Tuesday, January 15, 2019

Ini Lho Resident Evil: Retribution (2012)

Bagi saya franchise film Resident Evil yaitu seri film yang paling kacau dalam mengatur kontinuitas ceritanya. Beberapa huruf juga banyak yang hilang dan dimunculkan lagi tanpa alasan yang terperinci dalam tiap sekuel-nya. Untuk urusan dongeng selain seringkali asal masuk, dari film ke film juga terasa stagnan dan makin kehilangan sentuhan horror yang selalu saya rasakan tiap bermain game R.E. (walaupun makin kesini game-nya sendiri juga perlahan mulai tidak se-horror dulu lagi). Tapi toh saya tetap menantikan film kelimanya ini, alasannya yaitu meski tidak pernah hingga tahap bagus, namun film-film Resident Evil setidaknya selalu bisa menjadi sajian "bodoh" yang ringan untuk ditonton. Bahkan sebetulnya saya sempat menaruh ekspektasi yang lebih tinggi pada Retribution jikalau dibandingkan dengan Afterlife. Penyebabnya yaitu beberapa materi promo termasuk trailer dan tagline yang berbunyi Evil Goes Global. Apakah ini berarti film Resident Evil akan mengalami perubahan kisahnya menjadi lebih luas dan epik? Selain itu beberapa tokoh macam Leon S. Kennedy dan Ada Wong juga muncul disini termasuk kembalinya Jill Valentine. 

Retribution memulai kisahnya sempurna sesudah ending dari Afterlife dimana Alice (Milla Jovovich) dan para penumpang kapal lainnya diserang oleh pasukan Umbrella yang dipimpin oleh Jill Valentine (Sienna Guillory) yang berada dalam kendali Umbrella. Dalam penyerbuan tersebut Alice tertangkap dan diinterogasi oleh pihak Umbrella. Namun secarra tiba-tiba ia diselamatkan oleh perempuan misterius berjulukan Ada Wong (Li Bingbing). Selain Ada, beberapa orang regu penyelamat juga ikut bergabung dimana regu tersebut dipimpin oleh Leon S. Kennedy (Johann Urb) dan ada juga Luther West (Boris Kodjoe) yang berhasil selamat sesudah event di Afterlife. Bersama mereka mencoba kabur dari markas Umbrella yang tentunya terdapat banyak sekali macam zombie hingga monster ganas. Selain itu ada juga pasukan yang dipimpin oleh Jill Valentine dan beranggotakan para clone dari rekan Alice dulu macam Carlos (Oded Fehr) dan Rain Ocampo (Michelle Reodriguez). Dari sinopsis diatas sudah nampak terperinci bahwa tagline "Evil Goes Global" sangat jauh dari apa yang saya bayangkan. Ya, memang dalam universe film tersebut T-Virus sudah menyebar ke seluruh dunia, namun hal tersebut hanya muncul dalam dongeng Alice dan mungkin adegan di akhir. Tapi selebihnya Retribution hanya akan berfokus pada perjuangan Alice dan kawan-kawannya kabur dari markas Umbrella, sebuah dongeng yang tidak jauh beda dari Afterlife. 


Kacaunya kontinuitas dongeng dalam franchise ini nampaknya disadari oleh Paul W.S. Anderson yang pada karenanya menambahkan sebuah adegan Alice yang membacakan sebuah narasi mengenai ringkasan dongeng keempat film sebelumnya. Adegan yang mungkin hanya sekitar 5 menit bahkan mungkin tidak hingga itu ternyata sudah bisa meringkas keseluruhan kisah dari film-film sebelumnya. Hal itu menunjukan bahwa pembuat film ini sudah benar-benar kebingungan akan membawa franchise ini kearah mana dan hanya berusaha menambah sekuel demi pemasukan yang berlipat. Dalam Retribution kita akan dipaksa mendapatkan kenyataan bahwa beberapa huruf macam Chris dan Claire menghilang entah kemana tanpa klarifikasi (lagi). Mungkinkah akan ada klarifikasi di sekuelnya? Saya ragu melihat bagaimana film ini memperlakukan karakternya selama ini yang "seenaknya" keluar-masuk. Lalu bagaimana dengan keseluruhan ceritanya? Lupakan cerita. Tanpa perlu lagi membahas kurang global-nya dongeng film ini, Resident Evil: Retribution tetap punya jalan dongeng yang konyol dan penuh dengan plot hole menganga lebar. 
Ah, bukankah Resident Evil memang tidak pernah berfokus pada cerita? Bukankah yang paling penting dari film macam ini yaitu rentetan adegan aksinya yang menghibur? Bukan pendapat yang keliru, namun untuk film ini kebodohan dan lubang ceritanya sudah keterlaluan. Timeline kisah yang tidak terperinci yaitu salah satunya. SPOILER Logikanya, momen penyerbuan Jill pada Alice hingga karenanya Alice terbangun tidaklah terlalu lama. Jika menggunakan logika terbodoh sekalipun, momen tersebut tidak akan makan waktu berminggu-minggu, tapi lihatlah apa yang terjadi. Albert Wesker entah darimana dan bagaimana sudah bisa membentuk kelompok perlawanan terhadap Umbrella dan T-Virus dan entah bagaimana pula Luther West bisa ikut bergabung disana. Saya tidak akan membahas lebih jauh lagi wacana kebodohan dan plot hole film ini alasannya yaitu itu tidak akan ada habisnya. Padahal momen awalnya cukup tidak mengecewakan ketika filmnya menampilkan banyak sekali momen mengagetkan yang cukup punya suasana horror. Tapi sesudah itu semuanya kembali ibarat film-film sebelumnya. Selingan diantara adegan aksinya terasa sangat membosankan dan tidak menarik. 

Lalu bagaima dengan adegan aksinya yang jadi andalan? Paul W.S. Anderson masih ketagihan dengan adegan slow motion yang sayangnya kelewat batas penggunaannya. Mungkin Zack Snyder juga banyak menggunakan momen itu, tapi ia cukup jeli menciptakan sebuah momen menjadi pas bahkan seringkali terkesan perlu untuk disajikan dalam slo-mo. Sedangkan Anderson tidak punya kemampuan tersebut. Hampir semua adegan agresi yang ia anggap berpotensi keren disajikan dengan slow motion. Momen di pembukanya memang lumayan, tapi sesudah itu makin kelewatan dan malah menciptakan porsi action yang harusnya menghibur jadi terlihat bodoh. Padahal sebetulnya banyak sekali adegan tersebut punya potensi menjadi seru dan keren, apalagi dengan balutan pengaruh yang elok untuk ukuran film dengan dana tidak hingga 100 juta. Musik yang mengiringi juga cukup epic, sayang cara Paul W.S. Anderson mengemasnya mengakibatkan adegan agresi film ini kurang greget. Hal itu jugalah yang menciptakan talenta Milla Jovovich sebagai seorang heroine terasa terbuang. Dia bisa terlihat keren, bahkan lebih keren dari Angelina Jolie sebagai action heroine, tapi penanganan dari sang suami tidak mendukung potensi itu dan malah membuatnya terlihat payah. Untung adegan klimaksnya yang hanya ditampilkan dalam format hand-to-hand cukup menarik.

Fakta bahwa Alice tetap superior meski kekuatannya sudah diambil pada film keempat juga masih mengganggu. Karakter gres macam Ada Wong ataupun Leon juga masih kurang maksimal. Li Bingbing elok sebagai Ada Wong, tapi caranya berbicara sangat mengganggu. Untung "tampilannya" sangat menghibur. Sedangkan Leon? Lupakan sosok Leon yang terlihat keren di video game, disini ia sama sekali tidak keren. Sama anehnya dengan melihat Chris Redfield versi Wentworth Miller. Overall saya merasa film kelimanya ini kualitas yang paling jelek dibanding film-film sebelumnya dengan dongeng yang juga makin jelek dan membosankan. Tapi sebodoh apapun film kelimanya ini merangkai kisahnya daan mengakhirinya saya tetap masih menantikan film keenamnya dan berharap film yang (mungkin) akan jadi epilog franchise ini akan menajdi yang epilog yang epic. Tapi kini saya masih terperangkap dalam ingatan wacana betapa buruknya film kelima ini dan satu hal yang terlintas di pikiran saya yaitu "Apakah Paul W.S. Anderson memang salah satu sutradara terburuk Hollywood ketika ini?"

Artikel Terkait

Ini Lho Resident Evil: Retribution (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email