Diangkat dari novel berjudul sama karangan Scott Heim, Mysterious Skin yakni satu dari sedikit drama yang secara berani mengisahkan ihwal dampak dari pemerkosaan yang dialami bawah umur dengan begitu gamblang. Rating NC-17 yang didapat yakni bukti betapa gamblangnya presentasi dongeng dari film yang disutradarai oleh Gregg Araki ini. Kisahnya akan membawa kita kepada dua remaja yaitu Neil McCormick (Joseph Gordon-Levitt) dan Brian Lackey (Brady Corbet). Neil semenjak kecil sudah merasa bahwa dirinya punya orientasi seksual yang tidak biasa, dimana dirinya lebih tertarik kepada laki-laki dewasa. Hal itu diperparah lagi ketika instruktur tim baseball daerah ia bermain ternyata juga yakni seorang pedophilia yang juga tertarik pada Neil. Masa kecilnya pun harus dihabiskan dengan melayani nafsu sang pelatih. Namun Neil sendiri justru menyukai hal tersebut. Sampai kesannya ketika beranjak remaja beliau mencari uang dengan menjajakan dirinya kepada para laki-laki dewasa. Ya, Neil sekarang menjadi seorang gigolo untuk para laki-laki homoseksual.
Disisi lain, Brian justru punya memori yang sangat abstrak di masa kecilnya. Suatu hari ketika ia masih kecil, Brian ditemukan didalam basement rumahnya dalam kondisi shock dan hidung mengeluarkan darah. Saat remaja ia selalu teringat akan memori bahwa ketika itu beliau telah diculik dan dijadikan materi eksperimen oleh para alien. Bahkan Brian yang hidup sebagai seorang remaja nerd terus mempelajari dongeng UFO dan mencoba mencari tahu kebenaran fakta dibalik penculikan oleh alien yang menimpa dirinya ketika masih kecil. Pencarian tersebut pada kesannya menghubungkan kedua remaja ini dan mengungkap sebuah masa kemudian yang sangat kelam. Sebuah tontonan yang cantik belum tentu lezat untuk diikuti, begitulah yang aku rasakan ketika menonton film ini. Kisahnya terangkum dengan amat baik. Selipan misterinya memang bukan sajian utama tapi sudah cukup menjadi bumbu yang menarik. Tapi dengan segala konten seksual dan child abuse yang ada Mysterious Skin tidak pernah gampang untuk disaksikan. Memang pemerkosaan pada anaknya tidak terlalu gamblang, tapi sudah cukup untuk membuat imajinasi para penonton membayangkan adegan memuakkan tersebut.
Lalu ketika kisahnya beralih pada kehidupan tokohnya ketika remaja khususnya Neil, semua makin sulit diikuti. Melihat kerasnya dunia yang dijalani oleh Neil ketika harus berhadapan dengan para lelaki hidung belang yang ingin ia lampiaskan hasrat seksualnya terperinci tidak gampang dan menyesakkan. Dari luar Neil memang menikmati, tapi ibarat yang dikatakan oleh Wendy, dalam diri Neil terdapat sebuah lubang hitam yang sangat dalam dan begitu pekat. Kita melihat Neil memang menikmati, tapi kita akan merasakah ada sebuah kegelapan dan kesedihan pekat dalam dirinya. Tanpa mengalami pemerkosaan pun Neil sudah seorang homoseksual, jadi bukan pelecehan itu yang membuatnya menjadi gay. Tapi insiden menyedihkan itulah yang memicu tindakan Neil untuk menjadi bukan hanya sekedar homoseksual tapi seorang penjaja seks bagi para lelaki hidung belang. Untuk Neil, pelecehan yang ia alami bukanlah awal dan penyebab segalanya, tapi bisa dibilang hal itu yakni yang memperkeruh kehidupan Neil. Apa yang menimpa Neil yakni dampak dari pemerkosaan pada anak yang akan mensugesti cara hidupnya kelak. Dia memang mendapatkan apa yang ia alami dan ia sendiri di luar merasa menikmati. Tapi jauh didalam terdapat kesedihan dan ia tidak bisa berbuat apapun ketika insiden itu mensugesti bagaimana ia hidup. Khusus untuk Joseph Gordon-Levitt, inilah akting terbaiknya yang pernah aku tonton. Padahal ketika itu umurnya gres 23 tahun.
Sedangkan untuk Brian berbeda. Jika Neil terlihat mendapatkan dan menyesuaikan dengan insiden yang ia alami, maka Brian yakni teladan dari mereka yang mengalami denial atau penolakan terhadap stress berat yang mereka alami ketika kecil. Brian kecil memang terguncang ahli ketika itu dan tidak tahu apa yang telah terjadi, sehingga akhir stress berat itu ia membuat sebuah memori mengenai hal lain yang kesannya ia percayai sebagai sebuah fakta sampai ketika remaja. Disaat seseorang mengalami insiden yang membuatnya shock memang bisa terjadi ia melaksanakan penolakan dalam dirinya bahwa ia mengalami insiden tersebut. Dari kedua sosok abjad itu sanggup dilihat bahwa dampak dari pemerkosaan pada anak sangat bermacam-macam dan terperinci punya dampak yang jelek bagi masa depan anak tersebut, tidak peduli bagaimanapun cara si anak menghadapi pelecehan yang ia terima. Entah ia membiasakan ataupun menolak, selalu ada dampak negatif yang akan ia terima dari perbuatan bejat tersebut. Mysterious Skin yakni sebuah cerminan luar biasa yang menyesakkan ihwal pemerkosaan terhadap anak, dimana perbuatan bejat seseorang bisa berdampak sangat panjang terhadap masa depan orang lain. Ending yang mengharukan sekaligus miris menutup film ini dengan tepat dan menjadikannya tontonan menyentuh nan menyesakkan.
Ini Lho Mysterious Skin (2004)
4/
5
Oleh
news flash