial cerdas yang begitu mengena di zamannya. Bahkan kalau dibawa ke masa kini masih ada beberapa satir sosial yang sesuai, bukti bahwa RoboCop memang legendaris. Kaprikornus apakah film legendaris menyerupai itu butuh untuk dibuatkan remake ataupun reboot? Saya eksklusif menjawab perlu! Alasan pertama ialah alasannya ialah pasca kesuksesan luar biasa Verhoeven, franchise ini diikuti oleh dua sekuel dengan kualitas yang jauh dibawah film pertamanya. Kaprikornus bisa dibilang "peninggalan" terakhir RoboCop di layar lebar ialah dua film berkualitas buruk. Alasan kedua berkaitan dengan tampilan Alex Murphy sebagai robot polisi pembasmi kejahatan yang mau tidak mau harus kita sepakati sudah terlihat agak lama untuk masa sekarang. Dengan body yang jauh dari ramping dan gerakan yang super kaku terang robot yang satu ini akan lebih terasa menggeikan untuk generasi kini khususnya belum dewasa dan remaja. Untuk itulah sosok RoboCop memang perlu diberi sentuhan yang lebih modern namun juga harus berhati-hati alasannya ialah kalau gagal, film ini sama saja menambah follow-up buruk dari karya Verhoeven. Untuk itulah sutradara Jose Padilha yang filmnya pernah meraih penghargaan tertinggi di Berlin Film Festival (Elite Squad) ditunjuk mengarahan film ini.

Kisahnya masih tidak jauh berbeda dari versi Verhoeven yakni perihal Alex Murphy (Joel Kinnaman) yang merupakan seorang polisi jujur di tengah banyaknya jajaran polisi korup di kots Detroit. Akibat kondisi kepolisian yang korup itulah banyak penjahat yang masih bebas berkeliaran termasuk seorang bos kriminal berjulukan Antoine Vallon (Patrick Garrow) yang menjadi buruan Murphy dan rekannya, Jack Lewis (Michael K. Williams). Namun agresi "sembrono" Murphy dalam mengejar Vallon justru berujung pada perjuangan pembunuhan akan dirinya lewat bom yang diletakkan di dalam mobilnya. Akibat ledakan tersebut Murphy pun menderita luka bakar parah. Disisi lain, Raymond Sellars (Michael Keaton) yang merupakan CEO dari OmniCorp sedang mencari seorang polisi yang akan ia jadikan materi percobaan membuat prajurti robot dengan badan dan otak manusia. Hal itu ia lakukan untuk "memenuhi" keinginan rakyat Amerika akan sosok mesin pelindung yang tetap mempunyai perasaan layaknya manusia. Hal itu juga untuk memuluskan perjuangan Sellars dalam menghapuskan undang-undang yang melarang adanya robot sebagai pelindung masyarakat alasannya ialah robot dianggap tidak mempunyai perasaan dalam melaksanakan segala tindakannya. Atas dasar itulah balasannya dengan pemberian dari Dr. Dennett Norton (Gary Oldman) badan Murphy yang hancur dibentuk ulang dalam bentuk sebuah robot polisi. 

Tentu saja naskah dari Joshua Zetumer tidaklah serta merta menjiplak apa yang telah dicapai oleh Verhoeven 27 tahun yang kemudian alasannya ialah itu ialah sebuah langkah yang bodoh. Apalagi versi gres ini mempunyai rating PG-13 untuk menjangkau penonton yang lebih luas dan tidak menjiplak langkah Verhoeven yang membuat filmnya mendapat rating X atau setara dengan NC-17 pada ketika ini. Kaprikornus dengan tingkat kekerasan dan kebrutalan yang jauh menurun apa yang ditawarkan oleh versi upgrade dari RoboCop ini? Jawabannya ialah lebih banyak drama dan eksplorasi perihal perjuangan seorang Alex Murphy menyeimbangkan sisi kemanusiaan dan mesin dalam dirinya. Separuh lebih durasinya kita akan dibawa untuk melihat banyak hal terlebih dahulu sebelum Alex Murphy beraksi sebagai Robocop. Ada kisah dilematis perihal penggunaan mesin sebagai pelindung keamaan masyarakat. Disatu sisi tentu saja para robot tersebut tidak mempunyai rasa takut, tidak bisa dibunuh layaknya manusia, dan yang niscaya tidak bisa disuap. Tapi disisi lain mereka tetaplah robot yang bertindak tanpa adanya nurani, dan hal itu diperlihatkan diawal film ketika sebuah robot membunuh anak kecil dengan brutal hanya alasannya ialah anak tersebut berusaha menyerang dengan pisau. Setelah perkenalan tersebut perlahan kita mulai diajak untuk melihat banyak sekali kesulitan yang dihadapi Murphy ketika ia gres pertama kali mendapat badan robotnya. 
Selama lebih dari separuh durasinya kita akan melihat lebih banyak drama perihal Murphy yang berusaha mengatur naluri mesin dan jiwa insan miliknya termasuk bagaimana hubungannya dengan istri serta anaknya. Ini ialah pembeda paling besar antara versi Verhoeven dengan versi Padilha ini, dimana Jose Padilha mencba menyoroti sisi manusiawi Alex Murphy, memanusiakan sang RoboCop. Hal itu juga terlihat dari bagaimana sosom RoboCop diperlihatkan begitu berpengaruh tapi bukan berarti tidak bisa dikalahkan atau dihancurkan. Untuk hal yang terakhir ini Verhoeven sesungguhnya sudah melakukannya dahulu. Sesungguhnya ini ialah hal yang menarik untuk mengeksplorasi secara lebih mendalam perihal bagaimana sosok hero diperlihatkan secara mendetail proses "kelahirannya" sebelum menjadi sosok pahlawan yang kita kenal. Tapi sayangnnya porsi drama yang cukup banyak ini tidaklah terlalu maksimal. Hal-hal menyerupai kekerabatan antara Murphy dengan keluarganya, Murphy dengan Jack Lewis yang notabene ialah partnernya, atau gejolak dalam diri Murphy ketika mengetahui ia bukan lagi insan secara utuh tidaklah tampil secara maksimal. Kuantitas yang cukup tinggi akan aspek tersebut tidak diimbangi dengan kualitas yang tinggi pula. Pada balasannya hal tersebut sempat membuat kebosanan alasannya ialah apa yang mendominasi durasi tidaklah tampil maksimal.

Berkurangnya porsi komedi gelap, kekerasan, satir sosial, serta membuat kota Detroit lebih "nyaman" dibanding versi Verhoeven memang membuat film ini jadi lebih banyak menjangkau penonton tapi disisi lain hal tersebut mengakibatkan RoboCop versi gres ini tidak terlalu punya pembeda dengan film-film action berbalut sci-fi lainnya. Punya pembeda tapi tidaklah terlalu banyak dan kentara menyerupai versi Verhoeven dulu. Tapi toh masih ada banyak sekali satir yang disampaikan disini mulai dari kapitalisme, korupnya kepolisian, hingga kontrol media yang diwakili oleh sosok Pat Novak milik Samuel L. Jackson yang bisa mencuri perhatian bahkan mampu menghadirkan beberapa momen komedi satir meski tidak sekelam versi Verhoeven. Lagi-lagi tidak hingga menandingi versi aslinya tapi ha itu sudah cukup untuk membuat versi gres ini tidak menjadi sebuah sajian hiburan yang kosong. Masih ada banyak sekali satir dan isu-isu yang diangkat. Saya juga cukup menyukai perjuangan membuat ceritanya menjadi lebih rumit (meski sesungguhnya kalau ditengok lebih dalam tidaklah serumit itu) dengan memperlihatkan banyak sekali konspirai yang pada balasannya menggambarkan bagaimana kotornya banyak sekali pihak yang ada dalam film ini. Sayapun menyukai bagaimana sosok RoboCop yang gres ini hadir. Dengan armor warna hitam yang lebih modern serta lebih ramping terang sosoknya terlihat lebih keren. Tapi hal itu bukan berarti membuatnya melenceng dari versi orisinil yang banyak kita kenal. Dari segi desain masih terasa sekali soso RoboCop yang kita kenal dari dulu, bahkan diawal sosoknya masih berwarna abu-abu.

Mungkin pada balasannya ini bukanlah versi yang lebih baik daripada RoboCop-nya Paul Verhoeven, tapi setidaknya perjuangan untuk membuat RoboCop lebih modern dan lebih sesuai dengan masa kini cukup berhasil tanpa perlu terasa dipaksakan dan menjadi sajian yang bodoh. Paling tidak film ini tidak menambah panjang daftar film-film jelek yang ada di dalam franchise RoboCop. Joel Kinnaman sendiri tidaklah jelek kalau dibandingkan Peter Weller meski bibir dan dagu Weller dalam balutan helem RoboCop terang begitu legendaris. Sosok Gary Oldman juga berhasil mencuri perhatian dengan aktingnya sebagai sosok dokter jenius yang terjebak diantara kemanusiaan miliknya dengan desakan kapitalisme yang terus menghimpit. Sebuah hiburan menyenangkan yang sama sekali tidak kosong meski tidak cerdas dan sempat membosankan pula di pertengahan. Tapi ini terang upgrade serta pengenalan kembali yang cukup memuaskan dan saya tidak keberatan dengan satu atau dua sekuel lagi.

Artikel Terkait

Ini Lho Robocop (2014)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email