Tuesday, January 15, 2019

Ini Lho Oldboy (2003)

Jika ada sebuah daftar perihal film-film terbaik yang pernah dirilis oleh Korea, Oldboy seolah sudah dipastikan masuk dalam daftar itu. Bahkan beberapa list yang tidak hanya menampilkan film terbaik Korea tapi juga film terbaik sepanjang masa juga memasukkan film yang disutradarai oleh Park Chan-wook ini menyerupai yang dilakukan oleh Empire Magazine dikala menempatkan Oldboy di peringkat 18 dalam daftar "100 Film Terbaik Sepanjang Masa". Film ini juga bisa dibilang menjadi tonggak kebangkitan perfilman Korea sehingga film-film rilisan negeri ginseng menjadi jauh lebih diperhitungkan. Tema balas dendam yang diusung Oldboy juga menjadi tren yang terus dibentuk filmnya bahkan hingga dikala ini. Saya sendiri menonton ulang film ini alasannya yakni merasa tertarik untuk mengulas Oldboy di blog ini alasannya yakni pertama kali saya menontonnya sudah sekitar tiga tahunan yang lalu. Meski sudah cukup usang tapi hingga kini ekspresi wajah Choi Min-sik di ending film ini tetap tidak pernah bisa saya lupakan dan mungkin hanya bisa ditandingi oleh selesai indah dari Memories of Murder

Kisah dalam Oldboy sudah penuh misteri dilihat dari premis ceritanya. Seorang laki-laki berjulukan Oh Dae-su (Choi Min-sik) tanpa alasan yang terang diculik oleh orang yang tidak ia kenal. Dae-su disekap dalam sebuah ruangan menyerupai kamar hotel murahan tanpa tahu alasan dibalik penculikan tersebut. Setelah setahun berlalu ia menerima kabar dari televisi bahwa istrinya tewas dibunuh dan Dae-su menjadi tersangka utamanya. Usaha Dae-su untuk kabur juga tidak berjalan mudah, hingga 15 tahun berlalu ia tiba-tiba saja dibebaskan tanpa alasan yang jelas. Diculik tiba-tiba tanpa alasan dan sehabis 15 tahun dilepaskan tiba-tiba juga tanpa alasan, Dae-su mencoba mencari identitas sang penculik yang juga telah mengambil keluarga Dae-su dari hidupnya. Dalam pencarian tersebut ia bertemu dengan seorang gadis pelayan restoran berjulukan Mi-do (Kang Hye-jeong) yang membantunya. Dae-su dan Mi-do makin akrab dan jadinya saling jatuh cinta. Disamping itu, penyelidikan Dae-su terhadap sang pelaku penculikan juga tidak gampang namun perlahan-lahan titik terang mulai ia dapatkan. Setelah aneka macam ujian fisik dan mental satu persatu misteri dan kejutan mulai didapatkan Dae-su dari pencarian yang ia lakukan.
 
Oldboy terang sebuah film yang penuh dengan darah, kekerasan dan rasa sakit. Berbagai adegan sadis nan menyakitkan tersaji dalam film berdurasi dua jam ini. Tidak hanya kekerasan, adegan seks juga tersaji cukup gamblang meski tidak terlalu banyak diumbar. Pertanyaan yang sering muncul dalam film-film yang dibumbui adegan-adegan sampaumur tersebut yakni "Perlukah itu semua?" Jangan tanyakan pertanyaan tersebut pada film-film yang mengumbar gore untuk main-main macam filmnya Nishimura, tapi cukup banyak film yang bisa dibilang well-made memasukkan adegan sadis dan seksual tanpa motif yang berarti dan hanya sekedar untuk gimmick belaka. Saya tidak menyalahkan hal itu alasannya yakni tidak bisa dipungkiri adegan-adegan tersebut bisa menciptakan film jauh lebih menghibur. Tapi rasanya akan jauh lebih berkesan jikalau semua itu bukan hanya tempelan belaka, dan Oldboy melakukan itu. Semua momen penuh kekerasan yang tersaji punya motif dan berkhasiat untuk membangun suasana dan perasaan dalam film ini. Apakah adegan cabut gigi, potong pengecap hingga pembantaian dengan sebuah palu hanya menjadi tempelan tanpa arti? Tidak. Karena semua itu yakni sebuah eksplorasi sisi gelap seorang insan yang menyimpan rasa dendam dan amarah luar biasa hingga menjadikannya sesosok monster.
Sebuah film akan menjadi makin cantik dikala hal yang menyangkut detail menyerupai motif diperhatikan. Dalam film ini, justru motif yakni menu utamanya. Tidak ada tindakan tak berarti yang dilakukan karakternya. Tindakan tanpa arti sering muncul untuk memudahkan plot-nya berjalan, tapi dalam Oldboy semua motif diperhatikan dan disajikan dengan baik hingga alur ceritanya nyaman untuk diikuti. Tentu saja motif utamanya yakni balas dendam, apalgi yang anda harapkan dari sebuah film yang tergabung dalam sebuah trilogi bertajuk Vengeance? Namun yang ada dalam Oldboy bukan sekedar balas dendam alasannya yakni terdapat begitu banyak kejutan dan rasa sakit dan kepedihan luar biasa didalamnya. Bicara soal kejutan akan ada banyak twist berlapis yang dihadirkan dalam film ini, tentunya itu sudah termasuk ending-nya yang begitu mengejutkan sekaligus miris tersebut. Sedangkan jikalau bicara soal kepedihan dari balas dendamnya, Oldboy punya nuansa sakit hati yang luar biasa kelam. I Saw the Devil juga menyimpan kepedihan yang mendalam, namun kepedihan itu berasal dari sebuah bencana tragis nan sadis. Sedangkan dalam Oldboy semuanya berawal dari sebuah dilema yang bisa dibilang sepele, namun disaat hal sepele tersebut berujung pada perasaan sakit hati luar biasa yang memicu bencana yang jauh lebih besar, maka lahirlah monster dalam diri insan yang mencicipi sakit tersebut.

Bicara soal akting, tanpa mengesampingkan tugas pemain lainnya, Choi Min-sik terang yang paling menonjol dan luar biasa. Lihatlah transofrmasi yang terlihat terang dari raut wajahnya dari awal hingga selesai film. Diawal kita akan melihat sosok Oh Dae-su yang menyerupai apa, kemudian berubah sedikit demi sedikit dikala ia disekpa selama 15 tahun, kemudian bagaimana ia kembali berubah dan menjadi monster dikala ia bebas, hingga jadinya sat ia menemukan aneka macam kenyataan pahit dalam semua bencana yang menimpanya kita akan melihat aneka macam perasaan campur aduk yang begitu kasatmata dari penampilannya di film ini. Tidak terhitung berapa adegan yang menjadi memorable berkat akting andal dan total yang ia lakukan. Mana yang paling berkesan? Adegan kegilaannya di masa penyekapan? Adegan makan gurita? Adegan pertarungan long take dalam sebuah lorong yang intens tersebut? Adegan menjelang selesai dikala semua fakta terungkap? Atau ending yang menunjukkan close-up wajahnya? Susah untuk menentukan alasannya yakni semuanya luar biasa. Untuk keseluruhan filmnya sendiri memang nyaris sempurna. Kekurangan mungkin akan terasa pada alurnya yang terkesan berusaha untuk ditampilkan dengan cepat tanpa banyak basa basi. Pilihan yang baik untuk menghindari durasi yang kelewat panjang, namun terasa ada beberapa momen yang terkesan tanpa klarifikasi dan menciptakan penonton harus berpikir lebih keras untuk memahaminya. Tapi overall Oldboy yakni film yang tidak saja kelam dan keras namun juga indah dan cukup kental pula nuansa sureal-nya. Salah satu yang terbaik dalam perfilman Korea Selatan.


Artikel Terkait

Ini Lho Oldboy (2003)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email